BLOG TENTANG : PENGERTIAN, MANFAAT, PENDIDIKAN, KESEHATAN, SERTA CARA, PETUNJUK DAN DO'A-DO'A

Sujud Sahwi,Dalil Perintah Sujud Sahwi, Sebab-Sebabnya, Caranya serta Doanya

Sujud Sahwi,Dalil Perintah Sujud Sahwi, Sebab-Sebabnya, Caranya serta Doanya
Sujud sahwa adalah salah satu bagian ibadah yang dilakukan didalam sholat karena adanya sesuatu yang dilupa dalam sholat. sahwi berarti lupa atau lalai. Kata lupa dan lalai mempunyai makna tersendiri yaitu :
- Kata lupa dalam bahasa Aran "Nisyaan" dikatakan "Sabaa arrajulu fii-shalatihi" (Orang yang lupa dalam shalatnya)
-Kata lalai dalam bahasa arab "Assahwu"(gaflah). Sebagaimana firman Allah pada surah Al-Maun ayat 5:
الَّذِينَ هُمْ عَنْ صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ
"Yaitu orang-orang yang lalai dalam shalatnya "
Kata "saahun" disini berarti lalai. Yang menjadikan manusia lalai.
Yang menjadikan manusia dicela ialah lupa (hisyaan) yang berarti lalai. Adapun As-sahwu (kealpaan) yang bermakna nisyaan (lupa yang manusiawi). Maka hal ini merupakan karesteristik  manusia, seperti yang di sabdakan oleh Rasulullah saw., :
إِ نَّــمَا أَ نَـا بَـشَــرٌ أَ نَـسِى كَــمَا تَــنْـسَــوْ نَ : فَـإِ ذَ ا نَـسِـيْتُ فَـذَ كِّــرُوْ نـِىْ
"Sesungguhnya saya adalah manusia seperti kalian, saya bisa lupa seperti halnya kalian juga bisa lupa, maka ingatkanlah" (H.R.Bukhari dan Muslim)
    Lupa semacam itu tidak terkena sanksi agama

    Sujud sahwi ialah ungkapan dua sujud di akhir sholat sebelum atau sesudah salam, tujuannya untuk menambah cela yang terjadi dalam shalat, atau sujud yang dilakukan oleh orang yang shalat untuk menggantikan kesalahan yang terjadi dalam shalatnya karena lupa.
Sebab-sebab Terjadinya Sujud Sahwi
    Adapun sebab-sebab terjadinya atau dilakukannya sujud sahwi dalam shalat ada tiga hal yaitu :
  • Melakukan kelebihan, seperti rukuk dua kali, ini terbagi menjadi dua : kelebihan perbuatan dan kelebihan ucapan. Hal ini telah dijelaskan dalam hadits yang diriwayatkan oleh Jama'ah dari Ibnu Mas'ud, bahwa Nabi saw."Pada suatu ketika beliau shalat Dhuhur, lalu ditanya: 'Apa kah rakat'at shalat ini memang ditambah?' Ujar beliau: 'Mengapa demikian'? Kata orang-orang itu: 'Anda telah melakukan shalat lima raka'at'. Maka beliau pun sujud dua kali setelah memberi salam itu'."
  • Kekurangan, seperti  lupa mengucapkan subhaana rabbil 'adzim ketika rukuk. Kekurangan ini terbagi menjadi tiga :
1. Apabila kekurangan itu terjadi pada rukuk shalat, maka ia harus menunaikan rukuk yang dia tinggalkan, kemudian melakukan sujud sahwi. hal ini berdasarkan pada hadits Nabi :
Dari Abu Huraerah ra. Bahwasanya Nabi mengucapkan salam setelah rakat kedua pada saat shalat dzuhur dan ashar. Mereka memberitahu beliau, kemudian beliau menyempurnakan shalatnya".

2.  Apabila kekurangan itu terjadi pada kewajiban shalat dan telah melewati posisinya, maka dianggap gugur dan bisa digantikan dengan sujud sahwi.
Dalam hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Bujainah, diceritakan :
"Bahwasanya Rasulullah saw., bangun setelah dua rakat dalam sholat dzuhur,  beliau tidak duduk dan meninggalkan tasyahud awal. Nabi saw tidak kembali kepada (posisi tasyahudnya) akan tetapi beliau melakukan sujud syahwi  (sujud karena lupa)"

