BLOG TENTANG : PENGERTIAN, MANFAAT, PENDIDIKAN, KESEHATAN, SERTA CARA, PETUNJUK DAN DO'A-DO'A

Ahlush Shuffah : Siapakah Yang Termasuk Ahlush Shuffah?

    Seringkali kita mengdengar bahkan membaca buku yang menyebutkan Ahlush Suffah, dan tahukah siapa dia dan bagaimana kegiatan kesehariannya sehingga dijuluki dengan ahlush shuffah. Sebelum kita bahas lebih lanjut, maka alangkah baiknya kalau kita mengetahui arti dari kata itu Al-Shuffah berarti bantalan pengempuk untuk duduk di punggung kuda. Ahlush shuffat ialah pemilik pelana atau kaum, dalam hal ini sahabat Nabi dari kalangan orang-orang miskin yang untuk tidur mereka hanya berbantalkan pelana itu.
    Fakta sejarah menunjukkan bahwa sebelum diangkat menjadi Rasul, Nabi Muhammad saw berulang kali pergi ke gua hira dengan membawa sedikit perbekalan, selain untuk mengasingkan diri dari masyarakat kota mekah yang sedang hanyut dalam kehidupan kematerian dan penyembahan berhala, juga untuk merenung dalam mencari hakekat kebenaran yang disertai dengan banyak berpuasa dan beribadah sehingga jiwa beliau semakin suci. Dengan demikian, beliau siap menerima wahyu Allah, dan akhirnya beliau diangkat menjadi Rasul Allah.
    Amalan Rasulullah tersebut mewarnai kehidupan para sahabat. Mereka meneladani Rasulullah dan membuktikan hidup mereka demi kepentingan agama. Diantara mereka bahkan ada yang menyediakan waktu mereka hanya untuk memperdalam dan membela agama. Pekerjaan mereka hanya beribadah, belajar Al-Qur'an, berpuasa, sholat malam, dan keluar untuk berperang. Mereka orang-orang miskin tidak memiliki modal untuk berdagang. Mereka pun tidak memiliki lahan untuk pertanian dan tidak memiliki keahlian dalam bidang tani.
    Rasulullah membangun serambi disamping masjid Nabawi untuk menampung mereka itu. Sungguh pun demikian, mereka pun menjaga kesucian hati dan ketulusan jiwa, serta senantiasa mendekatkan diri kepada Allah. Orang-orang ini tidak pernah meminta dan mengharapkan bantuan orang lain. Sehingga orang-orang awwam menganggap mereka berkecukupan. Kebutuhan hidup mereka sehari-hari diperoleh dati ghanimah karena keterlibaran mereka dalam perang dan dari jatah yang dipegang Rasulullah.
    Sebagaimana diungkapkan Abu Hurairah, pimpinan mereka “Ahlu Shuffah adalah tamu-tamu Islam. Mereka tidak memiliki keluarga,harta dan hidup sebatang kara.”Awalnya, mereka adalah para pengungsi (muhajirin) dari Mekkah dan sekitarnya yang hijrah ke Madinah. Mereka jumlahnya terlalu banyak, sehingga semuanya tidak dapat ditampung di rumah-rumah penduduk Madinah. Maka, Rasulullah menyuruh mereka untuk tinggal di shuffah masjid Nabawi.
    Oleh karena jumlahnya cukup banyak, sehingga mereka di mereka di bagi menjadi 12 kelompok yang masing-masing kelompok tersebut ditanggung oleh para sahabat yang kaya dan terkadang juga diambil dari baitul mal.
Dati Abu Hurairah menceritakan dalam haditsnya dikatakan :

