BLOG TENTANG : PENGERTIAN, MANFAAT, PENDIDIKAN, KESEHATAN, SERTA CARA, PETUNJUK DAN DO'A-DO'A

Aliran-Aliran Dalam Pendidikan




Aliran-aliran Dalam Pendidikan


1. NATIVISME
    Nativisme  (Aliran pembawaan) ini dipelopori oleh Schopenhauer. Aliran ini berkeyakinan bahwa anak yang baru lahir membawa bakat, kesanggupan dan sifat-sifat tertentu. Dan inilah yang aktif dan maha kuasa dalam pertumbuhan dan kemajuan. Pendidikan dan lingkungan tidak berpengaruh sama sekali.
Misalnya :
    Seorang pemuda sekolah menengah mempunyai bakat musik. Fikirannya, perasaannya dan kemauannya serta seluruh pribadinya tertuju pada musik. Ia sanggup dengan penuh nikmat dan gembira mendengarkan musik berjam-jam lamanya. Ia selalu bermain biola dan gitar dengan tidak bosan-bosannya. Pekerjaan-pekerjaan lain begitupun sekolahnya, tidak menarik hatinya bahkan tidak terlalu dihiraukan.
    Orang tuanya selalu menasehati dan kadang-kadang memarahinya, sehingga dengan secara terpaksa ia belajar dan menghafal dirumah. Karena orang tuanya mau menjadikannya insinyur, sarjana tekhnik, dan selalu menegaskan bahwa musik itu tidak akan bisa mencukupi nafkah hidupnya kelak..
    Hanya karena kerasnya paksaan orang tuanya dan bantuan dari gurunya ia terus menjalani sekolahnya, tetapi...baru saja ia lepas dari kunkungan orang tuanya, lepas dari bimbingan gurunya, ia kembali kepada musik dan mencurahkan hatinya, perasaannya, segala waktu dan tenaganya untuk musik tersebut...!  Tidakkah itu suatu bukti, bahwa pendidikan dan lingkungan itu sekali-kali tidak berkuasa ? kata aliran Nativisme.
    Jadi kesimpulannya : Bahwa perkembangan manusia dalam hidup bermasyarakat itu tergantung kepada pembawaan, sehingga pengaruh dunia sekitar sedikit sekali. Orang akan menjadi ahli agama, pelukis, guru dan lainnya itu semuanya semata-mata karena pembawaan, karena lingkungan/pendidikan.
    Sehubungan dengan hal ini, maka timbullah aliran yang disebut aliran Naturalisme. Aliran ini akan mengikuti adanya pembawaan, tetapi juga adanya milieu (lingkungan). Maka dalam hal ini terdapat dua pandangan yang berlainan, sehingga menimbulkan dua golongan besar yaitu :
  1. Golongan yang dipimpin oleh Rousseau. Ia mengatakan bahwa manusia itu pada dasarnya baik. Manusia lahir didunia ini adalah membawa benih-benih yang serba baik.Jadi kalau ada manusia yang jahat, itu bukan karena benihnya tetapi dikembangkan setelah ia lahir. Artinya setelah ia hidup bermasyarakat dan setelah terpengaruh oleh lingkungan dan kebudayaan.
  2. Golongan yang dipimpin oleh Mensius Golongan ini mengatakan bahwa pada dasarnya manusia itu adalah jahat. Ia menjadi manusia yang baik, karena ia bergaul dengan masyarakat. Jadi manusia itu menjadi baik bukan karena dasarnya, tetapi ia hidup bermasyarakat.
    Karena itu bilamana manusia berbuat jahat, beri saja hukuman yang seberat-beratnya supaya jera dan menjadi manusia yang baik. Demikian kata Machiavelli, yang kemudian diikuti oleh Mosolini seorang diktator Jerman