3. Apabila kekurangan itu terjadi pada perkara  yang sunnah di dalam shalat, misalnya dia membaca surah Al-fatihah dalam rakat pertama, kemudian dia ruku tanpa membaca surah lain setelah membaca fatihah, maka ia tidak usah kembali bediri untuk membacanya dan sujud sahwi baginya tidak wajib. Karena sujud sahwi untuk sesuatu yang wajib, hukumnya wajib, dan untuk sesuatu yang sunnah hukmnya juga sunnah.
  • Merasa ragu dalam shalat, artinya ketika ia merasa ragu, apakah ia sudah shalat tiga rakaat atau empat rakaat?
Keragu-raguan 
    Keragu-raguan ini terbagi tiga macam yaitu :
  • Keragu-raguan yang selalu menyertai manusia, karagu-raguan seperti ini tidak diperlihatkan dan tidak dianggap
  • Keragu-raguan yang terjadi setelah mengerjakan sholat atau ibadah lainnya.Keragu-raguan semacam ini tidak dianggap, karena pada dasarnya ibadah tersebut dikerjakan tanpa ada kesalahan. Adapun jika ia yakin bahwa ibadah tersebut ada yang salah, maka ia harus  mengerjakannya kembali sebagaimana yang pernah dilakukan oleh Rasulullah ketika beliau lupa dua rakaat shalat dzuhur atau azhar.
  • Keragu-raguan yang terjadi disela-sela ibadah atau shalat. Keragu-raguan ini terjadi menjadi dua macam :
  1. Keragu-raguan yang dapat ditarjih (dikokohkan salah satunya). Maka dalam hal ini ia memantapkan yang raajih (yang kokoh menurutnya), seperti bila seorang ragu apakah ia kentut atau tidak?
  2. Keragu-raguan tidak dapat ditarjih. Maka dalam hal ini ia memantapkan bilangan yang paling sedikit, karena itulah yang ia yakini. Bila seseorang bimbang apakah dia shalat dua rakaat ataukah tiga rakaat, maka hendaklah dia memantapkan yang dua rakaat, karena itulah yang dia yakini. 
    "Dari Abdurrahman bin 'Auf katanya: "Saya dengar Rasulullah saw. bersabda: 'Jika salah seorang di antaramu ragu dalam shalatnya, hingga ia tidak tahu, apakah baru seraka'at ataukah sudah dua raka'at, maka baiknya ditetapkannya seraka'at saja. Jika ia tidak tahu apakah dua atau sudah tiga raka'at, baiknya ditetapkannya dua raka'at. Dan jika tak tahu apakah tiga atau sudah empat raka'at, baiknya ditetapkannya tiga raka'at, kemudian hendaklah ia sujud bila shalat selesai di waktu masih duduk sebelum memberi salam, yaitu sujud Sahwi sebanyak 2 kali'." (H.R.Ahmad, Ibnu Majah dan Turmudzi yang menyatakan sahnya).
    "Dari Abu Sa'id al-Khudri, katanya: "Rasulullah saw. bersabda: 'Apabila slah seorang diantaramu ragu-ragu dalam shalatnya hingga tak tahu apakah sudah tiga ataukah empat raka'at, maka hendaklah ia menghilangkan keraguannya dan menetapkan saja apa yang telah diyakininya, kemudian sujud dua kali sebelum salam. Sekiranya ia telah melakukan lima raka'at maka sujud itulah yang menggenapkan shalatnya, dan sekiranya baru cukup empat raka'at, maka sujudnya itu adalah untuk menjengkelkan setan'." (H.R. Ahmad dan Muslim).
      Kedua hadits ini menjadi alasan bagi pendapat jumhur ulama bahwa seseorang yang ragu-ragu dalam bilangan raka'at, hendaklah ia menetapkan saja bilangan yang lebih sedikit yang diyakini, kemudian ia melakukan sujud sahwi.
Tempat-tempat Sujud Sahwi
1. Apabila sujud sahwi disebabkan oleh kelebihan, maka sujud sahwi dilaksanakan setelah salam. Ini didasarkan pada hadits-hadits berikut :

عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ صَلَّى بِنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِحْدَى صَلَاتَيْ الْعَشِيِّ الظُّهْرَ أَوْ الْعَصْرَ قَالَ فَصَلَّى بِنَا رَكْعَتَيْنِ ثُمَّ سَلَّمَ ثُمَّ قَامَ إِلَى خَشَبَةٍ فِي مُقَدَّمِ الْمَسْجِدِ فَوَضَعَ يَدَيْهِ عَلَيْهِمَا إِحْدَاهُمَا عَلَى الْأُخْرَى يُعْرَفُ فِي وَجْهِهِ الْغَضَبُ ثُمَّ خَرَجَ سَرْعَانُ النَّاسِ وَهُمْ يَقُولُونَ قُصِرَتْ الصَّلَاةُ قُصِرَتْ الصَّلَاةُ وَفِي النَّاسِ أَبُو بَكْرٍ وَعُمَرُ فَهَابَاهُ أَنْ يُكَلِّمَاهُ فَقَامَ رَجُلٌ كَانَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يُسَمِّيهِ ذَا الْيَدَيْنِ فَقَالَ يَا رَسُولَ اللَّهِ أَنَسِيتَ أَمْ قُصِرَتْ الصَّلَاةُ قَالَ لَمْ أَنْسَ وَلَمْ تُقْصَرْ الصَّلَاةُ قَالَ بَلْ نَسِيتَ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَأَقْبَلَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَلَى الْقَوْمِ فَقَالَ أَصَدَقَ ذُو الْيَدَيْنِ فَأَوْمَئُوا أَيْ نَعَمْ فَرَجَعَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ إِلَى مَقَامِهِ فَصَلَّى الرَّكْعَتَيْنِ الْبَاقِيَتَيْنِ ثُمَّ سَلَّمَ ثُمَّ كَبَّرَ وَسَجَدَ مِثْلَ سُجُودِهِ أَوْ أَطْوَلَ ثُمَّ رَفَعَ وَكَبَّرَ ثُمَّ كَبَّرَ وَسَجَدَ مِثْلَ سُجُودِهِ أَوْ أَطْوَلَ ثُمَّ رَفَعَ وَكَبَّرَ قَالَ فَقِيلَ لِمُحَمَّدٍ سَلَّمَ فِي السَّهْوِ فَقَالَ لَمْ أَحْفَظْهُ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ وَلَكِنْ نُبِّئْتُ أَنَّ عِمْرَانَ بْنَ حُصَيْنٍ قَالَ ثُمَّ سَلَّمَ
 
  "Dari Abu Hurairah RA, dia berkata, “Rasulullah SAW pernah mengerjakan shalat bersama kami pada salah satu shalat di siang hari (Ashar atau Dzuhur), ternyata beliau hanya shalat dua rakaat saja dan langsung salam. Beliau lalu pergi ke sebuah kayu yang melintang di masjid, lalu bersandar seolah-olah sedang marah. Tangan kanannya diletakkan di tangan kirinya sambil mengeramkan jari-jarinya, sedang pipinya diletakkan di atas telapak kiri bagian luar. Orang-orang yang ingin bergegas lalu keluar dari pintu-pintu masjid sambil berkata, ‘Shalat diqashar, shalat diqashar.’ Di antara orang banyak itu ada Abu Bakar dan Umar, keduanya merasa segan untuk menanyakan hal itu. Kebetulan diantara mereka terdapat seseorang yang bernama Dzulyadain, lalu dia bertanya, ‘Wahai Rasulullah! Apakah anda lupa ataukah memang shalat diqashar?’ Beliau bersabda, Aku tidak lupa, dan shalat juga tidak diqashar,’ kemudian beliau bertanya, ‘Betulkah apa yang dikatakan Dzulyadain itu? ‘ Para sahabat menjawab, ‘Benar.’ Beliau pun lantas maju kembali ke tempatnya semula dan menyelesaikan kekurangan yang tertinggal, kemudian salam. Setelah salam, beliau bertakbir, sujud sebagaimana sujud biasa, atau agak panjang sedikit, lalu mengangkat kepala dan bertakbir. Seterusnya beliau bertakbir lagi, lalu sujud seperti sujud biasa, atau agak lama, kemudian mengangkat kepalanya dan bertakbir. Ayyub (perawi Hadits ini) berkata, ‘Lalu ditanyakan kepada Muhammad bin Sirin (perawi Hadits ini), ‘Apakah beliau salam dalam (sujud) sahwi?’ Dia menjawab, ‘…aku tidak menghafalnya dari Abu Hurairah, tapi aku diberitahukan bahwasanya Imran bin Hushain berkata, “Beliau salam.'”” {Shahih: Muttafaq Alaih}

2. Apabila sujud sahwi disebabkan oleh kekurangan, maka sujud sahwi dilakukan sebelum salam
    Sebagaimana hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin Buhainah Rasullah saw bersabda :

