BLOG TENTANG : PENGERTIAN, MANFAAT, PENDIDIKAN, KESEHATAN, SERTA CARA, PETUNJUK DAN DO'A-DO'A

Tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 1 - 200 (Kitab Al-Muntakhab)

Tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 1 - 200 (Kitab Al-Muntakhab)

Melalui kisah-kisah, al-Qur'ân berbicara tentang hukum-hukum alam dan pelajaran yang dapat dipetik. Dalam kisah-kisah tersebut dijelaskan banyak masalah menyangkut akidah, hukum dan akhlak. Pada surat terdahulu diceritakan sebagian sejarah Banû Isrâ'îl berupa berbagai macam penyelewengan yangmereka lakukan. Pada surat ini disebutkan beberapa hal, antara lain: 

a- Sisi-sisi lain kesesatan dan penyelewengan Banû Isrâ'îl. 
b- Petunjuk bagaimana seharusnya seorang mukmin berakidah dan berperilaku.
c- Hakikat agama samawi. 
d- Etika bertobat. 
e- Petunjuk bagaimana menyikapi kemenangan dan kekalahan. 
f-Keterangan tempat orang-orang yang gugur dalam perang di jalan Allah. 
g- Balasan dari Allah berlaku umum, untuk laki- laki dan perempuan. 
h- Jalan menunju kemenangan. Permulaan surat ini sama dengan permulaan surat terdahulu.

1. Alif, Lâm, Mîm, adalah huruf-huruf yang disebut untuk menjelaskan bahwa al- Qur'ân yang penuh
kemukjizatan itu terdiri atas huruf-huruf tersebut. Disebut juga, untuk menarik perhatian mereka agar
mendengarkan.

2. Allah itu Esa, tidak ada tuhan selain Dia. Segala ciptaan dan keberaturan yang ada di alam raya ini dapat menjadi saksi akan hal itu. Dia hidup kekal tanpa akan pernah mati. Dia mengatur dan mengurus seluruh isi alam.

3. Dia menurunkan al-Qur'ân kepadamu, hai Muhammad. Kitab itu berisikan kebenaran yang menyangkut pokok-pokok ajaran samawi dalam kitab-kitab terdahulu. Sebelumnya Dia telah menurunkan Tawrât kepada Mûsâ dan Injîl kepada 'Isâ.

4. Kedua kitab tersebut diturunkan sebelum al- Qur'ân agar dapat menjadi petunjuk bagi umat manusia. Ketika mereka menyeleweng dari ajarannya, Allah menurunkan al-Qur'ân sebagai pembeda antara kebenaran dan kebatilan, penjelas antara petunjuk dan kesesatan. Al-Qur'ân adalah kitab yang selalu benar. Siapa saja yang meninggalkan ajaran yang dikandung di dalamnya dan mengingkari ayat-ayatnya, akan mendapatkan siksaan yang pedih. Allah Mahakuasa. Tidak ada sesuatu apa pun yang dapat mengalahkan- Nya. Dia akan membalas siapa saja yang perlu dibalas.

5. Allah Maha Mengetahui segala sesuatu. Tidak ada sesuatu apa pun di langit dan di bumi, kecil atau besar, tampak dan tidak tampak, yang tersembunyi bagi-Nya.

6. Dialah yang membentuk kalian ketika masih berupa janin dalam rahim dengan berbagai macam bentuk yang dikehendaki. Tidak ada tuhan yang berhak disembah kecuali Dia Yang Mahaperkasa dalam kekuasaan- Nya, Mahabijaksana dalam ciptaan-Nya.(1) Ayat ini menunjukkan satu sisi kemukjizatan berupa kekuasaan Tuhan Sang Pencipta, yaitu berubahnya sebuah sel telur (ovum) yang subur menjadi seorang manusia sempurna dengan organ tubuh lengkap dan terdiri atas jutaan sel-sel dengan tugas sendirisendiri. Nanti akan disebutkan dalam al-Qur'ân ayat-ayat yang memerinci beberapa fase perkembangan janin. Yang diisyaratkan dalam ayat ini khusus berkenaan dengan kekuasaan mutlak Tuhan dalam proses pembentukan janin. Yaitu, dalam sebuah sel telur yang sangat kecil, Allah meletakkan seluruh gen yang menentukan jenis kelamin, ciri-ciri fisik dan kepribadian seperti bakat, intelegensia dan kejiwaan. Penentuan bentuk seseorang dari hasil pertemuan sel telur dan sel sperma dari jutaan sel-sel lainnya merupakan bukti kehendak mutlak Tuhan, sehingga tidak ada di dunia ini orang yang sama persis dari segala segi.

7. Dialah yang telah menurunkan al-Qur'ân kepadamu. Di antara hikmah-Nya, sebagian ayat al-Qur'ân muhkamât: jelas arti dan maksudnya, dan yang lain mutasyâbihât: sulit ditangkap maknanya oleh kebanyakan orang, samar bagi orang-orang yang belum mendalam ilmunya. Ayat-ayat mutasyâbihât itu diturunkan untuk memotivasi para ulama agar giat melakukan studi, menalar, berpikir, teliti dalam berijtihad dan menangkap pesan-pesan agama. Orang- orang yang hatinya condong kepada kesesatan, mengikuti ayat-ayat mutasyâbihât untuk menebar fitnah dan untuk menakwilkan sesuka hati mereka. Takwil yang benar dari ayat-ayat tersebut tak dapat diketahui kecuali oleh Allah dan orang- orang yang mendalam ilmunya. Mereka berkata, "Kami meyakini itu datangnya dari Allah. Kami tidak membedakan keyakinan kepada al-Qur'ân antara yang muhkam dan yang mutasyâbih." Tidak ada yang mengerti itu semua kecuali orang-orang yang memiliki akal sehat yang tidak mengikuti keinginan hawa nafsu.

8. Mereka yang berakal sehat itu selalu berdoa, "Ya Tuhan kami, janganlah Engkau jadikan hati kami menyeleweng dari kebenaran setelah Engkau tunjuki kami. Berikanlah kami rahmat dari sisi-Mu berupa kesesuaian dan kemantapan hati. Sesungguhnya hanya Engkaulah pemberi dan penolak."

9. "Ya Tuhan kami, Engkau mengumpulkan manusia pada hari yang kedatangannya pasti, untuk member pembalasan kepada setiap orang sesuai amal dan usahanya. Engkau telah menjanjikan itu. Sesungguhnya Engkau tidak pernah menyalahi janji."

10. Orang-orang kafir, pada hari itu, harta dan anak-anaknya tidak dapat menyelamatkan mereka dari siksaan, meskipun jumlahnya banyak. Mereka akan menjadi bahan bakar yang membuat api neraka menyala.

11. Keadaan mereka seperti keadaan kaum Fir'aun dan orang-orang yang memusuhi Allah sebelumnya. Mereka mendustakan ayat-ayat Allah, padahal ayat-ayat itu cukup jelas. Lalu Allah menyiksa mereka karena dosa-dosa yang dilakukannya. Sesungguhnya Allah sangat keras siksa-Nya.

12. Hai Nabi, katakanlah kepada orang-orang kafir, "Sesungguhnya kalian di dunia akan dikalahkan dan di akhirat akan binasa." Neraka Jahanam akan menjadi tempat bagi mereka. Itulah tempat yang paling buruk.

13. Bagi kalian sebuah tanda yang jelas dan pelajaran yang berharga. Ada dua kelompok yang berperang bertemu pada persitwa Badar. Kelompok yang satu beriman: berperang untuk menegakkan agama Allah dan menyebarkan kebenaran. Sedang kelompok yang lain kafir: berperang untuk kepentingan hawa nafsu. Sebagai dukungan Allah terhadap orang- orang mukmin, Allah menjadikan orang- orang kafir melihat jumlah mereka menjadi dua kali lebih banyak dari jumlah sebenarnya. Dengan begitu, hati mereka menjadi kacau lalu kalah. Allah memberikan kemenangan dan dukungan kepada yang dikehendaki-Nya. Pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang- orang yang berhati bersih, memiliki pandangan yang jernih, yang tidak menyeleweng dari kebenaran dalam memandang.

14. Manusia dijadikan fitrahnya cinta kepada apa- apa yang diinginkan, yaitu wanita, anak- anak, emas dan perak yang banyak, kuda bagus yang terlatih, binatang ternak seperti unta, sapi dan domba. Kecintaan itu juga tercermin pada sawah ladang yang luas. Akan tetapi semua itu adalah kesenangan hidup di dunia yang fana. Tidak berarti apa- apa jika dibandingkan dengan kemurahan Allah kepada hamba-hamba-Nya yang berjuang di jalan-Nya ketika kembali kepada-Nya di akhirat nanti.

15. Katakan, hai Nabi, "Maukah kalian aku beritahukan sesuatu yang lebih baik dari yang dicintai manusia di dunia? Bagi orang- orang yang bertakwa pahala yang terjamin di sisi Allah, yaitu surga yang dialiri sungaisungai di antara pepohonannya. Mereka bersenang-senang dengan kehidupan yang baik di dalamnya, tidak pernah dihantui rasa takut nikmat itu akan hilang, sebab mereka dibuat kekal di dalamnya. Bagi mereka juga istri-istri yang suci, bersih dari sesuatu yang menodai wanita-wanita dunia serta keridaan Allah yang dengannya mereka merasakan nikmat yang sangat agung. Allah Maha Mengetahui keadaan hamba-Nya. Tidak ada satu pun urusan dan rahasia mereka yang tersembunyi dari-Nya.

16. Balasan ini akan diterima orang-orang yang hatinya penuh dengan keimanan, yang tampak dari ucapan mereka, "Ya Tuhan kami, kami sungguh benar-benar beriman memenuhi panggilan-Mu. Maka ampunilah dosa-dosa kami dan lindungilah kami dari siksa neraka."

17. Juga akan diterima oleh orang-orang yang menahan derita di dalam beribadat kepada Allah dan
menjauhi maksiat, orang-orang yang jujur dalam perkataan dan perbuatannya, orang-orang yang selalu taat dengan penuh khusyuk, dan orang-orang yang mendermakan harta, kehormatan dan lain-lainnya, dalam aktifitas merenungkan kebesaran Pencipta.

18. Melalui bukti-bukti dan tanda-tanda dalam alam raya yang tidak dapat dipungkiri lagi oleh orang yang berakal sehat, Allah menerangkan bahwa Dia Mahaesa, tak bersekutu, dan bahwa Dia mengatur urusan makhluk-Nya secara seimbang. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu mengakui dan meyakini hal itu. Demikian juga, Allah menjelaskan bahwa hanya Dialah yang memiliki sifat-sifat ketuhanan, yang tidak dapat dikalahkan oleh siapa pun, dan yang meliputi segala sesuatu dengan kebijakan-Nya.

19. Agama yang benar dan diterima di sisi Allah adalah agama yang membawa ajaran tauhid dan tunduk kepada Allah dengan penuh keikhlasan. Masing-masing umat Yahudi dan Nasrani saling berselisih tentang agama yang dimaksud itu, hingga mengakibatkan mereka melakukan penyimpangan dan penyelewengan. Perselisihan yang terjadi di antara mereka itu bukan disebabkan oleh ketidaktahuan mereka -karena mereka sebenarnya sudah tahu- tetapi lebih disebabkan oleh rasa saling iri dan dengki mereka. Biarkan orang yang mengingkari tanda-tanda kekuasaan Allah menanti perhitungan Allah yang cepat itu.

20. Kalau mereka masih menentangmu mengenai agama itu setelah kau jelaskan bukti dan alasan, jangan lagi kau teruskan melayani perdebatan itu. Katakan, "Aku dan orang- orang mukmin yang mengikuti ajaranku hanya menyembah kepada Allah dengan penuh ikhlas." Katakan pula kepada orang- orang Yahudi, Nasrani dan orang-orang musyrik Arab, "Bukti telah jelas buat kalian, maka berserah dirilah." Apabila mereka berserah diri, berarti mereka telah mengerti dan mengikuti jalan hidayah. Tetapi, jika mereka berpaling, kamu tidak perlu bertanggung jawab. Kamu hanya berkewajiban menyampaikan risalah Allah. Allah Maha Mengetahui hamba-hamba- Nya, dan bagi-Nya tak ada satu pun ihwal dan perbuatan mereka yang tersembunyi.

21. Sesungguhnya orang-orang yang mengakui tanda-tanda kekuasaan Allah, baik yang berupa alam raya maupun yang berupa kitab suci, kemudian membunuh nabi yang diutus untuk memberi petunjuk kepada mereka -padahal perbuatan itu sama sekali tidak dibenarkan, bahkan merupakan kezaliman yang paling besar- dan juga membunuh orang yang menyerukan keadilan, pantas merasakan siksa yang amat pedih. Kabarkanlah mereka tentang hal itu.

22. Amal perbuatan mereka yang memiliki karakter seperti ini akan lenyap - meskipun sebagiannya
merupakan perbuatan baik. Tak ada manfaat keduniaan apa-apa yang dapat mereka petik dari perbuatan yang akan mendatangkan penyesalan di akhirat kelak. Pada saat itu tak ada seorang pun yang dapat menyelamatkan mereka dari penyesalan dan siksaan.

23. Tidak tahukah kamu, Muhammad, ihwal orang-orang yang diberi nasib berupa kitab suci dan
pengetahuan, lalu diajak berpegang teguh kepada al-Qur'ân untuk membedakan antara yang benar dan yang palsu atas perselisihan yang terjadi di antara mereka, kemudian tidak bersegera menyambut ajakan itu? Bahkan sekelompok mereka menolak dan berpaling dari ajaran itu?

24. Orang-orang Yahudi yang berpaling itu memang telah tertipu oleh anggapan dan angan-angan kosong  mereka. Mereka, misalnya, menganggap bahwa mereka hanya akan disiksa api neraka beberapa hari saja. Anggapan dan angan-angan kosong itu dilatarbelakangi oleh kesombongan dan kebohongan mereka yang terus menerus dalam sikap beragama mereka.