لَقَدْ رَأَيْتُ سَبْعِينَ مِنْ أَصحَابِ الصّفَّةِ مَا مِنْهُمْ رَجُلٌ عَلَيْهِ رِدَاءٌ إِمَّا إزَارٌ وَإِمَا كِسَاءٌ قَدْ رَبَطُوا فِي أَعْنَا قِهِمْ فَمِنْهَا مَا يَبْلُغُ نِصْفَ السَّا قِيْنِ وَمِنْهَا مَا يَبْلُغُ الْكَعبَيْنِ فَيَجْمَعُهُ بِيَدِهِ كَرَاهِيَةَ أنْ تُرَى عَوْ رَتُهُ
“Saya melihat 70 orang dari ahlu shuffah, tidak seorang pun di antara mereka yang memakai rida‘ (Sejenis kain penutup bagian atas tubuh). Mereka hanya mengenakan sarung atau kisa’ (potongan kain). Mereka mengikatkan potongan kain tersebut pada leher mereka. Ada yang menjulur sampai separuh betis dan ada yang sampai kedua mata kaki. Kemudian dia mengumpulkannya dengan tangan karena khawatir terlihat auratnya.”
   Ahlus Shuffah tinggal di emperan masjid Nabawi cukup lama. Mulai zaman Rasulullah hingga masa pemerintahan Abu Bakar. Menurut keterangan dari al-Qurthubi, jumlah mereka mencapai 400 orang. Sementara Abu Nu’aim al-Ashfihani dalam kitabnya Hilyat al-Auliya’ wa Thabaqat al-Ashfiya’ menyebutkan 70 orang.
    Diantaranya ada beberapa nama yang sangat dikenal yang masuk dalam kelompok ahlush shuffah diantaranya :
  • Abu Hurairah, 
  • Shafwan bin Baidha’,
  • Khuraim bin Fatik al-Asadi, 
  • Khubaib bin Yasaf, 
  • Salim bin Umair, 
  • Jurhud bin Khuwailid, 
  • Abu Suraihah Al Ghifari (syahid dalam Hudaibiyah), 
  • Haritsah bin Nu’man al-Anshari, 
  • Abdullah Dzu al-Bajadain (syahid dalam perang Tabuk), 
  • Tsaqif bin Amr (syahid dalam perang Khaibar) 
  • Asam bin Haritsah bin Sa’id al-Aslami,
  • Hanzhalah bin Abu Amir al-Anshari, 
  • Hazim bin Harmalah, 
  • Hudzaifah bin Usaid,
  • Jariyah bin Jamil bin Syabat bin Qarath,
  • Ju’ail bin Saraqah al-Dhamri,
  • Sa’ad bin Malik, 
  • Irbadh bin Sariyyah, 
  • Gharfat bin al-Azdi, 
  • Abdurrahman bin Qarth,
  • Ubbad bin Khalid Al-Ghifari, 
  • Salim, mantan budak Abu Hudzaifah (syahid dalam perang Yamamah),
  • Safinah, mantan budak Rasulullah dan lain-lain.
Rasulullah SAW berkata, "Kerapkali orang yang berpenampilan kusut, berdebu, berpakaian lusuh dan disepelekan, jika bersumpah dengan nama Allah, niscaya Allah SWT akan mengabulkan. Sekiranya dia berkata, 'Ya Allah, saya memohon surgamu,' niscaya Allah SWT akan menganugerahkan surga kepadanya dam tidak memberikan sedikit pun bagian dari dunia." (HR. Muslim).    Yang dimaksudkan  oleh Nabi dalam hadits tersebut diatas adalah Ahlus Suffah, orang-orang yang berubudiyah dan tinggal di serambi-serambi mesjid Nabi, yang tergolong generasi Sufi Pertama.
bahkan ada diantara mereka tinggal bersama Nabi diantaranya  Abu Hurairah, Abu Dzaarr al-Ghifâri, Wâtsilah bin Asqa’, Salmân al-Fârisi dan mereka mendapat bimbingan dan pendidikan langsung dari Rasulullah.
Abu Hurairah meriwayatkan bahwa Nabi SAW bersabda : “Penghuni surga semuanya (berasal dari orang yang berpenampilan) kusut, berdebu, berpakaian lusuh dan disepelekan. Merekalah yang jika memohon izin kepada penguasa tidak diberi izin, jika melamar perempuan tidak diterima dan jika berbicara tidak didengar. Kebutuhan mereka hanya terbetik dalam hatinya. Sekiranya cahaya dirinya dibagi (dipancarkan) kepada manusia pada hari kiamat, niscaya akan mengenai mereka semua”. (HR, al-Bukhari dan Ahmad).
    Dalam Al-Quran juga dijelaskan

