Abu Dzar Al Ghifani berasal dari kabilah atau suku Ghifar. Nama aslinya adalah Jundub bin janadah. Dikalangan kabilahnya dia dikenal sebagai seorang yang radikal dan revolusioner. Menentang kebathilan dimana pun dia berada menjadi watak dan tabiatnya. Tidak mengherankan, ketika dia mendengar bahwa disuatu negeri telah datang seorang rasul, ia segera berbebas menjumpainya.
Setelah menempuh perjalanan yang panjang dan melelahkan, sampailah ia di negeri yang dituju yaitu Mekah. Saat itu adalah awal penyebaran agama islam. Rasulullah masih melakukan dakwahnya secara sembunyi-sembunyi.
Pada suatu hari Abu Dzar Al Ghifani secara diam-diam menjumpai Rasulullah. "Selamat pagi, Ya Rasul !, sapa Abu Dzar. "Alaikum salam, wahai sahabat," Jawab Rasulullah.
"Bacakanlah kepadaku hasil gubahan Anda!" Kata Abu Dzar
"Ini bukan bukan syair hingga dapat digubah, ini adalah Al-Qur'an yang mulia," jawab Rasulullah.
"Kalau begitu bacakanlah untukku ." kata Abu Dzar.
Rasulullah membacakannya, sementara Abu Dzar Al Ghifani mendengarkan dengan penuh perhatian. Setelah itu Abu Dzar Al Ghifani mengucapkan "Asyhadu alla ilaha ilallah wa asyhadu anna muhammadan abduhu warasuuluh".
Demikianlah Abu Dzar Al Ghifani telah masuk islam. Ia termasuk kelompok orang-orang yang pertama masuk Islam. Baru saja masuk Islam Ia sudah mengajukan pertanyaan kepada Rasulullah. "Wahai Rasulullah apa yang harus saya kerjakan menurut Anda?. "Kembalilah kepada kaummu sampai ada perintahku nanti". Jawab Rasulullah.
"Demi tuhan yang menguasai nyawaku," kata Abu Dzar Al Ghifani pula " Aku tidak akan kembali sebelum meneriakkan Islam dalam Masjid!". Begitulah sesuai jiwanya yang radikal dan revolusioner.
Abu Dzar pergi ke Masjidil Haram dan berseru sekeras-kerasnya "Asyhadu alla ilaha ilallah wa asyhadu anna muhammadan abduhu warasuuluh". Teriakan itu merupakan teriakan pertama tentang agama Islam yang seolah-olah menentang kesombongan orang-orang kafir quraisy. Abu Dzarsudah menduga bahwa teriakannya itu aakan membahayakan dirinya, apalagi dia bukan penduduka orang Mekah. Ternyata betul, saat itu juga dikepung dan ditangkap oleh orang-orang musyrik, lalu dipukuli sampai babak belur.
Suara ribut itu didengar oleh Abbas (paman Nabi), lalu Abbas menghampiri peristiwa itu. Abbas berkata kepada orang-orang yang memukuli Abu Dzar " Wahai kaum kuraisy, anda semua kaum pedagang yang satu saat akan lewat di kampung Bani Ghifar. Orang ini adalah Bani Ghifar. Jika sampai terjadi yang membahayakan orang ini, akan membahayakan pula bagi kafilah dagang kalian nanti". Mereka pun menyadari hal itu, lalu semuanya pergi meninggalkan Abu Dzar. Bagi Abu Dzarkejadian yang baru saja dialami, tidaklah membuat dia jera, malahan merasakan manisnya penderitaan dalam mengumandangkan agama Allah.
Pada hari berikutnya, Abu Dzar melihat dua orang wanita sedang tawafmengelilingi berhala. Abu Dzar berdiri, menghadang kedua wanita itu. Dihinanya dan direndahkannya berhala-berhala itu yang sedang dipuja oleh wanita tadi. Karena kedua wanita itu sangat tersinggung, lalu berteriak sekeras-kerasnya. Orang-orang pun berdatangan kemudian menghajar Abu Dzarhingga tak sadarkan diri.