25. Jika demikian, bagaimana keadaan mereka ketika dikumpulkan Allah di akhirat dan hari perhitungan yang pasti akan datang? Saat itu, masing-masing jiwa mendapat balasan yang penuh. Mereka, orang-orang yang berpaling itu, pantas menerima siksa neraka.

26. Katakan, wahai Muhammad, dengan mengakui kelemahanmu dan kemahakuatan Allah, "Ya Allah, hanya Engkaulah pemilik hak mengatur dalam segala hal. Engkau memberi kekuasaan kepada siapa saja yang Engkau kehendaki dan mengambilnya dari siapa saja yang Engkau kehendaki pula. Engkau memberi kejayaan kepada hamba- Mu yang Engkau kehendaki dengan cara menunjukkan faktor-faktor penyebabnya. Engkau merendahkan siapa saja yang Engkau kehendaki. Hanya Engkau yang memiliki segala kebaikan. Tak satu pun yang dapat mencegah-Mu melaksanakan kehendak-Mu dan melaksanakan sesuatu yang sejalan dengan kebijaksanaan-Mu dalam tata kehidupan makhluk ciptaan-Mu."

27. Dengan hukum sebab akibat yang Engkau tetapkan, Engkau memasukkan sebagian waktu malam ke dalam waktu siang yang membuat siang menjadi lebih panjang, dan memasukkan sebagian waktu siang ke dalam waktu malam yang membuat malam menjadi lebih panjang.(1) Engkau mendatangkan sesuatu yang memiliki sifat hidup dari sesuatu yang tidak memilikinya dan mendatangkan sesuatu yang mati dari sesuatu yang hidup. Engkau bebas memberikan karunia luas-Mu kepada siapa saja yang Engkau kehendaki, sejalan dengan hukum kemahabijaksanaan-Mu. Tak seorang pun dapat mengawasi-Mu. Dan Engkau yang memiliki sifat-sifat seperti ini, tentu tak akan menjadi lemah dengan memberi kepemimpinan, kekuasaan, kekayaan dan kemudahan kepada rasul dan hamba-hamba pilihan- Mu, sebagaimana telah Engkau janjikan(2).
(1) Keadaan ini terjadi di sejumlah negara yang jauh dari garis katulistiwa. Di negara-negara itu perbedaan waktu siang dan malam berubah sedemikian rupa di setiap musim. (2) Siklus kehidupan dan kematian merupakan rahasia keajaiban alam dan rahasia kehidupan. Ciri utama siklus ini adalah bahwa zat-zat hitrogen, karbon dioksida, nitrogen dan garam yang nonorganik di bumi, berubah menjadi zat-zat organik yang merupakan bahan kehidupan pada hewan dan tumbuh tumbuhan, berkat bantuan sinar matahari. Selanjutnya, zat-zat itu kembali menjadi mati dalam bentuk kotoran makhluk hidup dan dalam bentuk tubuh yang aus karena faktor disolusi bakteri dan kimia yang mengubahnya menjadi zat non organik untuk memasuki siklus kehidupan baru. Begitulah, Sang
Pencipta Yang Mahakuasa mengeluarkan kehidupan dari kematian dan mengeluarkan kematian dari kehidupan, di setiap saat. Siklus ini terus berputar dan hanya terjadi pada makhluk yang diberi kehidupan, seperti bibit tanaman, misalnya. Ayat ini mengingatkan ilmuwan akan keajaiban penciptaan kehidupan dari benda yang mati, kemudian pengulangan siklus itu seperti diterangkan tadi.

28. Kalau hanya Allah swt. yang memiliki kerajaan, meninggikan dan merendahkan siapa saja, dan hanya pada-Nya pula segala bentuk kebaikan, penciptaan dan rezeki, maka orang-orang mukmin tidak dibenarkan mempercayakan kekuasaan kepada orang lain untuk mengatur, apalagi dengan mengabaikan kepentingan orang- orang mukmin. Sebab, hal itu berarti merendahkan agama dan pemeluknya di samping akan  melemahkan kekuasaan Islam. Orang yang menempuh jalan ini, berarti tidak mengakui kekuasaan Allah. Seorang mukmin hendaknya tidak rela menerima kekuasaan orang lain kecuali jika terpaksa. Oleh karena itu, hendaknya ia menghindari kekejaman yang mungkin timbul dari penguasa non mukmin itu dengan menunjukkan ketundukannya. Orang-orang mukmin hendaknya selalu berada dalam kekuasaan Islam, yaitu kekuasaan Allah. Hendaknya mereka mawas diri jangan sampai keluar dari kekuasaan Allah. Hal itu akan berakibat bahwa Allah menangani sendiri hukumannya, yaitu dengan merendahkannya setelah sebelumnya tinggi. Hanya kepada-Nyalah tempat kembali. Tidak ada jalan untuk lari dari kekuasaan- Nya, baik di dunia maupun di akhirat.

29. Katakanlah, wahai Nabi, "Kalau kalian menyembunyikan apa yang ada dalam hati atau kalian tampakkan dalam bentuk perbuatan dan perkataan, niscaya tetap diketahui Allah. Dia mengetahui semua yang ada di langit dan di bumi, baik yang tampak maupun yang tak tampak."

30. Orang-orang yang menentang perintah Allah hendaknya mewaspadai suatu hari ketika masing-masing jiwa menyaksikan hasil perbuatan baiknya, walaupun hanya sedikit. Sedang mengenai hasil perbuatan buruknya, masing-masing menginginkan antara dirinya dan hasil perbuatan buruknya itu terdapat jarak yang jauh agar ia tidak melihatnya, karena benci dan takut akibatnya. Allah mengancam dengan hukumanNya kalau kalian keluar dari kekuasaan-Nya yang merupakan belas kasih dan kasih sayang untuk hambahamba- Nya.

31. Katakan, "Kalau kalian benar-benar jujur dengan pengakuan cinta dan ingin dicintai Allah, ikutilah perintah dan laranganku, karena aku adalah penyampai risalah Allah. Hal itu akan membuat Allah mencintai dan memberimu pahala, yaitu melalui pemberian karunia kepadamu dan pemaafan kesalahan-kesalahanmu.  Dan Allah Maha Pengampun dan Maha Penyayang kepada hamba-Nya."

32. Katakan, "Taatilah Allah dan Rasul-Nya!" Jika mereka berpaling darimu, berarti mereka telah
mengingkarimu dan mengingkari Allah. Dan ingat, Allah tidak menyukai orang-orang yang ingkar.

33. Selain memilih Muhammad sebagai penyampai risalah -dengan menjadikan upaya meneladaninya
sebagai sarana untuk memperoleh kecintaan, ampunan dan kasih sayang Allah- Allah juga memilih Adam, Nûh, Ibrâhîm dan keturunanya, Ismâ'îl dan Ishâq, serta nabi-nabi lain keturunan mereka berdua seperti Mûsâ, 'alayhim al- salâm. Di samping itu, Allah juga memilih keluarga 'Imrân, di antaranya 'Isâ dan bundanya. 'Isâ dijadikan sebagai rasul untuk Banû Isrâ'îl, sedangkan Maryam dijadikan sebagai ibunya tanpa bapak.

34. Mereka dipilih sebagai keluarga suci, yang mewarisi kesucian, kelebihan dan kebaikan turun temurun. Allah Maha Mendengar dan Mengetahui perkataan, perbuatan dan rahasia-rahasia hamba-Nya.

35. Renungkan pula, wahai Nabi, kisah istri 'Imrân yang bernazar menyerahkan anak yang masih
dikandungnya untuk berbakti kepada Allah semata kelak ketika ia lahir. Katanya, "Ya Tuhan, sesungguhnya aku bernazar menyerahkan bayiku untuk berbakti kepada-Mu dan untuk rumah-Mu. Terimalah persembahanku, ya Tuhan. Sesungguhnya Engkau Maha Mendengar setiap perkataan dan Maha Mengetahui segala sesuatu."

36. Dengan meminta maaf setelah melahirkan bayinya, ia berkata, "Aku melahirkan bayi permpuan."
Padahal Allah mengetahui bayi yang dilahirkan. Dan bayi perempuan yang dilahirkannya itu lebih baik dari bayi laki- laki yang dimintanya. Ia berkata, "Aku menamakannya Maryam dan aku memohon agar Engkau melindunginya dan keturunannya dari setan yang terkutuk."

37. Allah menerima Maryam sebagai persembahan dan mengabulkan doa ibunya. Maryam diberi
pertumbuhan yang baik, penuh keberkahan, pengawasan dan pendidikan yang membentuk pertumbuhan tubuhnya. Kemudian Allah menjadikan Zakariyyâ a.s. sebagai pengasuhnya. Setiap kali memasuki tempat ibadah Maryam, Zakariyyâ mendapatkan rezeki yang tidak biasa pada waktunya. "Dari mana ini semua, Maryam?" tanya Zakariyyâ heran. "Ini semua rezeki dari Allah. Allah memberi rezeki tanpa perhitungan dan tanpa batas kepada hamba yang dikehendaki-Nya."

38. Ketika melihat karunia yang diberikan kepada Maryam, Zakariyyâ menghadapkan diri kepada Allah seraya memohon agar dikaruniai anak, atas karunia dan kekuasaan-Nya. Sungguh Allah mendengar doa orang-orang yang mengakui kelemahannya dan Mahakuasa untuk mengabulkan doanya, walaupun faktor ketuaannya atau kemandulan istrinya tidak memungkinkan hal itu.

39. Doa Zakariyyâ dikabulkan. Ketika sedang menghadapkan diri kepada Allah di tempat ibadahnya, ia diseru oleh malaikat, "Sesungguhnya Allah memberi kabar gembira kepadamu dengan memberikan anak bernama Yahyâ. Yahyâ percaya bahwa 'Isâ akan lahir, dengan kalimat(1) Allah, diluar kebiasaan proses kelahiran. Yahyâ dijadikan panutan untuk kaumnya dengan ilmu dan kesalehannya, dan dijadikan tidak tertarik kepada nafsu, serta dijadikan sebagai salah seorang nabi yang saleh." (1) Kalimat di sini adalah ungkapan "kun" (jadilah) yang diucapakan Allah saat menciptakan Nabi 'Isâ.

40. Setelah mendengar kabar gembira, Zakariyyâ kembali menghadapkan diri kepada Allah. Ia ingin sekali mengetahui proses kelahiran anak itu, mengingat usianya yang telah lanjut dan istrinya yang mandul. Allah menanggapi keingintahuan Zakariyyâ itu dengan penjelasan bahwa jika Allah berkehendak menciptakan sesuatu, Dia akan menciptakan faktor penyebabnya atau menciptakannya tanpa faktor penyebab. Allah bebas melakukan apa saja yang Dia kehendaki.

41. Zakariyyâ lalu meminta agar diberikan tanda kabar gembira itu. Allah mengabulkan permintaannya dan menyatakan bahwa tandanya adalah sikap diam dan tidak berbicara kepada orang selama tiga hari selain dengan mengisyaratkan apa yang diinginkan. Juga, tanda lainnya, adalah dengan secara tabah berzikir dan menyucikan Allah di pagi dan sore hari.

42. Renungkan pula, wahai Nabi, ketika malaikat berucap kepada Maryam, "Hai Maryam, sesugguhnya Allah memilihmu untuk menjadi ibu bagi seorang nabi-Nya. Dia menyucikanmu dari segala noda dan memberikan kelebihan kepadamu, bukan kepada wanita-wanita lain di dunia, sebagai ibu 'Isâ.

43. Hal ini menuntutmu, Maryam, untuk bersyukur kepada Tuhan. Maka taatlah kepada-Nya, salatlah untuk- Nya dan bergabunglah bersama orang-orang yang beribadah dan mengerjakan salat untuk-Nya."

44. Cerita yang dikisahkan al-Qur'ân kepadamu, Muhammad, mengenai orang-orang pilihan Allah, itu termasuk perkara gaib yang diwahyukan Allah kepadamu. Engkau tidak berada di antara mereka saat mereka mengadakan undian dengan anak panah untuk menentukan siapa yang mengasuh Maryam. Demikian juga saat mereka saling berselisih untuk memperoleh kehormatan yang besar ini.

45. Renungkan juga, wahai Nabi, saat Allah memberi kabar gembira kepada Maryam dengan seorang bayi bernama 'Isâ putra Maryam, yang diciptakan melalui kalimat- Nya, di luar kebiasaan proses kelahiran. Allah memposisikan 'Isâ di dunia sebagai orang yang terhormat dengan menjadikannya sebagai nabi dan terbebas dari cela. Sedangkan di akhirat, dengan memasukkannya ke dalam kelompok nabi- nabi pilihan yang dekat kepada Allah, yaitu ulû al-'azm.

46. 'Isâ dilebihkan dengan beberapa keistimewaan. Ia, misalnya, dapat berkata bijak dan dipahami sejak masih bayi hingga usia tua, tanpa ada perbedaan antara masa kanak-kanak dan masa tuanya. Ia juga termasuk orang yang diberi kesalehan
.
47. Dengan penuh heran atas kemungkinan lahirnya bayi di luar kebiasaan itu, Maryam bertanya, "Dari mana aku dapat mempunyai anak, sedangkan aku tak pernah tersentuh seorang laki-laki pun?" Allah menyebutkan kepadanya bahwa Dia menciptakan apa saja yang dikehendaki- Nya, tanpa terikat hukum sebab akibat. Maka, jika Dia berkehendak menciptakan sesuatu, Dia menciptakannya dengan pengaruh kekuasaan-Nya pada kehendak- Nya, tanpa memerlukan pengaruh lain.