لِلْفُقَرَاءِ الَّذِينَ أُحْصِرُوا فِي سَبِيلِ اللَّهِ لَا يَسْتَطِيعُونَ ضَرْبًا فِي الْأَرْضِ يَحْسَبُهُمُ الْجَاهِلُ أَغْنِيَاءَ مِنَ التَّعَفُّفِ تَعْرِفُهُمْ بِسِيمَاهُمْ لَا يَسْأَلُونَ النَّاسَ إِلْحَافًا ۗ وَمَا تُنْفِقُوا مِنْ خَيْرٍ فَإِنَّ اللَّهَ بِهِ عَلِيمٌ
“(Bersedekahlah) untuk orang-orang miskin yang terikat (oleh jihad) di jalan Allah. Mereka tidak dapat berusaha di bumi. Orang yang tidak tahu menyangka bahwa meraka orang kaya, karena mereka memelihara dirinya dari minta-minta. Kamu kenal mereka dengan ciri-cirinya, mereka tidak meminta kepada manusia dengan cara paksa. Apa saja harta yang baik yang kamu sedekahkan, maka sesungguhnya Allah Maha Mengetahuinya”. (Q.S. Al Baqarah : 273).
Tafsir Al-Muyassar
Dan serahkanlah sedekah-sedekah kalian kepada orang-orang fakir dari kaum muslimin yang tidak memungkinkan bagi mereka untuk bepergian jauh demi mencari rizki lantaran kesibukan mereka dalam berjihad di jalan Allah. Orang yang tidak mengenal meraka menyangka bahwa meraka adalah orang-orang yang tidak membutuhkan bantuan sedekah, karena mereka menjaga kehormatan diri mereka dari meminta-minta. Kalian mengenali mereka dengan tanda-tanda mereka dan indikasi kebutuhan ada pada diri mereka. Mereka tidak mau meminta-minta kepada manusia secara umum, dan jika mereka terpaksa meminta-minta, mereka tidak meminta dengan mendesak orang. Dan apa yang kalian infakkan berupa harta di jalan Allah, maka tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi bagi Allah darinya. Dan Dia akan memberikan balasan atas infak itu dengan balasan yang penuh dan paling sempurna pada hari kiamat.
Tafsir Hidayatul Insan
Ayat ini turun berkenaan dengan kaum muhajirin yang tinggal di shuffah (tempat berteduh) masjid, di mana jumlah mereka sekitar 400 orang. Mereka biasa mengajarkan Al Qur'an dan ikut keluar bersama sariyyah (pasukan kecil). Mereka tidak mampu berusaha di muka bumi karena kesibukan berjihad. Mereka adalah orang yang lebih berhak mendapatkan infak, karena keadaan mereka sebagai orang-orang fakir dan terikat pula oleh jihad atau ketaatan lainnya, di samping mereka tidak mampu mengadakan safar untuk mencari rezeki. Seperti sikap tawadhu' dan bekas-bekas kesusahan. Oleh karena itu, Dia akan memberikan balasan secara penuh kepadanya pada hari kiamat
    Pada zaman Khalifah Saidina Umar bin Khatab para Ahlus Shuffah  dikirim keseluruh penjuru dunia membantu menyebarkan Islam keseluruh penjuru dunia.Pendidikan Ahlus Shufah ini lah yang bisa mencetak manusia yang beriman dan bertaqwa serta berbudi pekerti baik baik sebagai muballigh, pendidik maupun pengajar. Mereka juga diberi nasihat oleh khalifah ketiga itu agar mereka mencari penghidupan (rizqi) sendiri. sehingga menjadi rahmat bagi sekalian Alam. 



Ahlush Shuffah : Siapakah Yang Termasuk Ahlush Shuffah? Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Ilmusaudara.com

0 comments:

Post a Comment