Rasulullah pun maklum, bahwa pengikutnya yang satu ini adalah orang yang sangat keras menentang kebathilan. Hanya sayang saatnya belum tiba. Rasulullah meminta kembali agar Abu Dzar segera pulang ke kampungnya. Nanti pada saatnya dia boleh bergabung lagi bersama Rasulullah.
Abu Dzar kembali mendapatkan keluarganya dan kaumnya. Kepada mereka ia menceritakan, bahwa telah datang seorang rasul, utusan Allah yang menyeru agar manusia mengabdi kepada Allah. Tuhan Yang Maha Esa. Seorang demi seorang kaumnya masuk Islam, tidak terbatas pada suku ghifar saja, Ia pun melanjutkan dakwahnya ke suku lain, yaitu suku Aslan.
Di Madinah agama Islam tumbuh dengan subur. Suatu ketika datanglah serombongan orang berbaris cukup panjang, tua-muda, besar-kecil, perempuan dan laki-laki. Suaranya gemuruh mengucapkan takbir. Rupanya rombongan itu adalah suku Ghifar dan suku Aslan yang telah masuk Islam atas bimbingan Abu Dzar. Rasulullah menyambutnya dengan rasa haru dan bangga. Sambil menatap suku Ghifar, Rasulullah bersabda : "Suku Ghifar diampuni oleh Allah". Kemudian Rasulullah menatap suku Aslan dan bersabda : "Suku Aslam telah disalam, diterima dengan damai oleh Allah"
Mengenai Abu Dza, Rasulullah bersabda:
Artinya : "Takkan pernah lagi dijumpai dibawah langit, orang yang lebih benar ucapannya dari Abu Dzar.".
Kebenaran yang disertai keberanian itulah prinsip hidup Abu Dzar secara keseluruhan
Benar bathin, benar pula lahirnya
Benar aqidahnya, benar pula ucapannya
Benar bagi Abu Dzar adalah menyatakan secara terbuka dan terus terang, menyokong yang haq dan menentang yang bathil
Pada suatu hari Rasulullah mengemukakan kepada Abu Dzar, pertanyaannya sebagai berikut : " Wahai Abu Dzar bagaimana pendapatmu bila menjumpai para pembesar yang mengambil barang upeti untuk kepentingan pribadi? . Abu Dzar menjawab : "Demi yang telah mengurus anda dengan kebenaran, akan saya tebas meraka dengan pedangku". Rasulullah bersabda pula " Maukah kamu akan kuberi jalan yang lebih baik dari itu? ialah bersabarlah sampai kamu menemuiku".
Rasulullah melarang menggunakan pedang atau kekerasan memberantas kemunngkaran, tetapi beliau tidak melarang menggunakan lidah yang tajam demi kebenaran. Dalam perjalan hidupnya Abu Dzar selalu ingat pesan Rasulullah tersebut.
Pada masa khalifah Usman bin Affan mulai timbul penyelewengan dikalangan pejabat pemerintahan. Salah satu contoh adalah Mu'awiyah bin Abu Sofyan, seorang gubernur diwilayah Syiria, ia sudah dihinggapi sifat tamak terhadap harta dan kekuasaan. Abu Dzar merasa terpanggil untuk meluruskan segala penyimpangan yang terjadi. Lalu ia berangkat menuju Syiria. Ia menyaksikan jurang pemisah antara pejabat yang kaya raya dengan rakyat biasa. Kedatangan Abu Dzar dengan maksud itu disambut hangat oleh penduduk setempat. Rakyat begitu simpati kepadanya. Kalau saja ia mau menggerakkan rakyat yntyk memberontak. Pastilah pemberontakan besar-besaran akan terjadi, tetapi Abu Dzar ingat pesan Rasulullah, bahwa memerangi kebathilan sebaiknya tidak melalui kekerasan.