48. Bayi yang baru lahir itu diajar menulis oleh Allah, diberi pengetahuan yang benar dan bermanfaat, kitab Tawrât (kitab suci Nabi Mûsâ) dan Injîl yang diwahyukan kepadanya.
49. Ia diutus sebagai rasul kepada Banû Isrâ'îl dengan bertumpu pada mukjizat untuk membuktikan
kebenaran risalahnya. Di antara mukjizat itu adalah penciptaan burung dari tanah liat yang dibentuk seperti burung kemudian ditiup, hingga menjadi burung bernyawa atas kehendak Allah. Juga penyembuhan orang yang buta sejak lahir, penyembuhan penyakit lepra, penghidupan kembali orang yang telah mati, dan pemberitahuan kepada kaumnya ihwal apa saja yang mereka simpan dan mereka makan di rumah, dan lain-lain. Semua itu terjadi atas izin dan kehendak Allah. Kemudian 'Isâ berkata kepada kaumnya, "Tandatanda yang Allah tampakkan padaku ini adalah benar-benar bukti kebenaran risalahku, jika kalian sungguhsungguh tunduk dan percaya kepada-Nya."

50. "Aku diutus kepada kamu sekalian untuk membenarkan hukum-hukum Tawrât yang diturunkan kepada Mûsâ dan untuk menghalalkan sebagian dari apa yang sebelumnya diharamkan kepada kalian, atas perintah Allah. Dan aku datang kepada kalian dengan bukti-bukti dari Allah atas kebenaran risalah yang aku bawa. Oleh karena itu, sadarlah selalu akan kehadiran Allah dan taatilah aku."

51. "Aku memerintahkan demikian, karena Allah telah melimpahkan berbagai karunia-Nya kepadaku dan kepada kamu sekalian dengan memberikan pendidikan kepadaku dan kepada kalian. Oleh karena itu, tuluskanlah ibadah kalian hanya kepada Allah semata, sebab hal itu merupakan jalan yang lurus."

52. Ketika 'Isâ diutus lalu mengajak kaumnya ke jalan yang lurus, sebagian besar mereka menolaknya. Ketika merasakan adanya penolakan itu, ia berkata, "Siapa lagikah yang akan menolongku membela kebenaran yang aku bawa?" Sebagian kecil mereka, yang beriman kepada Allah dan kepadanya, berkata, "Kami akan membelamu karena engkau mengajak ke jalan Allah. Saksikanlah bahwa kami benar- benar tulus dan tunduk kepada Allah."

53. Mereka berdoa, "Ya Tuhan kami, kami sungguh membenarkan kitab yang Engkau turunkan kepada nabi-nabi-Mu, dan kami menjalankan perintah 'Isâ, nabi-Mu. Tetapkanlah kami sebagai orang yang menjadi saksi atas penyampaian risalah oleh Rasul-Mu dan atas sikap kafir dan ingkar Banû Isrâ'îl."

54. Pengikut-pengikut 'Isâ yang ingkar, secara sembunyi-sembunyi merencanakan hendak memerangi
ajakannya. Allah kemudian menggagalkan rencana dan tipu daya itu sehingga mereka pun tidak berhasil mencapai tujuan. Dan, Allah adalah perencana yang paling tepat dan paling kuat.

55. Renungkan, wahai Nabi, ketika Allah berfirman, "Wahai 'Isâ, Aku telah menentukan ajalmu dan Aku tidak memberdayakan seorang pun untuk membunuhmu. Aku mengangkatmu ke tempat kemuliaan-Ku dan menyelamatkanmu dari orang-orang yang memusuhimu dan berniat membunuhmu. Aku membela dan memenangkan pengikutmu yang tidak menyimpang ajaranmu, dari orang-orang yang tidak mau mengikuti petunjuk-Ku, sampai hari kiamat. Saat itu Aku akan memutuskan persoalan agama yang kalian perselisihkan."

56. Orang-orang yang ingkar, akan Aku siksa dengan kehinaan dan hukuman. Yaitu dengan membiarkan bangsa lain menguasai mereka di dunia. Dan, siksa akhirat jauh lebih kejam. Tak seorang pun yang dapat menyelamatkan mereka dari siksa Allah.

57. Sedangkan orang-orang yang mengikuti petunjuk Allah dan selalu berbuat baik, akan Aku beri balasan yang penuh. Salah satu ketentuan Allah adalah bahwa Dia tidak akan memberikan pahala kepada orangorang yang melampaui batas dan mengingkari karunia-Nya, dan tidak akan mengangkat derajat mereka.

58. Itulah beberapa bukti kebenaran risalahmu, Muhammad, yang Aku kisahkan kepadamu dari al-Qur'ân yang mengandung ilmu yang bermanfaat.

59. Sejumlah orang telah menyimpang tentang ihwal 'Isâ itu. Mereka, misalnya, menganggapnya sebagai anak Allah karena dilahirkan tanpa bapak. Kepada mereka, Allah berfirman, "Ihwal penciptaan 'Isâ tanpa bapak sama dengan ihwal penciptaan Adam tanpa bapak dan ibu. Allah membentuk Adam dan menghendakinya hidup, maka jadilah Adam sebagai manusia sempurna."

60. Keterangan mengenai penciptaan 'Isâ ini adalah kebenaran yang menjelaskan realitas dengan wahyu Tuhan. Tetaplah kamu dalam keyakinan, dan jangan sekali-kali ragu.

61. Oleh karena itu, katakan kepada orang-orang yang mengingkarimu, wahai Muhammad, tentang ihwal 'Isâ ini setelah datang wahyu dari Allah yang tidak mengandung keraguan, sesuatu yang menguatkan keyakinanmu dan membuktikan kebohongan mereka. Katakan, "Mari kita panggil istri dan anak kita masingmasing, lalu kita mintakan kepada Allah agar menimpakan murka-Nya kepada siapa yang tidak mempercayai kerasulan dan penciptaan 'Isâ yang tanpa ayah."

62. Itulah kebenaran yang tidak mengandung keraguan sedikit pun. Sebab, memang, tidak ada tuhan di jagat raya ini selain Allah yang menciptakan segalanya. Hanya Dialah satu-satunya yang Mahaagung dan Mahabijaksana atas makhluk-Nya.

63. Jika mereka menolak ajakanmu dan tetap tidak meninggalkan kesesatan mereka setelah kebenaran tampak jelas, berarti mereka adalah orang-orang perusak. Allah Maha Mengetahui ihwal mereka.

64. Katakan, wahai Nabi, "Hai Ahl al-Kitâb, mari kita berpegang kepada kalimah sawâ' (titik temu) yang selalu kita ingat bersama-sama. Yaitu, bahwa masing-masing kita hanya menyembah kepada Allah, tidak mengakui adanya sekutu bagi-Nya, dan tidak tunduk dan taat kepada pihak lain demi menghalalkan atau mengharamkan sesuatu dengan meninggalkan hukum Allah yang telah ditetapkan." Kalau mereka menolak ajakanmu yang benar itu, katakan kepada mereka, "Persaksikanlah bahwa kami patuh dan tunduk kepada hukum dan ketentuan Allah. Kami tidak berdoa selain kepada-Nya."

65. Wahai Ahl al-Kitâb, mengapa kalian saling bersengketa tentang ihwal Ibrâhîm: masing- masing
mengklaim Ibrâhîm sebagai penganut agamanya, padahal Ibrâhîm sudah ada dengan syariat tersendiri
sebelum diturunkannya Tawrât dan Injîl? Tawrât dan Injîl baru diturunkan setelah masa Ibrâhîm, maka bagaimana mungkin ia membawa syariat yang sama dengan Tawrât dan Injîl? Bukankah kalian mempunyai akal pikiran yang dapat mengetahui kepalsuan ucapan yang bertentangan dengan kenyataan ini?

66. Begitulah! Kalian ini telah berselisih tentang ihwal 'Isâ dan Mûsâ yang, menurut pengakuan kalian, telah kalian ketahui. Mengapa sekarang kalian mempertentangkan apakah Ibrâhîm penganut agama Nasrani atau Yahudi, padahal kalian tidak tahu apa-apa tentang dirinya? Dan, Allah mengetahui hakikat apa yang kalian pertentangkan, sedangkan kalian tidak mengetahuinya.

67. Ibrâhîm a.s. sama sekali bukan penganut agama orang-orang Yahudi dan juga orang- orang Nasrani. Ia jauh dari agama yang tidak benar, menuju kepada agama yang benar dengan penuh tulus dan tunduk kepada Allah. Ia tidak pernah menyekutukan Allah dengan apa pun dalam beribadah.

68. Sesungguhnya orang yang paling berhak mengakui Ibrâhîm sebagai golongannya adalah orang-orang yang menerima dan mengikuti ajakan petunjuknya pada masa hidupnya. Begitu juga Nabi Muhammad saw. dan orang-orang yang beriman bersamanya. Sebab, mereka adalah penganut tauhid murni yang merupakan agama Ibrâhîm. Dan, Allah akan mencintai dan membela orang-orang mukmin, karena mereka adalah pembela agama Allah.

69. Sebagian Ahl al-Kitâb merasa ingin sekali menyesatkan dan menebar fitnah pada agama orang-orang mukmin dengan melemparkan berbagai tuduhan yang menggoyah keyakinan. Mereka, dalam perbuatannya itu, hanya akan menyesatkan diri sendiri dengan tetap berada dalam kesesatan yang hanya meliputi mereka sendiri. Mereka tidak tahu bahwa akibat perbuatannya itu pasti akan sampai kepada mereka, dan tidak merugikan orang-orang mukmin.

70. Wahai Ahl al-Kitâb, mengapa kalian mendustakan ayat-ayat Allah yang diturunkan untuk menunjukkan kebenaran risalah Muhammad saw., padahal kalian mengetahui bahwa risalah itu benar?

71. Wahai Ahl al-Kitâb, mengapa kalian mencampurkan kebenaran yang dibawa para nabi dan dikandung kitab-kitab suci, dengan sejumlah tuduhan yang lemah dan penafsiran yang tidak benar? Mengapa pula kalian tidak menyiarkan kebenaran secara jelas, jauh dari pencampuradukan, padahal kalian mengetahui bahwa hukuman Allah terhadap perbuatan semacam ini amat besar?

72. Dalam upaya menyesatkan orang-orang mukmin, Ahl al-Kitâb berkata, "Percayailah al-Qur'ân yang diturunkan kepada Muhammad dan diikuti oleh orang-orang mukmin itu di pagi hari, dan ingkarilah di sore hari. Bisa jadi dengan begitu kalian dapat menanamkan fitnah keraguan, hingga akhirnya mereka meninggalkan agamanya."

73. Mereka berkata pula, "Jangan tunduk selain kepada orang yang mengikuti agamamu, agar tidak ada orang yang mengaku diberi sesuatu yang sama dengan apa yang diberikan kepadamu, atau menentang dengan merendahkan kalian di hadapan Tuhan!" Katakan kepada mereka, wahai Muhammad, "Sesungguhnya petunjuk itu datang dari Allah. Hanya Dialah yang melimpahkannya kepada orang yang dipilih-Nya." Katakan pula, "Sesungguhnya karunia itu datang dari Allah. Dia memberikannya kepada hamba yang dikehendaki-Nya. Sesungguhnya Dia Mahaluas karunia dan Mahatahu tentang siapa yang berhak diberi karunia."

74. Allah memberikan kenabian dan kerasulan kepada siapa yang dihekendaki, semata- mata karena
karunia-Nya. Allah adalah Pemilik karunia yang besar. Tidak ada yang dapat menentang-Nya. Dia tidak membatasi pemberian-Nya.

75. Itu adalah perilaku mereka dalam masalah ketuhanan. Sedang dalam urusan harta, lain lagi. Di antara mereka ada yang, jika kau amanatkan dengan satu qinthâr(1) emas atau perak, melaksanakannya tanpa berkurang sedikit pun. Ada juga yang, jika kau amanatkan satu dînâr saja, tidak melaksanakannya kecuali kalau selalu kau kontrol dan kau desak. Hal itu disebabkan karena orang semacam ini beranggapan bahwa orang selain mereka buta huruf, dan bahwa hak-hak mereka tidak terpelihara. Mereka beranggapan bahwa itu adalah ketentuan Allah, padahal mereka tahu bahwa anggapan itu hanyalah dusta belaka terhadap Allah swt. (1) Qinthâr adalah satuan ukuran berat yang kurang lebih sama dengan 44.928 kg.

76. Benar, mereka sungguh telah membohongi dan mendustakan Allah. Sesungguhnya orang yang
melaksanakan hak orang lain, menepatinya sesuai waktu yang mereka janjikan, dan takut kepada Allah dengan tidak menguranginya dan menundanya, tentu akan beruntung mendapatkan kecintaan Allah, karena ia bertakwa kepada- Nya(1). (1) Ayat ini mengisyaratkan kewajiban menepati janji. Banyak ayat lain sebelum ayat ini yang juga berbicara tentang kewajiban menepati janji, seperti ayat 27 surat al- Baqarah, misalnya. Umat Islam dituduh tidak memelihara perjanjian. Mereka, menurut tuduhan itu, melakukan perjanjian hanya demi tujuan yang bersifat sementara, untuk kemudian melanggarnya di mana ada kesempatan. Tuduhan semacam itu telah pernah disanggah oleh Imam 'Aliy ibn Abî Thâlib dalam suratnya yang ditujukan kepada al-Asytar al- Nakh'iy. Bunyinya, "Kalau terdapat perjanjian di antara kamu dengan musuhmu atau dengan ahl al-dzimmah (non Muslim yang tinggal di kawasan pemerintahan Islam yang mendapatkan perlindungan menyangkut hak hidup, kepemilikan dan kebebasan beragama, melalui suatu perjanjian, pen.), maka tepatilah perjanjian itu dan peliharalah kewajiban melindungi itu dengan jujur. Jadikan dirimu sebagai perisai yang melindungimu dari pemberian mereka kepadamu. Sebab tidak ada perintah Allah yang lebih disepakati perlunya oleh orang banyak, meskipun mereka berbeda-beda keinginan, daripada perintah untuk menepati janji. Maka, jangan khianati perlindunganmu dan perjanjianmu." Dalam sejarah peradaban Islam pernah terjadi suatu peristiwa ketika seorang pemimpin Islam mengembalikan jizyah (upeti) yang telah dibayarkan Ahl al-Kitâb kepadanya. Hal itu dilakukannya setelah ia merasa tidak lagi mampu melindungi mereka. Dan itu merupakan syarat perjanjian.