فَلَمَّا أَتَمَّ صَلَاتَهُ سَجَدَ سَجْدَتَيْنِ فَكَبَّرَ فِي كُلِّ سَجْدَةٍ وَهُوَ جَالِسٌ قَبْلَ أَنْ يُسَلِّمَ
Setelah beliau menyempurnakan shalatnya, beliau sujud dua kali. Ketika itu beliau bertakbir pada setiap akan sujud dalam posisi duduk. Beliau lakukan sujud sahwi ini sebelum salam.” (HR. Bukhari no. 1224 dan Muslim no. 570)


Sumber : https://rumaysho.com/1065-panduan-sujud-sahwi-2-tata-cara-sujud-sahwi.html
فَلَمَّا أَتَمَّ صَلَاتَهُ سَجَدَ سَجْدَتَيْنِ فَكَبَّرَ فِي كُلِّ سَجْدَةٍ وَهُوَ جَالِسٌ قَبْلَ أَنْ يُسَلِّمَ
Setelah beliau menyempurnakan shalatnya, beliau sujud dua kali. Ketika itu beliau bertakbir pada setiap akan sujud dalam posisi duduk. Beliau lakukan sujud sahwi ini sebelum salam.” (HR. Bukhari no. 1224 dan Muslim no. 570)


Sumber : https://rumaysho.com/1065-panduan-sujud-sahwi-2-tata-cara-sujud-sahwi.html

فَلَمَّا أَتَمَّ صَلَاتَهُ سَجَدَ سَجْدَتَيْنِ فَكَبَّرَ فِي كُلِّ سَجْدَةٍ وَهُوَ جَالِسٌ قَبْلَ أَنْ يُسَلِّمَ

“Setelah beliau menyempurnakan shalatnya, beliau sujud dua kali. Ketika itu beliau bertakbir pada setiap akan sujud dalam posisi duduk. Beliau lakukan sujud sahwi ini sebelum salam.” (HR. Bukhari  dan Muslim )
    Hikmah dari semua ini adalah, ketika bilangan sholat kurang, maka tindakan yang bijak adalah mengganti kekurangan shalat sebelum keluar darinya, dan kekurangan ini bisa ditebus dengan sujud sahwi.
3. Keragu-raguan. Ini mempunyai dua kondisi .
a. Jika dia mantap pada tarjih (sesuatu yang dapat dikokohkan salah satunya), maka sujud sahwi dilakukan setelah salam. Hai ini berdasarkan dari hadits ibnu Mas'ud Rasulullah saw., bersabda : "Apabila seseorang diantara kalian ragu dalam shalatnya, hendaklah ia meneliti yang benar, maka sempurnakannya, kemudian lakukanlah salam, selanjutnya sujud sahwilah"
b. Jika dia mantap pada apa yang dia yakini, maka ia melakukan sujud sahwi sebelum salam. Nabi saw., bersabda :
 اِذَاشَكَّ اَحَدُكُمْ فِى صَلاَتِهِ، فَلَمْ يَدْرِكَمْ صَلَّى، ثَلاََثًا اَمْ اَرْبَعًا، فَلْيَطْرَحِ اشَكَّ وَلْيَبْنِ عَلَى مَااسْتَيْقَنَ، ثُمَّ يَسْجُدُ سَجْدَتَيْنِ قَبْلَ اَنْ يُسَلِّمَ،

"Apabila seseorang diantara kalian ragu dalam shalatnya, dan tidak mengetahui apakah telah shalatnya tiga rakaat atau empat rakaat, maka hendaknya ia meninggalkan keraguan dan kerjakanlah atas apa yang ia yakini, kemudian sujud dua kali sebelum salam".
Cara Mengerjakan Sujud Sahwi
     Dari urain diatas yang dilengkapi dengan beberapa hadits sebagai pegangan tentang sujud sahwi yang dilakukan dikarenakan lupa salah satu rukun sholat, maka cara melakukannya sebagai berikut :
Sebelum shalat selesai atau mengucapkan salam untuk menutup shalat, maka mengucapkan takbir dan bersujud dengan membaca doa sujud sahwi sebanyak tiga kali, kemudian bangun kembali dengan mengucapkan tabir lalu duduk kemudian takbir kembali untuk sujud dan membaca doa sujud sahwi tersebut seperti semula kemudian bangun dan mengucapkan salam sebagai penutup untuk shlat.
Doa Sujud Sahwi :
سُبْحَانَ مَنْ لاَ يَنَامُ وَلاَيَسْهُوْ

“Subhana man laa yanaamu wa laa yas-huw” (Maha Suci Dzat yang tidak mungkin tidur dan lupa)




Sujud Sahwi,Dalil Perintah Sujud Sahwi, Sebab-Sebabnya, Caranya serta Doanya Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Ilmusaudara.com

0 comments:

Post a Comment