Abu Dzar datang menghadap kepada Mu'awiyah dan para pejabat tinggi lainnya. Dengan tak merasa gentar sedikit pun dan secara terang-terangan ia memperingatkan penyelewengan yang dilakukan oleh para penguasa tersebut. Kepada mereka Abu Dzar mengingatkan "Tidakkah tuan-tuan membaca dan memperhatikan ayat Al-Qur'an ini? Abu dzar membacakan surah at-Taubah ayat 34-35
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ كَثِيرًا مِنَ الْأَحْبَارِ وَالرُّهْبَانِ لَيَأْكُلُونَ أَمْوَالَ النَّاسِ بِالْبَاطِلِ وَيَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ ۗ وَالَّذِينَ يَكْنِزُونَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلَا يُنْفِقُونَهَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ يَوْمَ يُحْمَىٰ عَلَيْهَا فِي نَارِ جَهَنَّمَ فَتُكْوَىٰ بِهَا جِبَاهُهُمْ وَجُنُوبُهُمْ وَظُهُورُهُمْ ۖ هَٰذَا مَا كَنَزْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ فَذُوقُوا مَا كُنْتُمْ تَكْنِزُونَ
"Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih"
pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu".
Mendengar peringatan dari Abu Dzar, Muawiyah malah merasa tersinggung, kedatangan Abu Dzar merupakan ancaman atas kedudukannya. Muawiyah mengirim surat kepada Khalifah Ussman yang isinya menyatakan bahwa Abu Dzar telah mengasut dan merusak kerukunan penduduk di Syria. Khalifah Usman pun memerintahkan agar Abu Dzar meninggalkan syiria dan kembali ke Madinah, Abu Dzar menemui khalifah Usman . Khalifah Usman menjelaskan dengan lemah lembut agar Abu Dzar tidak tersinggung. "Wahai Abu Dzar, tinggallah disini disampingku! telah tersediakan buat anda unta yang gemuk yang akan memberikan susu pagi sore." Abu Dzar menjawab : "Saya tidak membutuhkan dunia tuan-tuan".
Abu Dzar memohon kepada Khalifah Usman agar diizinkan tinggal di Rabadzah, Khalifah pun mengabulkannya. Sepanjang hayatnya Abu Dzar sekuat tenaga berusaha menerapkan ketauladanan Rasulullah dan para sahabatnya, terutama Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Di akhir hayatnya ia berusaha membersihkan dirinya dari perasaan ingin harta dan kekuasaan, karena keduanya merupakan sumber fitnah dan kesombongan.
Pada suatu ketika Abu Dzar ditawarkan untuk menduduki jabatan sebagai gubernur di Irak, Ia menjawab"Demi Allah, tuan-tuan tak dapat memancingku dengan dunia tuan-tuan, sampai kapan pun".
Pada yang lain seorang sahabat melihat beliau memakai baju yag suda usang, sahabat itu pun bertanya : "Bukankah anda masih mempunyai baju yang lain yang baru?". Abu Dzar menjawab, "Wahai saudaraku, baju-baju itu telah kuberikan kepada orang-orang yang lebih membutuhkannya".
Pada saat akhir hayatnya, istrinya mendampingi sambil menangis " Apa yang kamu tangisi?"tanya Abu Dzar. "Karena engkau akan meninggal, padahal kita tidak memiliki kain kafan untukmu". Abu Dzar berkata :" Jangan engkau menangis ! Rasulullah pernah bersabda, bahwa pada suatu saat ada seorang yang meninggal dan disaksikan oleh serombongan orang-orang yang beriman".
Setelah menyebut nama Allah, Abu Dzar menghembuskan nafas terakhirnya. Ruhnya yang suci itu kembali ke kehadirat Allah Swt. Benarlah pada saat itu serombongan kaum muslimin yang dipimpin oleh Abdullah bin Mas'ud lewat ditempat itu dan mereka pun singgah. Dengan penuh penghormatan mereka mengurus jenazah Abu Dzar Al Ghifari.
Setelah menempuh perjalanan yang panjang dan melelahkan, sampailah ia di negeri yang dituju yaitu Mekah. Saat itu adalah awal penyebaran agama islam. Rasulullah masih melakukan dakwahnya secara sembunyi-sembunyi.