77. Sesungguhnya orang-orang yang tidak menepati perjanjian yang telah ditetapkan Allah, seperti
melaksanakan hak-hak orang lain dan melaksanakan kewajiban, serta tidak menepati sumpah yang mereka buat sendiri dan mereka janjikan untuk menepatinya, demi mengejar kenikmatan dunia -meskipun tampak besar di mata mereka- tidak akan mendapat bagian apa- apa dari kenikmatan akhirat. Mereka akan ditolak oleh Allah dan tidak akan dilihat dengan kasih di hari kiamat. Dosa mereka tidak akan diampuni, dan mereka memperoleh siksa yang memilukan dan abadi selamanya.

78. Di antara mereka sungguh ada sekelompok yang menyelewengkan perkataannya. Mereka berkata
sesuatu yang bukan dari kitab, tetapi berusaha menyerupakannya dengan redaksi kitab, agar dikira oleh orang yang mendengarnya sebagai perkataan yang berasal dari kitab. Padahal, perkataan itu sama sekali bukan dari kitab. Mereka mengklaim ucapan itu sebagai wahyu dari Allah, padahal sama sekali bukan wahyu. Dengan begitu, mereka berarti mendustakan Allah, dan mereka sendiri sebenarnya mengetahui bahwa mereka berbuat dusta. Seorang nabi tidak akan menyuruh manusia menyembah dirinya

79. Tidak dapat diterima akal dan tidak akan sampai hati, seorang nabi yang menerima wahyu dan ilmu pengetahuan dari Allah serta berbicara tentang Allah, untuk meminta orang lain menyembahnya, bukan menyembah Allah. Yang dapat diterima akal dan sesuai dengan kenyataan adalah bahwa nabi meminta oang lain menyembah Allah swt., yang menciptakan mereka, dengan penuh ketulusan sesuai dengan ilmu yang telah diajarkan dan mereka pelajari dari kitab.

80. Seorang nabi juga tidak akan mungkin memerintah kalian untuk menjadikan malaikat atau nabi-nabi sebagai tuhan selain Allah. Sebab, hal itu termasuk kekufuran yang tidak mungkin diperintahkan kepada kalian setelah kalian berserah diri kepada Allah

81. Ingatkan kepada mereka, wahai Nabi, bahwa Allah mengambil perjanjian setiap nabi yang menerima wahyu dan ilmu yang bermanfaat. Yaitu, bahwa jika seorang rasul datang dengan ajaran yang sesuai dengan ajaran mereka, hendaknya mereka mempercayainya dan membelanya. Allah mengambil pernyataan dari setiap nabi mengenai perjanjian itu. Mereka, para nabi itu, pun menyatakan hal itu dan menjadi saksi atas diri sendiri, dan Allah menjadi saksi atas mereka. Mereka menyampaikan hal ini kepada umatnya masing-masing. Perjanjian itu mengharuskan umat masing- masing nabi untuk mempercai dan membelanya, baik mengalami hidup bersamanya atau tidak. Masing-masing umat mereka berkewajiban mengimani dan membela rasul-Nya, sebagai penepatan janji dan sebagai bentuk mengikuti komitmen mereka.

82. Maka, barangsiapa yang menolak mempercayai nabi setelah perjanjian yang kuat itu, berarti ia adalah  orang fasik yang keluar dari agama Allah, dan orang kafir yang mengingkari semua rasul.

83. Apakah mereka menginginkan agama lain selain agama Muhammad, yang juga merupakan agama seluruh nabi, yaitu satu- satunya agama Allah, Tuhan yang seluruh isi langit dan bumi tunduk kepada-Nya baik secara sadar maupun secara terpaksa? Secara sadar melalui kehendak dan pilihannya sendiri, terpaksa  karena diciptakan dan dijadikan demikian. Dan, hanya kepada-Nyalah seluruh makhluk akan dikembalikan.

84. Allah menekankan konsep keesaan Tuhan dan kesatuan risalah. Untuk itu, Dia menyuruh nabi-nabi-Nya dan orang-orang yang bersamanya untuk berkata, "Kami beriman kepada Allah, satu-satunya Tuhan yang berhak disembah dan yang mengutus rasul-rasul-Nya. Kami beriman kepada al- Qur'ân yang diturunkan kepada kami dengan segala kandungan hukumnya. Kami juga beriman kepada kitab-kitab dan ajaranajaran lain yang diturunkan kepada Ibrâhîm, Ismâ'îl, Ishâq, Ya'qûb dan anak keturunan mereka yang berjumlah dua belas kabilah. Begitu juga kepada Tawrât yang diturunkan kepada Mûsâ, Injîl yang diturunkan kepada 'Isâ, dan segala apa yang diturunkan kepada seluruh nabi lainnya. Tidak ada perbedaan dalam beriman kepada salah seorang dari mereka. Dengan begitu, kami berarti telah berserah diri kepada  Allah."

85. Barangsiapa yang menghendaki agama lain, setelah diutusnya Muhammad saw., selain agama dan
syariat Islam yang dibawanya, tidak akan diperkenankan Allah. Pada hari pembalasan nanti, dalam
pandangan Allah ia termasuk orang yang menyengsarakan diri sendiri. Mereka berhak merasakan siksa yang pedih.

86. Sesungguhnya Allah tidak akan menunjukkan orang-orang yang bersaksi bahwa para rasul itu benar dan telah didatangkan bukti-bukti untuk itu, lalu mengingkari mukjizat yang dibawanya. Itu adalah kelaliman dari mereka. Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang lalim.

87. Di hadapan Allah, mereka akan dibalas hukuman murka dan laknat-Nya, dan laknat semua malaikat dan manusia pilihan.

88. Mereka tidak dibebaskan dari laknat itu dan tidak diringankan siksanya. Mereka juga tidak akan
ditangguhkan.

89. Tetapi, orang-orang yang menghentikan perbuatan dosanya lalu bergabung ke dalam golongan orangorang saleh dan memperbaiki kerusakan-kerusakan yang mereka perbuat, akan diampuni Allah dengan sifat kasih-Nya. Sebab, pemberian ampun (maghfirah) dan sifat kasih (rahmah) adalah dua dari sifat-sifat luhur Allah.

90. Syarat untuk dapat memperoleh pengampunan Tuhan dengan rahmah dan maghfirah-Nya adalah
dengan selalu memelihara keimanan. Sedangkan orang yang mengingkari kebenaran setelah sebelumnya tunduk dan percaya, bahkan semakin ingkar, rusak dan semakin menyakiti orang-orang mukmin, Allah tidak akan menerima pertobatan mereka. Itu disebabkan karena pertobatan mereka tidak dilakukan secara sungguh-sungguh dan tulus. Dengan perbuatan mereka itu, mereka menjadi jauh dari kebenaran.

91. Orang-orang yang mengingkari dan tidak tunduk kepada kebenaran serta terus berbuat demikian
sampai mati dalam keadaan ingkar, seorang pun dari mereka tidak akan dapat menebus siksa Allah dengan tebusan apa saja, meskipun tebusan yang mereka ajukan berupa emas sepenuh bumi dan langit -kalau mereka mampu. Dan, siksa mereka sungguh sangat memilukan.

92. Kalian, wahai orang-orang mukmin, tidak akan memperoleh kebajikan dan kebaikan sempurna dan diridai seperti yang kalian harapkan, kecuali apabila kalian mengeluarkan sebagian barang kecintaan kalian untuk berbagai jalan Allah. Apa pun yang kalian keluarkan itu, sedikit atau banyak, berupa materi atau lainnya, pasti diketahui Allah. Sebab, Allah Maha Mengetahui, dan tidak ada sesuatu pun yang tersembunyi  bagi-Nya, baik di langit maupun di bumi.

93. Orang-orang Yahudi memprotes penghalalan sebagian makanan -seperti daging dan susu unta- kepada  umat Islam, dan mengklaim bahwa syariat Ibrâhîm tidak menghalalkan beberapa jenis makanan itu. Allah kemudian membantah protes itu dengan penjelasan bahwa segala macam makanan pada dasarnya dihalalkan kepada anak keturunan Ya'qûb sebelum diturunkannya Tawrât, kecuali yang diharamkan oleh Ya'qûb untuk dirinya sendiri karena suatu sebab. Maka mereka pun mengharamkannya pula. Dan Allah  memerintah nabi-Nya untuk memintakan kepada mereka bukti dari Tawrât yang menyatakan bahwa syariat Ibrâhîm menghalalkan beberapa makanan itu, kalau klaim mereka memang benar. Tetapi, ternyata, mereka tidak mampu melakukannya.

94. Kalau ternyata mereka tidak dapat mendatangkan bukti itu, maka siapa saja di antara mereka yang
membuat-buat dusta terhadap Allah setelah kuatnya bukti, adalah orang yang benar-benar tetap bersikap lalim.

95. Setelah membuktikan kelemahan mereka, Allah memerintah Rasul-Nya untuk menjelaskan kebenaran wahyu yang disampaikan. Katakan kepada mereka, "Ikutilah syariat yang dibawa Ibrâhîm tapi kalian dustakan itu! Agama Ibrâhîm jauh dari agama-agama sesat, dan ia bukan orang musyrik."

96. Di antara bentuk mengikuti millat Ibrâhîm adalah salat menghadap dan berziarah ke Ka'bah yang
dibangunnya. Hal itu dijelaskan Allah sebagai berikut, "Sesungguhnya rumah pertama dan paling terhormat yang dijadikan Allah sebagai tempat peribadatan adalah yang terletak di kota Mekah. Rumah itu penuh dengan segala bentuk kebaikan dan berbagai macam keberkahan." Allah menitipkan keberkahan-Nya kepada rumah itu yang merupakan tempat hidayah bagi umat manusia dengan mendatanginya dan menghadap kepadanya saat melakukan salat(1). (1) Ka'bah yang berada di kota Mekah adalah rumah pertama yang dibangun di muka bumi sebagai tempat peribadatan kepada Allah swt. Bangsa dan kabilah lain di dunia ini membangun rumah untuk menyembah patung. Orang-orang Mesir kuno, misalnya, menyembah sejumlah tuhan dalam satu waktu sekaligus, atau dalam waktu-waktu terpisah. Mulai dari menyembah matahari dengan dewanya yang bernama Râ', kemudian menyembah gambar, sampai kepada menyembah tiga tuhan: Ozerus, Ozis dan anaknya, Horis. Untuk keperluan itu mereka membangun sejumlah patung. Orang-orang Asiria menyembah Ba'l Masymûsy, dewa matahari, dan  membuat patung dalam bentuk yang mirip Spinx (berkepala manusia dan bertubuh singa) dan bersayap. Orang-orang Kan'ân juga  menyembah Ba'l, juga mirip dengan Spinx yang patungnya masih ada sampai sekarang, meskipun dalam bentuk yang tidak sempurna  lagi, di kota Ba'albak, Lebanon. Pada ayat ini, kota Mekah disebut Bakkah, bukan Makkah. Kedua-duanya sama dan benar. Sebab, dalam dialek beberapa kabilah Arab terdapat gejala perubahan fonem /b/ menjadi /m/ dan, sebaliknya, fonem /m/ menjadi /b/. Kata makân, misalnya, menjadi bakân, dan bakr menjadi makr. Gejala bahasa seperti ini masih terdapat sampai sekarang pada beberapa kabilah di bagian selatan Mesir.

97. Di dalamnya terdapat petunjuk yang jelas mengenai kesucian dan keutamaannya. Di antaranya adalah maqâm (tempat berdiri) Ibrâhîm ketika mengerjakan salat. Barangsiapa yang memasukinya akan merasa aman dan tidak akan terkena kehinaan. Mendatangi rumah ini untuk tujuan ibadah haji adalah suatu kewajiban bagi orang yang mampu melaksanakannya. Sedangkan orang yang enggan, melawan dan menentang perintah Allah, akan merasakan kerugian diri sendiri. Allah Mahakaya, yang tidak pernah merasa butuh kepada seluruh manusia.

98. Allah swt. memerintahkan Rasul-Nya untuk mencela Ahl al-Kitâb karena mereka tidak berubah dari kekufuran dan kesesatannya. Allah berfirman kepada Rasul-Nya, "Katakan kepada mereka, 'Wahai Ahl al- Kitâb, tidak ada alasan untuk terus bersikap kufur. Sebab apa lagikah yang membuat kalian tetap mengingkari bukti-bukti yang menerangkan kebenaran risalah Muhammad, padahal Allah mengetahui perbuatanmu dan akan memberikan balasannya?

99. Wahai Ahl al-Kitâb, bagaimana kalian berusaha memalingkan orang yang telah percaya dan tunduk kepada Allah dan Rasul-Nya ke jalan yang tidak lurus, padahal kalian mengetahui bahwa jalan mereka itu benar? Allah sungguh tidak akan lalai terhadap perbuatan kalian dan pasti akan memberikan balasannya.'"

100. Allah mengingatkan orang-orang mukmin akan bahaya tuduhan sebagian Ahl al-Kitâb, dengan
mengatakan, "Apabila kalian menuruti tuduhan yang dituduhkan Ahl al- Kitâb terhadap agama kalian, kalianakan kembali kepada kesesatan semula sebelum kalian mendapat hidayah. Dan mereka akan mengembalikan kalian menjadi orang yang ingkar."

101. Renungkanlah keadaan kalian yang aneh ini! Kalian kembali kepada kekufuran semula sebelum kalian  beriman, sedang al-Qur'ân dibacakan kepada kalian, dan Rasul berada di tengah-tengah kalian menjelaskan agama dan menghilangkan keraguan. Barangsiapa yang kembali kepada Tuhannya dan berpegang teguh kepada ajaran agamanya, perbuatannya itu sungguh baik! Ia telah ditunjukkan oleh Tuhannya ke jalan keberuntungan dan kebahagiaan.