Pada suatu hari Abu Dzar Al Ghifani secara diam-diam menjumpai Rasulullah. "Selamat pagi, Ya Rasul !, sapa Abu Dzar. "Alaikum salam, wahai sahabat," Jawab Rasulullah.
"Bacakanlah kepadaku hasil gubahan Anda!" Kata Abu Dzar
"Ini bukan bukan syair hingga dapat digubah, ini adalah Al-Qur'an yang mulia," jawab Rasulullah.
"Kalau begitu bacakanlah untukku ." kata Abu Dzar.
Rasulullah membacakannya, sementara Abu Dzar Al Ghifani mendengarkan dengan penuh perhatian. Setelah itu Abu Dzar Al Ghifani mengucapkan "Asyhadu alla ilaha ilallah wa asyhadu anna muhammadan abduhu warasuuluh".
Demikianlah Abu Dzar Al Ghifani telah masuk islam. Ia termasuk kelompok orang-orang yang pertama masuk Islam. Baru saja masuk Islam Ia sudah mengajukan pertanyaan kepada Rasulullah. "Wahai Rasulullah apa yang harus saya kerjakan menurut Anda?. "Kembalilah kepada kaummu sampai ada perintahku nanti". Jawab Rasulullah.
"Demi tuhan yang menguasai nyawaku," kata Abu Dzar Al Ghifani pula " Aku tidak akan kembali sebelum meneriakkan Islam dalam Masjid!". Begitulah sesuai jiwanya yang radikal dan revolusioner.
Abu Dzar pergi ke Masjidil Haram dan berseru sekeras-kerasnya "Asyhadu alla ilaha ilallah wa asyhadu anna muhammadan abduhu warasuuluh". Teriakan itu merupakan teriakan pertama tentang agama Islam yang seolah-olah menentang kesombongan orang-orang kafir quraisy. Abu Dzarsudah menduga bahwa teriakannya itu aakan membahayakan dirinya, apalagi dia bukan penduduka orang Mekah. Ternyata betul, saat itu juga dikepung dan ditangkap oleh orang-orang musyrik, lalu dipukuli sampai babak belur.
Suara ribut itu didengar oleh Abbas (paman Nabi), lalu Abbas menghampiri peristiwa itu. Abbas berkata kepada orang-orang yang memukuli Abu Dzar " Wahai kaum kuraisy, anda semua kaum pedagang yang satu saat akan lewat di kampung Bani Ghifar. Orang ini adalah Bani Ghifar. Jika sampai terjadi yang membahayakan orang ini, akan membahayakan pula bagi kafilah dagang kalian nanti". Mereka pun menyadari hal itu, lalu semuanya pergi meninggalkan Abu Dzar. Bagi Abu Dzarkejadian yang baru saja dialami, tidaklah membuat dia jera, malahan merasakan manisnya penderitaan dalam mengumandangkan agama Allah.
Pada hari berikutnya, Abu Dzar melihat dua orang wanita sedang tawafmengelilingi berhala. Abu Dzar berdiri, menghadang kedua wanita itu. Dihinanya dan direndahkannya berhala-berhala itu yang sedang dipuja oleh wanita tadi. Karena kedua wanita itu sangat tersinggung, lalu berteriak sekeras-kerasnya. Orang-orang pun berdatangan kemudian menghajar Abu Dzarhingga tak sadarkan diri.
Rasulullah pun maklum, bahwa pengikutnya yang satu ini adalah orang yang sangat keras menentang kebathilan. Hanya sayang saatnya belum tiba. Rasulullah meminta kembali agar Abu Dzar segera pulang ke kampungnya. Nanti pada saatnya dia boleh bergabung lagi bersama Rasulullah.
Abu Dzar kembali mendapatkan keluarganya dan kaumnya. Kepada mereka ia menceritakan, bahwa telah datang seorang rasul, utusan Allah yang menyeru agar manusia mengabdi kepada Allah. Tuhan Yang Maha Esa. Seorang demi seorang kaumnya masuk Islam, tidak terbatas pada suku ghifar saja, Ia pun melanjutkan dakwahnya ke suku lain, yaitu suku Aslan.
Di Madinah agama Islam tumbuh dengan subur. Suatu ketika datanglah serombongan orang berbaris cukup panjang, tua-muda, besar-kecil, perempuan dan laki-laki. Suaranya gemuruh mengucapkan takbir. Rupanya rombongan itu adalah suku Ghifar dan suku Aslan yang telah masuk Islam atas bimbingan Abu Dzar. Rasulullah menyambutnya dengan rasa haru dan bangga. Sambil menatap suku Ghifar, Rasulullah bersabda : "Suku Ghifar diampuni oleh Allah". Kemudian Rasulullah menatap suku Aslan dan bersabda : "Suku Aslam telah disalam, diterima dengan damai oleh Allah"
Mengenai Abu Dza, Rasulullah bersabda:
Artinya : "Takkan pernah lagi dijumpai dibawah langit, orang yang lebih benar ucapannya dari Abu Dzar.".
Kebenaran yang disertai keberanian itulah prinsip hidup Abu Dzar secara keseluruhan
Benar bathin, benar pula lahirnya
Benar aqidahnya, benar pula ucapannya
Benar bagi Abu Dzar adalah menyatakan secara terbuka dan terus terang, menyokong yang haq dan menentang yang bathil
Pada suatu hari Rasulullah mengemukakan kepada Abu Dzar, pertanyaannya sebagai berikut : " Wahai Abu Dzar bagaimana pendapatmu bila menjumpai para pembesar yang mengambil barang upeti untuk kepentingan pribadi? . Abu Dzar menjawab : "Demi yang telah mengurus anda dengan kebenaran, akan saya tebas meraka dengan pedangku". Rasulullah bersabda pula " Maukah kamu akan kuberi jalan yang lebih baik dari itu? ialah bersabarlah sampai kamu menemuiku".
Rasulullah melarang menggunakan pedang atau kekerasan memberantas kemunngkaran, tetapi beliau tidak melarang menggunakan lidah yang tajam demi kebenaran. Dalam perjalan hidupnya Abu Dzar selalu ingat pesan Rasulullah tersebut.
Pada masa khalifah Usman bin Affan mulai timbul penyelewengan dikalangan pejabat pemerintahan. Salah satu contoh adalah Mu'awiyah bin Abu Sofyan, seorang gubernur diwilayah Syiria, ia sudah dihinggapi sifat tamak terhadap harta dan kekuasaan. Abu Dzar merasa terpanggil untuk meluruskan segala penyimpangan yang terjadi. Lalu ia berangkat menuju Syiria. Ia menyaksikan jurang pemisah antara pejabat yang kaya raya dengan rakyat biasa. Kedatangan Abu Dzar dengan maksud itu disambut hangat oleh penduduk setempat. Rakyat begitu simpati kepadanya. Kalau saja ia mau menggerakkan rakyat yntyk memberontak. Pastilah pemberontakan besar-besaran akan terjadi, tetapi Abu Dzar ingat pesan Rasulullah, bahwa memerangi kebathilan sebaiknya tidak melalui kekerasan.