102. Pintu neraka akan terbuka bagi kalian, jika kalian tidak memiliki kesadaran akan kehadiran Tuhan. Oleh karena itu, wahai orang-orang yang beriman, takutilah Allah dengan mengerjakan segala perintah-Nya dan menjauhi segala larangan-Nya. Tetaplah dalam keislaman sampai kalian menghadap Allah kelak!

103. Berpegang teguhlah kepada agama Allah dan tetaplah bersatu. Janganlah berbuat sesuatu yang
mengarah kepada perpecahan. Renungkanlah karunia Allah yang diturunkan kepada kalian pada masa jahiliah, ketika kalian masih saling bermusuhan. Saat itu Allah menyatukan hati kalian melalui Islam, sehingga kalian menjadi saling mencintai. Saat itu kalian berada di jurang neraka, lalu Allah menyelamatkan  kalian dengan Islam. Dengan penjelasan yang baik seperti itulah, Allah selalu menerangkan berbagai jalan kebaikan untuk kalian tempuh.

104. Jalan terbaik untuk bersatu dalam kebenaran di bawah naungan al-Qur'ân dan Rasul- Nya, adalah dengan menjadi umat yang menyerukan segala bentuk kebaikan dunia dan akhirat, menyerukan kewajiban mendorong manusia pada kebaikan bersama dan mencegah kejahatan (amar makruf nahi munkar, al-amr bi al-ma'rûf wa al-nahy 'an al-munkar). Mereka yang melakukan prinsip itu adalah orang-orang yang memperoleh keberuntungan yang sempurna.

105. Janganlah kalian menjadi seperti orang- orang yang menyepelekan prinsip al-amr bi al-ma'rûf wa alnahy 'an al-munkar yang merupakan faktor keberadaan kalian dalam kebenaran dan kebaikan. Mereka yang melakukan hal itu menjadi terpecah ke dalam beberapa kelompok dan saling berselisih dalam masalah agama setelah didatangkan keterangan yang jelas mengenai kebenaran. Mereka yang berpecah dan berselisih itu akan mendapatkan siksa yang amat besar.

106. Yaitu siksa besar yang terjadi pada hari ketika wajah orang-orang mukmin menjadi berseri karena gembira dan wajah orang- orang kafir memucat karena sedih. Sebagai penghinaan, kepada mereka dikatakan, "Apakah kalian menjadi kafir setelah dikaruniai fitrah iman dan tunduk kepada kebenaran, dan setelah didatangkan berbagai keterangan yang jelas? Rasakanlah siksa ini oleh sebab kekufuran kalian!"

107. Sedangkan orang-orang yang wajahnya berseri karena gembira, berada di dalam surga tempat mereka dicurahkan rahmat Allah. Dan mereka hidup kekal di dalamnya.

108. Ayat-ayat yang Kami bacakan mengenai balasan orang yang berbuat baik dan orang yang berbuat jahat, mengandung kebenaran dan keadilan. Allah sama sekali tidak berkehendak curang terhadap siapa pun, baik jin maupun manusia.

109. Hanya pada Allah sajalah hak mencipta, hak memiliki dan hak mengatur segala yang ada di langit dan di bumi. Kepada-Nyalah urusan mereka semua akan dikembalikan, kemudian diberi balasan yang pantas.

110. Kalian, wahai umat Muhammad, adalah umat paling baik yang diciptakan Allah di muka bumi untuk manfaat orang banyak. Yaitu, selama kalian tetap berpegang pada prinsip al-amr bi al-ma'rûf wa al-nahy 'an al- munkar dan beriman dengan sesungguhnya kepada Allah. Kalau saja Ahl al-Kitâb jujur seperti kalian dalam beriman, hal itu tentu lebih baik bagi mereka daripada apa yang mereka lakukan sekarang. Akan tetapi, di antara mereka ada yang beriman dan kebanyakan lainnya keluar dari batas-batas keimanan.

111. Orang-orang yang fasik itu tidak akan dapat merugikan kalian. Kalaupun dapat, hal itu tidak akan berpengaruh apa-apa. Kalau mereka memerangi kalian, mereka pasti akan kalah dan lari dari pertempuran. Kemudian, mereka tidak akan menang selama kalian tetap berpegang pada prinsip al-amr bi al-ma'rûf wa al-nahy 'an al-munkar.

112. Kemudian Allah swt. menegaskan bahwa orang-orang fasik itu akan selalu ditimpa kehinaan di mana saja, kecuali jika mereka mengadakan perjanjian perlindungan (dzimmah) yang merupakan ketetapan Allah. Mereka akan mendapat murka Allah dan akan selalu rendah dan tunduk kepada orang lain. Hal itu disebabkan oleh keingkaran mereka terhadap ayat-ayat Allah yang membuktikan kebenaran Muhammad. Juga disebabkan oleh ketegaan mereka membunuh nabi-nabi yang sama sekali tidak dapat dibenarkan, bahkan merupakan tindakan maksiat dan melawan.

113. Namun demikian, tidak semua Ahl al-Kitâb seperti itu. Karena, di antara mereka ada golongan yang selalu beristikamah pada kebenaran, memandang sesuatu secara seimbang dan selalu membaca ayat-ayat Allah sambil mengerjakan salat di waktu malam.

114. Golongan ini juga membenarkan wujud Allah dan keesaan-Nya, adanya para rasul - dengan tetap tidak menyembah selain Allah- dan membenarkan kedatangan hari kiamat, mengajak kepada ketaatan, melarang perbuatan maksiat dan selalu bergegas untuk melakukan banyak kebaikan. Mereka itu, menurut Allah, termasuk dalam golongan orang saleh.

115. Mereka juga tidak terhalangi dari pahala perbuatan baik yang mereka lakukan. Dan Allah Maha
Mengetahui ihwal mereka serta akan membalas mereka atas hal itu.
116. Sesungguhnya orang-orang kafir tidak akan diselamatkan oleh tebusan harta mereka dan pertolongan  anak-anak mereka dari siksaan Allah di hari akhir. Sebaliknya, mereka akan kekal dalam neraka.
117. Harta yang mereka belanjakan untuk sedekah dan pendekatan diri kepada Tuhan di dunia ini akan siasia di akhirat kelak. Perumpamaannya seperti hilangnya tanaman suatu kaum yang menganiaya diri sendiri dengan sikaf kafir dan perbuatan maksiat. Yaitu, ketika diterpa angin dingin hingga musnah. Allah tidak akan curang dengan menghilangkan pahala perbuatan mereka. Tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri dengan melakukan hal- hal yang bisa menghilangkan pahala itu. Yaitu, pengingkaran terhadap bukti-bukti keimanan dan kekufuran terhadap Allah.

118. Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kamu sekalian mengangkat selain pengikut agamamu sebagai orang-orang kepercayaan, tempat kalian meminta bantuan dan mengungkapkan rahasia! Karena, mereka tidak akan segan-segan merusak urusan kamu sekalian. Mereka akan senang bila dapat menyusahkan dan mendatangkan mudarat yang paling berat atas diri kamu sekalian. Telah tampak dengan jelas tanda- tanda kebencian dari ucapan yang mereka kemukakan. Dan yang tersimpan dalam hati lebih besar dari itu. Sungguh Kami telah menunjukkan kepadamu tanda-tanda yang membedakan antara kawan dan lawan, jika kamu sekalian termasuk golongan yang berpikir dan berpengetahuan benar.

119. Begitulah kamu sekalian, wahai orang-orang mukmin: mencintai orang-orang kafir- munafik itu karena hubungan kekerabatan, persahabatan, atau cinta kasih, sementara mereka tidak mencintai kalian karena fanatik kepada agama mereka. Padahal, kalian mengimani semua kitab yang diturunkan. Apabila bertemu dengan kamu sekalian mereka pura-pura beriman, dan setelah pergi mereka menggigit jari sebagai ungkapan kebencian. Katakan, wahai Nabi, "Bawalah kebencianmu itu sampai mati! Allah Maha Mengetahui segala yang tersimpan dalam dada, dan akan membalas kalian atas hal itu."

120. Jika kalian semua mendapat kesenangan seperti kemenangan dan harta rampasan perang, mereka semua bersedih. Dan bila kalian tertimpa bencana seperti kekeringan dan kalah perang, mereka semua bergembira. Tetapi apabila kalian semua tegar menghadapi kejahatan mereka dan selalu menghindari larangan untuk menjadikan mereka sebagai penolong, sama sekali tidak akan membahayakan kalian tipu daya dan permusuhan mereka. Karena Allah swt. Maha Mengetahui tipu daya yang mereka lakukan. Dari situ, mustahil Dia tidak mampu untuk menahannya dari kamu sekalian.

121. Renungkanlah, wahai Nabi, ketika kamu bertolak dari rumah keluargamu menuju suatu tempat di Uhud dengan maksud menempatkan orang-orang mukmin di pos- pos peperangan. Allah Maha Mendengar perkataan dan Maha Mengetahui niat kamu sekalian.

122. Pada saat terdetik dalam benak dua golongan orang-orang mukmin bahwa mereka akan kalah dan ingin mundur, Allah, sebagai penolong, menjaga mereka hingga menjadi tetap teguh meneruskan
peperangan. Maka hendaknya orang-orang mukmin dapat memetik pelajaran dari peristiwa itu, dan
hendaknya mereka berserah diri kepada Allah agar Dia menolong mereka.

123. Allah telah mengingatkan orang-orang mukmin akan karunia kemenangan pada perang Badar(1) saat mereka sama-sama tabah. Dia menegaskan bahwa pada saat itu Dia memenangkan mereka walaupun jumlah dan persiapan mereka sedikit. Kemudian Dia meminta mereka menaati- Nya sebagai rasa syukur atas karunia ini. (1) Badar terletak di kejauhan 120 mil barat daya kota Madinah. Nabi dan para sahabat bertolak dari Madinah pada tanggal 8 Ramadan 2 H (5 Maret 624 M). Pertempuran terjadi pada tanggal 17 Ramadan atau 13 Maret dalam tahun yang sama. Tentara Islam pada saat itu berjumlah 300 orang atau lebih sedikit, sedang tentara musyrik tiga kali lipat mereka. Pada peperangan ini Allah telah menepati janji-Nya dengan memberikan kemenangan yang tidak mungkin dicapai oleh kekuatan materi. Suatu kemenangan yang membuat kata "iman" menjadi yang paling tinggi dan merupakan pembuka dari kemenangan- kemenangan selanjutnya. Wilayah kekuasaan Islam pun kemudian meluas hingga mencapai seluruh kawasan jazirah Arab dan menembus ke kawasan lainnya.

124. Dan datanglah kemenangan pada saat Rasulullah berkata kepada orang-orang yang beriman,
"Tidakkah cukup menenangkan hati kamu sekalian pertolongan Allah yang berupa pengiriman tiga ribu malaikat untuk menguatkan kamu sekalian?"

125. Ya, cukup. Bahkan bila kalian sama-sama bertahan dalam peperangan dan istikamah dalam
ketakwaan, kemudian musuh-musuh datang pada saat itu juga, niscaya Allah akan menambah bantuan-Nya menjadi lima ribu malaikat.

126. Allah tidak mengirimkan malaikat seperti itu kecuali untuk memberikan kabar gembira tentang
kemenangan dan untuk menenangkan hati kamu semua. Dan suatu kemenangan tidak akan datang kecuali dari Allah Yang Mahaperkasa, meletakkan segala sesuatu pada tempatnya dan mengatur urusan hambahamba-Nya yang beriman.

127. Juga, sungguh, Dia telah memenangkan kamu sekalian untuk menghancurkan segolongan orang kafir dengan dibunuh, atau dihinakan dengan kekalahan dan kedinaan, hingga mundur dari peperangan dengan kekalahan.

128. Kamu tidak mempunyai kewenangan apa- apa dalam urusan manusia. Semua itu adalah urusan Allah. Dia bebas memberi ampunan kepada mereka karena mereka adalah orang-orang mukmin. Sebaliknya, Dia juga bebas menyiksa mereka dengan mematikan, menimpakan kehinaan, atau menyiksanya di hari kiamat. Yang disebut terakhir, itu karena mereka adalah orang- orang yang lalim.

129. Sungguh hanya wewenang Allahlah penciptaan dan penguasaan segala yang ada di langit dan bumi. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu, mengampuni atau menyiksa siapa saja yang Dia kehendaki. Walaupun demikian, ampunan-Nya jauh lebih dekat dan kasih sayang-Nya jauh lebih dapat diharapkan. Dia adalah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.

130. Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian menarik piutang yang kalian pinjamkan kecuali pokoknya saja. Jangan sampai kalian memungut bunga yang terus bertambah dari tahun ke tahun hingga berlipat ganda, dan takutlah kepada Allah. Juga, jangan mengambil atau memakan harta orang lain dengan jalan yang tidak dibenarkan. Karena kamu sekalian akan bisa berhasil dan beruntung hanya bila menjahui riba, banyak maupun sedikit.(1) (1) Pada ayat ini, riba diberi sifat 'berlipat-ganda', hingga membuat kita perlu untu membicarakannya dari segi ekonomi. Ada dua macam riba:nasî'ah dan fadll. Yang pertama, riba al-nasî'ah, adalah yang secara tegas diharamkan oleh teks al-Qur'ân. Batasannya adalah suatu pinjaman yang mendatangkan keuntungan kepada si pemilik modal sebagai imbalan penundaan pembayaran. Sama saja  apakah keuntungan itu banyak atau sedikit, berupa uang atau barang. Tidak seperti hukum positif yang membolehkan riba bila tidak
lebih dari 6%, misalnya. Sedang riba al-fadll adalah suatu bentuk tukar-menukar dua barang sejenis yang tidak sama kwantitasnya.
Contoh: penukaran 50 ton gandum dengan 50,5 ton gandum atas kesepakatan kedua belah pihak. Tukar- menukar itu bisa terjadi pada bahan makanan yang wajib dikeluarkan zakatnya ataupun pada uang. Adapun yang menjadi dasar pengharaman riba jenis ini adalah hadis Nabi yang disebut sebelumnya dan dikuatkan dengan hadis riwayat Ibn 'Umar sebagai berikut. Nabi bersabda, "Janganlah kalian semua menukar emas dengan emas kecuali dengan yang semisalnya juga jangan menukar wariq (mata uang yang terbuat dari perak) kecuali dengan yang semisal dan sama persis jumlahnya, karena sungguh aku mengkhawatirkan kalian terjerumus dalam rima' yaitu riba!" Tetapi sebagian ulama ada yang berpendapat bahwa riba yang pertama sajalah yang dengan tegas diharamkan oleh teks al-Qur'ân. Karena riba ini adalah laba ganda yang bila dimakan akan terwujud praktek memakan riba berlipat-lipat seperti yang tersebut dalam ayat, sesuatu hal yang tidak terjadi pada riba al-fadll, maka tidak diharamkan. Pengharamannya pun, menurut sebagian ulama ini, tidak langsung didasarkan pada hadis itu sendiri. Tetapi didasarkan pada kaidah sadd al-dzarâ'i' (mencegah suatu perbuatan yang bisa membawa kepada yang perbuatan haram). Hal itu karena praktek riba al- fadll bisa menggiring orang untuk melakukan riba al- nasî'ah yang telah jelas haram, walau terkadang masih dapat dibolehkan dalam keadaan darurat. Adapun dari sisi ekonomi, riba merupakan cara pengumpulan harta yang membahayakan karena riba merupakan cara penimbunan harta tanpa bekerja. Sebab harta dapat diperoleh hanya dengan memperjual-belikan uang, suatu benda yang pada dasarnya diciptakan untuk alat tukar-menukar dan pemberian nilai untuk suatu barang. Agama Yahudi pun mengharamkan praktik riba ini. Hanya saja, anehnya, pengharaman itu hanya belaku di kalangan mereka sendiri. Sedangkan praktik riba dengan orang lain dibolehkan. Tujuan mereka adalah untuk menyengsarakan orang lain dan untuk memegang kendali perekonomian dunia. Alangkah jeleknya perbuatan mereka ini!

131. Dan waspadalah terhadap api neraka yang disediakan untuk orang-orang kafir, dengan menjahui
sebab-sebabnya berupa penghalalan riba.

132. Kemudian taatilah Allah dan rasul-Nya dalam setiap perintah dan larangan agar kamu sekalian
mendapatkan kasih sayang di dunia dan akhirat.

133. Lalu bergegaslah untuk melaksanakan amal saleh, agar kalian mendapatkan ampunan yang besar dari Allah atas dosa-dosa kalian! Juga, agar kalian mendapatkan surga yang amat luas, seluas langit dan bumi, yang hanya disediakan untuk orang-orang yang takut kepada Allah dan siksa-Nya.

134. Mereka adalah orang-orang yang membelanjakan hartanya, baik dalam keadaan cukup, kurang,
mampu maupun tidak mampu, demi mendapatkan perkenan Allah. Kemudian, di samping itu, juga menahan marah sehingga tidak sampai membalas terutama kepada orang yang berbuat tidak baik kapada mereka, bahkan memaafkannya. Mereka itu termasuk orang-orang yang berbuat baik. Dan Allah akan selalu memberi pahala dan perkenan- Nya kepada orang-orang seperti ini.

135. Juga orang-orang yang -apabila berbuat dosa, besar atau kecil- segera mengingat Allah dengan
keagungan, siksa, pahala, kasih sayang, dan murka-Nya, kemudian menyesal dan memomohon ampunan- Nya. Hanya Allahlah, memang, yang dapat mengampuni dosa. Di samping, setelah itu semua, mereka juga tidak terus melakukan dosa dan perbuatan yang mereka ketahui tidak baik.

136. Pahala mereka yang mempunyai sifat-sifat seperti itu adalah ampunan yang besar dari Tuhan dan surga-surga yang dialiri bermacam-macam sungai di antara pohon- pohonnya. Di sana mereka akan hidup kekal selamanya. Itulah sebaik-bakinya pahala bagi orang-orang yang mengerjakan perintah Allah.

137. Sebelum masa kalian, wahai orang-orang mukmin, ketentuan-ketentuan Allah telah berlalu dan berlaku pada bangsa-bangsa yang mendustakan kebenaran. Lalu Allah menyiksa mereka karena dosa-dosa yang mereka perbuat. Maka renungkanlah bagaimana nasib orang-orang yang mendustakan kebenaran itu.

138. Apa yang disebutkan tadi, baik mengenai karakter orang-orang mukmin maupun mengenai ketentuanketentuan Allah yang berlaku di masa lampau, mengandung penjelasan dan petunjuk bagi manusia menuju ke jalan yang benar, di samping juga mengandung peringatan akan jalan yang sesat dan tidak benar.

139. Selain itu, janganlah kalian merasa lemah lalu tidak berjuang dan berperang karena hal-hal yang
menimpa diri kamu sekalian! Jangan pula meratapi saudara-saudara kalian yang gugur! Kalian, berkat dukungan Allah, keimanan, dan kekuatan kebenaran yang kalian bela, adalah lebih tinggi dari itu semua. Dan kemenangan akan selalu berada di pihak kalian bila keimanan kalian betul-betul kuat dan sepenuh hati. 

140. Apabila di antara kalian terdapat banyak korban yang terbunuh atau terluka parah pada perang Uhud, kemudian hal itu berpengaruh pada kondisi kejiwaan, kalian tidak perlu merasa hina dan sedih. Hal yang sama pernah juga menimpa musuh-musuh kalian pada perang Badar. Sebab, masa- masa kemenangan memang akan selalu dipergilirkan oleh Allah di antara umat manusia. Suatu saat kemenangan berada pada suatu kelompok, sementara di saat lain akan berada pada kelompok lain. Semua itu dilakukan agar menjadi cobaan bagi orang-orang mukmin, di samping agar Allah memberikan kelebihan kepada orang yang tegar imannya. Juga, memberikan penghargaan kepada suatu kaum dengan mati syahid di jalan-Nya. Namun demikian, Allah tidak akan pernah menyukai orang- orang musyrik lagi zalim, walaupun mereka memperoleh kemenangan dengan bantuan orang lain.

141. Dengan kekalahan sementara itu, Allah melakukan seleksi atas orang-orang mukmin untuk membersihkan mereka dari orang-orang yang hatinya sakit dan imannya lemah, juga dari orang-orang yang menyerukan kekalahan dan menebarkan keragu-raguan. Dengan kekalahan itu pula, Allah akan menumpas habis kekufuran dan orang-orang kafir.

142. Janganlah kalian semua mengira, wahai orang-orang mukmin, bahwa kamu semua akan masuk surga begitu saja tanpa kejelasan siapa saja pejuang-pejuang kalian yang tabah dan tersaring oleh berbagai cobaan dan kesulitan.

143. Sungguh, kalian dulu pernah menginginkan kematian di jalan Allah sebelum menyaksikan dan
mengetahui bagaimana menakutkannya hal itu. Kemudian kalian sama-sama mengetahuinya pada saat melihat terbunuhnya teman-teman kalian di depan kamu semua.

144. Pada saat tersebar isu terbunuhnya Nabi Muhammad para perang Uhud, sebagian orang Islam ada yang berniat hendak keluar dari agama (murtad). Allah menyayangkan hal itu terjadi pada mereka dengan mengatakan, "Muhammad hanyalah seorang rasul, sama seperti rasul-rasul yang telah mati sebelumnya. Ia sendiri akan mati dan berlalu sebagaimana mereka telah mati dan berlalu. Oleh karena itu, apabila ia mati, apakah kalian akan kembali berbalik kepada kekufuran?" Barangsiapa kembali kepada kekufuran setelah menyatakan keimanan, tidak akan merugikan Allah sedikit pun, bahkan akan merugikan diri mereka sendiri: mereka terancam siksaan. Allah akan selalu memberi pahala kepada mereka yang tetap teguh dalam keislaman dan mensyukuri nikmat-Nya.

145. Seseorang tidak akan mungkin mati kecuali dengan izin Allah. Karena, hal itu benar- benar telah
dicatat oleh Allah dalam buku yang mengandung semua ajal manusia. Barangsiapa berharap kesenangan dunia akan diberi, dan barangsiapa berharap imbalan akhirat akan diberi juga. Allah akan memberi imbalan kepada mereka yang mensyukuri nikmat dan menaati semua perintah-Nya, termasuk perintah jihad.

146. Betapa banyak nabi yang pada saat berperang disertai oleh banyak orang mukmin yang tulus kepada Tuhan. Hati mereka tidak kecut dan tunduk kepada musuh karena musibah yang menimpa mereka dalam berjuang di jalan Allah. Hal itu disebabkan karena mereka selalu berada dalam lingkup ketaatan kepad-Nya. Allah akan selalu memberi pahala kepada orang- orang yang tabah menghadapi cobaan.

147. Tidak ada yang dapat meraka lakukan ketika mengalami kekejaman perang selain berucap, "Wahai Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa kecil dan besar yang pernah kami perbuat. Mantapkan jiwa kami di medan pertempuran. Dan menangkanlah kami atas musuh-musuh agama-Mu, yang kafir kepada-Mu dan  risalah rasul-rasul-Mu."

148. Dengan begitu, mereka diberi kemenangan dan keberhasilan di dunia, dan dijamin akan mendapatkan balasan yang baik di akhirat. Allah akan selalu memberi pahala kepada orang-orang yang bekerja dengan baik.

149. Hai orang-orang yang beriman, jika kalian mengikuti ajakan lisan maupun perbuatan orang-orang kafir -baik yang jelas-jelas menampakkan kekafirannya maupun yang tidak menampakkannya- kalian akan dikembalikan kepada kekufuran. Akibatnya, kalian akan menderita kerugian dunia dan akhirat.

150. Bukan mereka, tapi Allahlah, penolong kalian! Tidak perlu takut kepada mereka karena Allah adalah sebaik-baik penolong.

151. Juga, kalian tidak perlu menjadi lemah karena terkena musibah pada perang Uhud! Kami akan
menanamkan rasa takut dan gentar ke dalam hati musuh-musuh kalian, karena mereka menyekutukan Allah dengan menyembah tuhan-tuhan lain yang tidak dapat mendatangkan keuntungan dan kerugian, tanpa suatu bukti pun yang pernah diturunkan Allah. Tempat tinggal mereka adalah neraka. Sungguh, neraka merupakan sejelek-jelek tempat tinggal bagi orang-orang zalim.

152. Pertolongan Allah benar-benar jelas terjadi. Dia telah memenuhi janji-Nya untuk memenangkan kalian, ketika pada awal- awal peperangan, kalian membunuh sejumlah besar dari mereka dengan kehendak Allah. Namun, cara pandang kalian terhadap perang ternyata mulai melemah, dan kalian saling berselisih dalam memahami perintah Nabi untuk menetap pada pos masing-masing: ada yang mengira kemenangan telah datang dan, oleh karenanya, boleh meninggalkan posnya, ada pula yang memilih menetap sampai akhir pertempuran. Yang lain bahkan tidak mematuhi sama sekali perintah Rasul dengan terus mencari harta rampasan setelah tampak kemenangan yang kalian inginkan. Pada akhirnya kalian terpecah menjadi dua: golongan yang lebih menginginkan dunia dan golongan yang lebih mengutamakan akhirat. Dalam keadaan seperti itu semua, Allah menahan pertolongan-Nya, hingga kalian kembali menderita kekalahan melawan musuh. Semua itu dimaksudkan untuk menguji, agar tampak siapa saja di antara kalian yang tulus ikhlas dan siapa saja yang tidak. Kemudian Allah mengampuni kalian setelah kalian semua menyesal. Allah mempunyai karunia atas kamu sekalian dengan mengampuni dan menerima pertobatan kalian.

153. Renungkanlah, wahai orang-orang mukmin, ketika kalian lari dari medan perang hingga tidak sempat menoleh kepada siapa pun. Padahal, Rasul menyeru dari belakang untuk kembali. Lalu Allah menimpakan kesedihan secara berturut-turut ke dalam diri kalian, dengan maksud agar kalian tidak bersedih atas harta rampasan, yang tidak dapat kalian peroleh dan atas kekalahan yang kalian derita. Allah Maha Mengetahui maksud dan perbuatan kalian semua.

154. Setelah kesedihan itu, Allah memberi kalian nikmat ketenangan, berupa rasa kantuk yang menyelimuti golongan yang tulus iman dan penyerahan dirinya kepada Allah. Adapun golongan yang lain, hanya memikirkan diri sendiri. Oleh karena itu, mereka berprasangka buruk kepada Allah seperti prasangka jahiliah. Dengan tidak percaya, mereka berkata, "Apakah kita mempunyai peran mengenai soal kemenangan yang dijanjikan Allah kepada kita?" Katakan, wahai Nabi, "Semua urusan mengenai kemenangan dan kekalahan itu adalah wewenang Allah. Dia yang akan mengatur hal itu pada hamba-hamba-Nya, apakah mereka mengerjakan faktor-faktor kemenangan atau sebaliknya." Sebenarnya, ketika mengatakan hal itu, dalam hati mereka ada hal yang tidak terungkap. Dalam hati, mereka berkata, "Kalau kita mempunyai kebebasan, kita tidak akan pergi berperang sehingga tidak akan menderita kalah." Katakan kepada mereka, "Kalaupun kalian berada di rumah, kemudian di antara kalian ada yang sudah ditentukan akan terbunuh di medan perang, maka mereka pasti akan keluar menuju tempat kematian itu." Allah melakukan semua yang telah terjadi pada perang Uhud demi kemaslahatan yang banyak. Di antaranya, untuk menguji keikhlasan yang ada di dalam dada kalian, dan juga untuk membersihkan hati kalian. Allah Maha Mengetahui hal-hal yang tersembunyi di dalam hati.

155. Orang-orang yang meninggalkan posnya di saat terjadi pertempuran antara pasukan kalian dengan pasukan orang-orang kafir pada perang Uhud, sebenarnya telah ditarik dan digelincirkan setan untuk berbuat dosa, akibat pelanggaran yang mereka lakukan. Tapi Allah yang luas ampunan-Nya dan penuh kelembutan telah mengampuni mereka.

156. Wahai orang-orang yang beriman, janganlah kalian bersikap seperti orang-orang kafir. Mereka, apabila mengalami saudaranya mati dalam perjalanan jauh mencari penghidupan atau terbunuh ketika berperang, mengatakan, "Kalau saja mereka tetap tinggal bersama kita, mereka tidak akan mati atau terbunuh." Allah menjadikan perkataan dan prasangka itu suatu penyesalan di dalam hati mereka. Dia yang menghidupkan dan mematikan, di tangan-Nyalah ketentuan mengenai segala sesuatu. Dia selalu mengetahui semua amalan baik dan buruk yang kalian lakukan, kemudian akan membalasnya.

157. Dan jika kalian terbunuh atau mati pada saat berjihad, sungguh ampunan dan kasih sayang dari Allah jauh lebih baik bagi kamu sekalian daripada kesenangan dunia yang akan kalian kumpulkan bila kamu sekalian tetap hidup.

158. Juga, jika kalian mati atau terbunuh pada saat berjihad, sungguh amalan-amalan kalian tidak akan hilang. Kalian akan dikumpulkan di hadapan Allah, kemudian diberi pahala oleh-Nya atas jihad dan keikhlasan kalian.

159. Sebagai wujud kasih sayang Allah kepada kamu dan mereka, kamu bersikap lemah lembut dan tidak berkata kasar karena kesalahan mereka. Dan seandainya kamu bersikap kasar dan keras, mereka pasti akan bercerai berai meninggalkanmu. Oleh sebab itu, lupakanlah kesalahan mereka. Mintakanlah ampunan untuk mereka. Dan ajaklah mereka bermusyawarah untuk mengetahui pendapat mereka dalam berbagai persoalan yang tidak disebut dalam wahyu. Apabila kamu telah bertekad untuk mengambil suatu langkah setelah terebih dahulu melakukan musyawarah, laksanakanlah langkah itu dengan bertawakkal kepada Allah, karena Allah benar-benar mencintai orang-orang yang menyerahkan urusan kepada-Nya (1). (1) Musyawarah atau syûrâ adalah salah satu pokok ajaran yang sangat penting dalam Islam. Dalam adagium Arab-Islam dikatakan, "Orang beristikharah tak akan gagal, orang bermusyawarah tak akan menyesal." Sesuai dengan kebiasaan gayanya dalam menetapkan hukum, al-Qur'ân hanya menjelaskan prinsip- prinsip umum dan garis besarnya saja. Selanjutnya, perinciannya diserahkan kepada manusia, sesuai tuntutan ruang dan waktu. Oleh sebab itu, adakalanya sistem perwakilan dalam suatu pemerintahan, di mana semua
anggota pemerintahan bertanggung jawab kepada parlemen, cocok untuk negara-negara tertentu seperti Inggris dan Perancis. Pengalaman sejarah membuat mereka terbiasa dengan model pemerintahan seperti itu. Adakalanya pula sistem presidensial, dengan syûrâ yang relatif luas, karena keinginan perkembangan cepat dan tidak mau terlalu terganggu oleh jatuh bangunnya kabinet, lebih cocok untuk negar-negara tertentu seperti Amerika Serikat. Dan, adakalanya pula syûrâ model pertengahan antara presidensial dan parlementer lebih cocok untuk negara lain seperti Mesir. Dengan demikian, tiap negara dan kelompok bebas menentukan model syûrâ yang mereka anggap sesuai dengan dimensi ruang dan waktu masing-masing. Yang penting, prinsip syûrâ harus terwujud untuk menghindari dominasi dan kesewenang-wenangan individu. Demikianlah, al-Qur'ân telah mencantumkan prinsip musyawarah sejak 14 abad yang lalu.

160. Bila Allah mendukung kalian dengan pertolongan-Nya, seperti yang terjadi dalam perang Badar, tidak akan ada yang dapat mengalahkan kalian. Dan apabila Dia menarik pertolongan-Nya dari kamu semua, karena tidak menyiapkan syarat- syarat kemenangan, seperti yang terjadi pada perang Uhud, maka tidak akan ada penolong bagi kamu semua. Hanya kepada Allahlah orang-orang mukmin boleh bersandar dan menyerahkan urusan.

161. Tidak benar, Nabi berkhianat atau berbuat curang dalam pembagian harta rampasan seperti yang diisukan oleh orang-orang munafik yang pembohong itu. Sebab, perbuatan curang atau khianat bertentangan dengan kenabian. Maka dari itu, janganlah kalian curiga mengenai hal itu. Barangsiapa berbuat curang atau khianat akan datang pada hari kiamat dengan dosa kecurangan atau pengkhianatannya. Lalu setiap orang akan diberi balasan sesuai dengan apa yang mereka perbuat. Mereka tidak dicurangi dengan kurangnya pahala atau lebihnya hukuman.

162. Orang yang berusaha mendapatkan perkenan Allah dengan amal saleh dan ketaatan, tidak seperti
orang yang mendapat kemurkaan yang besar dari Allah karena maksiat. Tempat kembali orang yang
berbuat maksiat itu adalah neraka Jahanam, sejelek-jelek tempat kembali.

163. Dua golongan itu tidaklah sama. Mereka berbeda tingkatan di sisi Allah. Dia Mahatahu tentang
keadaan dan tingkatan- tingkatan mereka, dan akan memberi balasan sesuai tingkatan-tingkatan itu.

164. Allah telah berbuat baik kepada orang-orang mukmin terdahulu yang hidup bersama Nabi, dengan mengutus kepada mereka seorang rasul dari bangsa mereka sendiri. Yaitu, seorang rasul yang membacakan ayat-ayat kitab suci, membersihkan mereka dari keyakinan yang salah, dan mengajari mereka ilmu al- Qur'ân dan teladan. Sebelum diutusnya rasul itu, mereka berada dalam kebodohan, kebingungan dan perasaan tidak berarti.

165. Apakah kalian merasa cemas dan kaget ketika kalian menderita kekalahan pada perang Uhud -padahal kalian telah menimpakan kekalahan dua kali lipat kepada orang-orang kafir pada perang Badar? Apakah kalian mengatakan, "Dari mana kematian dan kekalahan yang menimpa kita, padahal kita semua telah memeluk Islam, dan Rasul bersama kita?" Katakan, "Yang menimpa kamu semua itu adalah akibat dari pelanggaran terhadap Rasul yang pernah kalian perbuat sendiri. Allah Mahakuasa atas segala sesuatu, dan akan membalas kalian semua sesuai apa yang pernah kalian perbuat."

166. Yang telah kalian derita pada saat pertemuan antara pasukan kalian, orang- orang mukmin, dengan pasukan orang- orang kafir dalam perang Uhud, benar- benar terjadi karena ketentuan Alah dengan maksud agar tampak di hadapan manusia, keimanan orang-orang mukmin sejati yang telah Dia ketahui.

167. Di samping itu, juga untuk menunjukkan kemunafikan orang-orang munafik. Yaitu orang-orang yang lari dari peperangan pada peristiwa Uhud yang, ketika diseru, "Kemarilah kalian semua untuk berperang, demi ketaatan kepada Allah atau untuk membela diri," menjawab, "Kalau kami tahu bahwa kalian akan menghadapi suatu peperangan, kami pasti pergi bersama kalian!" Ketika mengatakan itu mereka lebih dekat kepada kekufuran daripada keimanan. Mereka lalu mengatakan pula, "Tidak akan ada perang!" Padahal, di dalam hati, mereka yakin bahwa perang pasti terjadi. Allah lebih tahu tentang kemunafikan yang mereka sembunyikan, karena Dia mengetahui akibat dari rahasia- rahasia mereka.

168. Mereka juga adalah orang-orang yang tidak mau pergi berperang dan berkata mengenai saudarasaudara mereka yang terbunuh dalam medan pertempuran, "Jika mereka mengikuti kita dan tidak pergi berperang seperti kita, mereka pasti akan selamat seperti kita juga." Katakan, "Tolaklah kematian dari diri kalian bila kalian yakin bahwa kehati-hatian itu bisa menolak takdir."

169. Janganlah kamu mengira bahwa mereka yang terbunuh di jalan Allah itu benar- benar mati. Tidak! Mereka hidup dalam suatu kehidupan yang sifat dan bentuknya hanya diketahui oleh Allah sendiri. Di sisi Tuhan, mereka diberi suatu rezeki yang sifat dan bentuknya juga hanya diketahui sendiri oleh Allah.

170. Wajah mereka berseri-seri penuh kegembiraan karena kelebihan-kelebihan yang diberikan oleh Allah kepada mereka. Mereka senang melihat saudara-saudaranya yang ditinggalkan di dunia tetap berada pada jalan keimanan dan perjuangan. Selain itu, mereka yang mati di jalan Allah itu juga tidak mempunyai rasa takut akan sesuatu yang tidak disenangi. Mereka tidak akan bersedih karena kehilangan sesuatu yang disenangi.

171. Wajah para syuhadâ' (pahlawan yang gugur di medan perang demi membela agama Allah) itu berseriseri karena karunia mati syahid, kesenangan surga dan penghormatan besar yang diberikan Allah kepada mereka. Allah tidak akan menyia-nyiakan pahala orang- orang mukmin.

172. Mereka adalah orang-orang yang memenuhi seruan Rasul untuk memulai kembali perjuangan setelah luka dalam yang menimpa mereka pada perang Uhud. Dengan begitu, mereka telah berbuat baik dan menghindari melanggar perintah Allah dan Rasul-Nya. Oleh sebab itu, mereka berhak mendapatkan pahala yang besar di surga, tempat yang penuh kenikmatan.

173. Mereka juga orang-orang yang tidak gentar lalu patah semangat ketika ditakut-takuti oleh orang lain dengan mengatakan, "Musuh kalian telah mengumpulkan tentaranya, maka takutlah kepada mereka." Sebaliknya, mereka justru bertambah yakin terhadap pertolongan Allah, dan menjawab, "Allah cukup bagi kami. Dia yang mengatur urusan-urusan kami. Dan Dialah sebaik-baik yang diserahi urusan."
174. Mereka kemudian pergi untuk berperang menghadapi pasukan yang besar. Akan tetapi, orang-orang musyrik itu tidak berani bertempur. Orang-orang mukmin pulang kembali dengan membawa kemenangan berupa nikmat keselamatan yang disertai dengan semangat perang dan pahala yang diperoleh. Mereka juga mendapatkan karunia Allah berupa rasa takut yang ditimpakan ke dalam hati musuh-musuh mereka, hingga akhirnya orang-orang mukmin tidak menderita apa-apa. Mereka, orang-orang mukmin, hanya mengharapkan perkanan Allah semata. Dengan begitu, mereka berhak menerima karunia-Nya. Dan Allah adalah pemilik karunia yang amat besar.

175. Allah menjelaskan kepada orang mukmin bahwa mereka yang berusaha menanamkan rasa takut,
hingga membuat kalian benar- benar takut menghadapi musuh, tidak lain adalah pembantu-pembantu
setan. Setan selalu menakut-nakuti pengikutnya dan menjadikan mereka pengecut. Kalian bukan termasuk kelompok mereka. Maka jangan kalian perhatikan propaganda mereka. Takutlah hanya kepada Allah semata jika kalian jujur dan benar dalam beriman dan melaksanakan segala konsekuensi keimanan.

176. Jangan bersedih, wahai Nabi, apabila engkau melihat orang yang semakin bertambah kufur dan
berpindah dari kondisi buruk kepada kondisi yang lebih buruk. Mereka tidak akan merugikan Allah sama sekali, sebab Dialah yang Mahakuasa atas hamba- hamba-Nya. Bahkan Allah tidak memberikan jatah pahala kepada mereka di ahirat. Dan mereka, disamping tidak menerima pahala itu, akan mendapat siksa yang amat berat.

177. Orang-orang yang menukar keimanan dengan kekufuran dengan meninggalkan keimanan dan mengejar kekufuran, tidak akan merugikan Allah sama sekali. Di akhirat nanti mereka akan mendapat siksa yang amat pedih dan memilukan.

178. Orang-orang kafir hendaknya tidak beranggapan bahwa penundaan Kami terhadap mereka ketika Kami panjangkan usia mereka dan Kami berikan kenikmatan dunia, itu lebih baik. Pemberian usia panjang dan rezeki yang luas justru akan menjurus kepada perbuatan dosa yang terus-menerus, di samping akan menjurus kepada perolehan siksa yang menghinakan dari Allah.

179. Allah tidak akan membiarkan kalian, hai orang-orang mukmin, bercampur dengan orang-orang munafik sebelum memberikan ujian berupa penugasan kewajiban, agar Dia membedakan kalian dari mereka. Juga, agar kalian dapat melihat orang munafik yang buruk dan orang mukmin yang baik. Bukan merupakan sunnatullah, jika ada seorang makhluk-Nya yang diberitahu rahasia kegaiban-Nya. Tetapi Allah memilih Rasul yang dikehendaki-Nya untuk mengetahui itu. Kalau kalian beriman dan menyadari kehadiran Tuhan dengan selalu menaatinya, Dia tentu akan memasukkanmu ke dalam surga sebagai balasannya. Alangkah baiknya balasan itu karena merupakan balasan yang amat besar.

180. Orang-orang yang kikir dan tidak mau membelanjakan sebagian harta yang diberikan Allah kepadanya, hendaknya jangan mengira bahwa sikap kikir itu memang lebih baik. Tidak! Sikap kikir itu justru amat buruk akibatnya bagi mereka. Mereka akan diberi balasan yang buruk di hari kiamat kelak. Siksa itu akan selalu menyertai mereka, bagaikan kalung yang selalu menyertai leher. Semua makhluk di alam raya ini akan kembali kepada Allah. Dialah Pemilik semua makhluk itu. Dia Maha Mengetahui segala apa yang kalian kerjakan dan akan memberi balasannya.