Abu Dzar datang menghadap kepada Mu'awiyah dan para pejabat tinggi lainnya. Dengan tak merasa gentar sedikit pun dan secara terang-terangan ia memperingatkan penyelewengan yang dilakukan oleh para penguasa tersebut. Kepada mereka Abu Dzar mengingatkan "Tidakkah tuan-tuan membaca dan memperhatikan ayat Al-Qur'an ini? Abu dzar membacakan surah at-Taubah ayat 34-35
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا إِنَّ كَثِيرًا مِنَ الْأَحْبَارِ وَالرُّهْبَانِ لَيَأْكُلُونَ أَمْوَالَ النَّاسِ بِالْبَاطِلِ وَيَصُدُّونَ عَنْ سَبِيلِ اللَّهِ ۗ وَالَّذِينَ يَكْنِزُونَ الذَّهَبَ وَالْفِضَّةَ وَلَا يُنْفِقُونَهَا فِي سَبِيلِ اللَّهِ فَبَشِّرْهُمْ بِعَذَابٍ أَلِيمٍ يَوْمَ يُحْمَىٰ عَلَيْهَا فِي نَارِ جَهَنَّمَ فَتُكْوَىٰ بِهَا جِبَاهُهُمْ وَجُنُوبُهُمْ وَظُهُورُهُمْ ۖ هَٰذَا مَا كَنَزْتُمْ لِأَنْفُسِكُمْ فَذُوقُوا مَا كُنْتُمْ تَكْنِزُونَ
"Hai orang-orang yang beriman, sesungguhnya sebahagian besar dari orang-orang alim Yahudi dan rahib-rahib Nasrani benar-benar memakan harta orang dengan jalan batil dan mereka menghalang-halangi (manusia) dari jalan Allah. Dan orang-orang yang menyimpan emas dan perak dan tidak menafkahkannya pada jalan Allah, maka beritahukanlah kepada mereka, (bahwa mereka akan mendapat) siksa yang pedih"
pada hari dipanaskan emas perak itu dalam neraka jahannam, lalu dibakar dengannya dahi mereka, lambung dan punggung mereka (lalu dikatakan) kepada mereka: "Inilah harta bendamu yang kamu simpan untuk dirimu sendiri, maka rasakanlah sekarang (akibat dari) apa yang kamu simpan itu".
Mendengar peringatan dari Abu Dzar, Muawiyah malah merasa tersinggung, kedatangan Abu Dzar merupakan ancaman atas kedudukannya. Muawiyah mengirim surat kepada Khalifah Ussman yang isinya menyatakan bahwa Abu Dzar telah mengasut dan merusak kerukunan penduduk di Syria. Khalifah Usman pun memerintahkan agar Abu Dzar meninggalkan syiria dan kembali ke Madinah, Abu Dzar menemui khalifah Usman . Khalifah Usman menjelaskan dengan lemah lembut agar Abu Dzar tidak tersinggung. "Wahai Abu Dzar, tinggallah disini disampingku! telah tersediakan buat anda unta yang gemuk yang akan memberikan susu pagi sore." Abu Dzar menjawab : "Saya tidak membutuhkan dunia tuan-tuan".
Abu Dzar memohon kepada Khalifah Usman agar diizinkan tinggal di Rabadzah, Khalifah pun mengabulkannya. Sepanjang hayatnya Abu Dzar sekuat tenaga berusaha menerapkan ketauladanan Rasulullah dan para sahabatnya, terutama Abu Bakar dan Umar bin Khattab. Di akhir hayatnya ia berusaha membersihkan dirinya dari perasaan ingin harta dan kekuasaan, karena keduanya merupakan sumber fitnah dan kesombongan.
Pada suatu ketika Abu Dzar ditawarkan untuk menduduki jabatan sebagai gubernur di Irak, Ia menjawab"Demi Allah, tuan-tuan tak dapat memancingku dengan dunia tuan-tuan, sampai kapan pun".
Pada yang lain seorang sahabat melihat beliau memakai baju yag suda usang, sahabat itu pun bertanya : "Bukankah anda masih mempunyai baju yang lain yang baru?". Abu Dzar menjawab, "Wahai saudaraku, baju-baju itu telah kuberikan kepada orang-orang yang lebih membutuhkannya".
Pada saat akhir hayatnya, istrinya mendampingi sambil menangis " Apa yang kamu tangisi?"tanya Abu Dzar. "Karena engkau akan meninggal, padahal kita tidak memiliki kain kafan untukmu". Abu Dzar berkata :" Jangan engkau menangis ! Rasulullah pernah bersabda, bahwa pada suatu saat ada seorang yang meninggal dan disaksikan oleh serombongan orang-orang yang beriman".
Setelah menyebut nama Allah, Abu Dzar menghembuskan nafas terakhirnya. Ruhnya yang suci itu kembali ke kehadirat Allah Swt. Benarlah pada saat itu serombongan kaum muslimin yang dipimpin oleh Abdullah bin Mas'ud lewat ditempat itu dan mereka pun singgah. Dengan penuh penghormatan mereka mengurus jenazah Abu Dzar Al Ghifari.
0 comments:
Post a Comment