181. Meskipun Allah adalah pemilik segala sesuatu yang ada di langit dan di bumi, sebagian orang Yahudi ada yang menganggap-Nya miskin. Buktinya, kata mereka, Dia meminta kita meminjamkan harta atau uang melalui infak. "Kitalah yang kaya. Kita bebas mengeluarkan infak atau tidak," kata mereka. Allah mendengar dan mencatat ucapan mereka itu, seperti Dia mencatat kasus pembunuhan nabi-nabi secara lalim dan melampaui batas. Pada hari kiamat, Allah akan berkata kepada mereka, "Rasakanlah siksa neraka yang membakar."

182. Siksa dan hukuman Allah yang mereka terima akibat perbuatan dosa yang dilakukan itu, tidak lain adalah sebuah manifestasi sifat keadilan-Nya. Sebab, Allah sama sekali tidak akan berbuat curang kepada hamba-Nya.

183. Merekalah yang berkata, "Allah memerintahkan kami di dalam Tawrât, agar kami tidak percaya dan tidak tunduk kepada seorang rasul, kecuali jika ia dapat membuktikan kebenarannya dengan mendatangkan sesuatu untuk dikorbankan demi perkenan Allah, lalu datang api dari langit untuk memakannya." Katakan kepada mereka, wahai Nabi, "Sejumlah rasul telah datang kepada kalian sebelumnya dengan bukti yang jelas seperti yang kalian minta. Tetapi kalian tetap mendustakan dan bahkan membunuh mereka. Mengapa kalian lakukan hal itu, jika kalian benar-benar jujur dalam berjanji dengan menunjukkan keimanan ketika apa yang kalian inginkan itu terjadi?"

184. Kalau mereka mendustakanmu, wahai Muhammad, kamu tidak perlu bersedih. Nabi-nabi dan rasulrasul terdahulu pun banyak yang didustakan karena sikap keras- kepala kaumnya. Padahal, mereka juga mendatangkan bukti-bukti nyata dan kitab yang diturunkan dari langit yang membuktikan kebenaran risalah mereka.

185. Setiap jiwa yang hidup pasti akan merasakan mati. Apabila kamu sekalian mendapatkan kesengsaraan hidup di dunia, maka sesungguhnya kamu akan mendapatkan pahala secara penuh di hari kiamat. Barangsiapa yang dijauhkan dari api neraka, maka sesungguhnya ia telah memperoleh kemenangan. Dan kehidupan dunia itu tidak lebih dari perhiasan sementara yang menipu.

186. Yakinlah, wahai orang-orang yang beriman, bahwa kalian akan mengalami cobaan harta (dengan perintah untuk berinfak) dan cobaan jiwa (dengan perintah berjihad, dengan penyakit dan kesengsaraan). Dan sesungguhnya kalian akan mendengar ucapan-ucapan yang menyakitkan berupa cercaan dan hujatan, yang harus kamu terima dengan sabar dan takwa. Karena sesungguhnya sikap yang demikian itu adalah sebagian dari kesalehan yang dikerjakan dengan niat yang bulat.

187. Wahai Nabi, ingatlah saat Allah mengambil janji yang dikukuhkan dari Ahl al-Kitâb agar mereka menjelaskan makna yang terkandung di dalamnya dan tidak menyembunyikan satu ayat pun kepada orang lain. Lalu mereka mencampakkan kitab itu untuk ditukar dengan kesenangan duniawi yang mereka cari. Padahal dunia, bagaimanapun menyenangkannya, tidak lebih dari sekadar perhiasan mata uang yang tak berharga dibandingkan hidayah dan petunjuk. Maka alangkah buruknya perbuatan mereka itu.

188. Janganlah kamu menduga bahwa mereka yang selalu merasa senang dengan perbuatan perbuatan buruk yang mereka kerjakan dan merasa senang dengan sanjungan atas apa yang tidak mereka lakukan, akan selamat dari siksa. Karena, dengan perbuatan itu mereka telah menutup pintu hati mereka bagi keimanan dan kebenaran seperti orang-orang Yahudi. Bagi merekalah siksa yang pedih di hari kiamat.

189. Hanya Allah semata pemilik urusan bumi dan langit. Dia Mahakuasa atas segala sesuatu. Dia akan menghukum orang-orang yang berdosa atas dosa-dosa mereka, dan akan memberi pahala orang-orang yang berbuat baik atas perbuatan baik mereka.

190. Sesungguhnya penciptaan langit dan bumi oleh Allah dengan kesempurnaan dan ketepatan, perbedaan antara siang dan malam, cahaya dan kegelapan, rentang panjang dan pendeknya waktu, merupakan tandatanda yang jelas bagi mereka yang memiliki akal yang mengetahui keesaan dan kekuasaan Tuhan(1).
(1) Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, perbedaan rentang waktu siang dan malam adalah sebagai tanda-tanda kekuasaan Tuhan bagi para Ulû al-Albâb (orang-orang yang berpengetahuan mendalam). Teks ayat tersebut memberi isyarat pada fakta-fakta kosmis yang menunjuk pada keagungan Pencipta. Marilah kita coba mengamati langit. Warna langit bisa tertangkap oleh penglihatan kita berkat radiasi sinar matahari yang mengenai lapisan udara yang menyelubungi bumi. Pada saat radiasi sinar matahari itu jatuh pada atom unsur-unsur kimia yang membentuk molekul udara, dan udara itu sendiri yang menyimpan partikel debu-debu halus dengan gerak balik (refleksi), atom-atom itu memancarkan bias ke berbagai penjuru angkasa. Sebenarnya cahaya warna putih itu merupakan gabungan dari berbagai jenis warna. Di sini atom-atom itu saling menyerap warna- warna itu ke dalam dirinya. Dari beberapa eksperimen didapat kesimpulan bahwa warna yang paling kuat biasnya adalah warna biru. Hal itu akan semakin menjadi jelas pada saat matahari berada pada puncak ketinggiannya. Kemudian, warna kebiruan itu menjadi berkurang hingga ketika matahari berada di ufuk barat atau timur, bias cahaya matahari itu menembus lapisan udara dari jarak yang relatif amat jauh, sehingga pada posisi seperti ini bias warna merah terlihat lebih dominan dari warna yang lain. Ringkasnya, cahaya di waktu siang membutuhkan radiasi matahari dan partikel-partikel debu halus dalam porsi yang cukup. Hal itu dibuktikan oleh peristiwa cukup unik yang terjadi pada tahun 1944. Pada waktu tengah hari, secara tiba- tiba langit menjadi gelap dan siang itu hampir-hampir berubah menjadi malam karena pekatnya. Peristiwa itu terjadi beberapa saat, kemudian langit berubah memerah, berangsur-angsur menjadi oranye, menguning dan akhirnya kembali normal kurang lebih satu jam berikutnya. Belakangan diketahui bahwa fenomena alam yang cukup unik itu dilahirkan oleh bias cahaya langit yang berlapis-lapis, membentuk warna abu-abu dan terbawa oleh angin menuju kawasan cukup jauh di bagian tengah Afrika, menuju ke utara melewati bagian barat Asia dan dapat diamati dengan jelas di beberapa kawasan di Syria. Peristiwa itu bisa ditafsirkan bahwa partikel-partikel halus debu yang beterbangan di angkasa telah menghalangi radiasi matahari, dan ketika semakin menipis warnanya berubah merah, kuning dan seterusnya. Jika pada saat itu orang bisa naik ke angkasa, maka ia akan merasa melewati lapisan udara bumi yang berlapis-lapis, yang masing-masing memiliki corak dan keistimewaan tersendiri. Berangsur-angsur ia akan menyaksikan warna langit menjadi biru pekat, hingga apabila sampai pada lapisan bumi paling luar yang sama sekali tidak mengandung partikel-partikel debu yang ada pada lapisan udara dalam, langit akan tampak gelap bagai malam hari, meskipun matahari berada di ufuk. Kesimpulannya adalah bahwa di sana ada lapisan langit lain dalam bentuk kubah (celestial sphere) yang warna dan corak masing-masing berbeda dan memanjang sampai ke inti angkasa. Ini salah satu bukti kekuasaan Allah swt. Cahaya di siang hari membutuhkan jatuhnya radiasi matahari menjadi atom atom yang terdapat dalam atmosfer bumi, yang membawa gumpalan-gumpalan debu halus dalam porsi yang berbeda. Cahaya siang hari itu begitu kuatnya sehingga menghalangi cahaya redup yang memancar dari bintang atau cahaya dari pergesekan meteor dan bintang berekor dengan lapisan udara luar. Proses terjadinya siang dan malam berawal dari perputaran bumi pada porosnya, sementara perputaran bumi mengelilingi matahari mengakibatkan adanya pertautan waktu antara siang dan malam. Dan kecondongan bumi dari garis edarnya (orbit) berpengaruh pada rentang waktu malam dan siang yang panjang dan pendeknya tergantung pada musim dan letak geografis masingmasing kawasan. Dan dari sebagian hikmah Tuhan Yang Mahakuasa bahwa pertautan siang-malam dan perkisaran keduanya dalam waktu relatif pendek membuat cuaca menjadi seimbang sehingga melahirkan iklim yang cocok bagi adanya kehidupan di bumi.

191. Telah menjadi ciri Ulû al-Albâb bahwa mereka selalu merenungkan keagungan dan kebesaran Allah dalam hati di mana pun mereka berada, dalam keadaan duduk, berdiri dan berbaring. Mereka selalu merenungkan penciptaan langit dan bumi, dan keunikan yang terkandung di dalamnya sambil berkata, "Tuhanku, tidak Engkau ciptakan jagat ini tanpa ada hikmah yang telah Engkau tentukan di balik itu. Engkau tersucikan dari sifat-sifat serba kurang, bahkan ciptaan-Mu itu sendiri adalah bukti kekuasaan dan hikmah-Mu. Hindarkanlah kami dari siksa neraka, dan berilah kami taufik untuk menaati segala perintah-Mu.

192. Wahai Zat yang menciptakan, mengendalikan segala urusan dan memelihara kami. Sesungguhnya orang yang berhak atas api neraka dan telah Engkau masukkan ke dalamnya, sungguh ia telah Engkau hinakan.

193. Wahai Zat yang menciptakan, mengendalikan segala urusan dan memelihara kami. Kami mendengar Rasul- Mu mengajak beriman kepada-Mu. Kami menaatinya dan kami menyatakan beriman. Ya Tuhan kami, ampunilah dosa-dosa besar kami. Hapuskanlah dosa-dosa kecil kami. Dan jadikanlah kami, setelah mati, hidup bersama hamba-hamba pilihan-Mu.

194. Wahai Zat yang menciptakan, mengendalikan segala urusan dan yang memelihara kami. Berikanlah kepada kami janji yang telah Engkau sampaikan kepada rasul-rasul-Mu. Yaitu pertolongan dan dukungan di dunia. Janganlah Engkau masukkan kami ke dalam api neraka, sehingga kami menjadi terhina di hari kiamat. Sesungguhnya Engkau tidak pernah melanggar janji.

195. Tuhan memenuhi permintaan mereka dengan menjelaskan bahwa Dia tidak menyia-nyiakan pahala orang yang berbuat kebaikan, baik laki-laki maupun perempuan. Sebab laki-laki berasal dari perempuan dan sebaliknya. Orang-orang yang berhijrah karena mencari perkenan Allah, diusir dari kampung halamannya, disakiti saat berperang di jalan Allah, yang berperang dan terbunuh, Allah telah menetapkan untuk menghapus dosa-dosa kecil mereka. Dan Dia akan memasukkan mereka ke dalam surga yang dialiri sungaisungai, sebagai balasan yang mulia dan tinggi dari Allah. Hanya Allahlah yang memiliki balasan yang baik dan bagus.

196. Wahai Nabi, janganlah engkau terpengaruh oleh apa yang kau lihat pada orang-orang kafir! Mereka bergelimang dalam kemewahan dan bergerak bebas dalam dagang dan usaha.

197. Semua itu adalah kesenangan sekejap yang akan hilang. Setiap yang hilang itu sedikit. Tempat kembali mereka adalah neraka Jahanam, seburuk-buruk tempat kembali.

198. Begitulah balasan bagi orang-orang kafir. Adapun orang-orang yang beriman dan takut kepada Tuhan, bagi mereka surga yang di bawahnya mengalir bermacam- macam sungai. Mereka kekal di dalalamnya, singgah dalam kemuliaan Allah. Apa yang di sisi Allah lebih baik bagi orang-orang yang berbakti, daripada kesnangan sekejap yang dirasakan orang-orang kafir.

199. Sebagian Ahl al-Kitâb beriman kepada Allah dan apa yang diturunkan kepada Muhammad dan rasulrasul sebelumnya. Kamu lihat mereka tunduk kepada Allah, tidak menggantikan bukti-bukti nyata dengan kesenangan dunia, meskipun melimpah. Sebab pada hakikatnya semua itu sedikit. Bagi mereka balasan yang setimpal dari Allah di akhirat kelak. Sesungguhnya Allah sangat cepat perhitungan-Nya. Dia tidak pernah lemah karena menghitung dan membalas perbuatan mereka. Dan Dia Mahakuasa untuk itu. Balasan dari-Nya pasti akan mereka terima.

200. Hai orang-orang yang beriman, bersabarlah! Kalahkan musuh kalian dengan kesabaran! Bersiapsiaplah di tempat-tempat yang rawan diserang musuh! Dan takutlah pada Tuhan kalian! Harapan keberuntungan ada pada itu semua.



Tafsir Surah Al-Baqarah Ayat 1 - 200 (Kitab Al-Muntakhab) Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Ilmusaudara.com

0 comments:

Post a Comment