2. EMPIRISME
    Yaitu suatu aliran yang menganggap bahwa manusia itu dalam hidup dan perkembangan pribadinya semata-mata ditentukan oleh dunia luar. Sedangkan pengaruh-pengaruh dari dalam (faktor keturunan) dianggapnya tidak ada.
Misalnya : Suatu keluarga yang kaya raya ingin memaksa anaknya menjadi pelukis, segala alat dibelikan dan guru-guru ahli didatangkan. Akan tetapi gagal, karena bakat melukis anak itu tidak ada. Sadar atau tidak sadar, kenal atau tidak dengan teori Nativisme, orang-orang dalam masyarakat Indonesia saja selalu berbuat demikian itu.
    Karena cita-citanya, karena ingin melihat anaknya menjadi guru umpamanya, anaknya dipaksa tumbuh kearah tujuan itu dengan tidak menghiraukan bakat, pembawaan serta cita-cita anaknya itu sendiri.
Apa akibatnya ????
    Hidup sehari-hari penuh konplik (pertentangan) pendidikan mengalami kesukaran dan.......hasilnya mungkin sekali mengecewakan dan merugikan. Orang tua tidak mencapai tujuaannya, dan anak tidak sampai kepada apa yang dicita-citakannya. Kenyataan-kenyataan dan conto-contoh seperti itu cukup banyak dalam masyarakat. Bagi para orang tua kiranya hal itu menjadi perhatian dan peringatan.
    Bertentangan dengan itu, maka ahli-ahli impirisme mengatakan : Pendidikan dan lingkunganlah yang maha kuasa, yang menentukan hasil pertumbuhan dan kemajuan.
    Untuk membenarkan teorinya, mereka memberikan contoh sebagai berikut :
    Ada dua orang anak kembar, asal jadinya dari satu bibit  dirahim ibunya. Mereka dianggap mempunyai bakat, kesanggupan dan sifat-sifat yang sama. Kemudian dipisahkan semenjak lahirnya. Yang seorang dibesarkan dalam lingkungan desa, dididik oleh keluarga petani. Yang seorang dibesarkan dalam lingkungan kota, dididik oleh keluarga hartawan dan sekolah modern di kota.
    Ternyata, bahwa pertumbuhan mereka tidak sama. Bahwa hasil kemajuan bakat  dan kesanggupan mereka itu yang asalnya sama, ternyata hasilnya tidak sama. Yang seorang menjadi guru dan yang seorang menjadi saudagar.
    Apa yang menyebabkan terjadinya perbedaan itu ? Tidak lain adalah karena didikan dan lingkungan yang berbeda tadi. Jadi kesimpulannya bahwa didikan dan lingkungan itu adalah maha kuasa. "Siapakah yang tidak mengakui, bahwa pendidikan dan lingkungan itu tidak berkuasa?" kata Empiisme.
    Manusia menjadi sombong, egoistis, dan sebagainya itu semuanya bukanlah karena pembawaannya, tetapi pengaruh sekitar. Dan pelopor aliran ini ialah : John Lokce dengan teori Tabularasa

3. KONVERGENSI
    Teori yang diakui dan dipegangi oleh umum ialah teori Konvergensi. teori ini merupakan kompromi atau kombinasi dari pada nativisme dan empirisme tersebut. Ia mengatakan bahwa pertumbuhan dan perkembangan manusia itu adalah tergantung pada dua faktor yaitu : Faktor bakat/pembawaan dan faktor lingkungan, pengalaman/pendidikan.
    William Stern, Pelopor aliran ini mengataakan :
    " Kemungkinan-kemungkinan yang dibawah lahir itu adalah petunjuk-petunjuk nasib depan dengan ruangan permainan. Dalam ruangan permainan itulah letaknya pendidikan dalam arti seluas-luasnya. Tenaga-tenaga dari luar dapat menolang, tetapi bukanlah ia yang menyebabkan pertumbuhan itu, karena ini datangnya dari dalam yang mengandung dasar keaktifan dan tenaga pendorong".
    Sebagai contoh :
    Anak-anak dalam tahun pertama belajar mengoceh, kemudian baru bercakap-cakap. Dorongan dan bakat itu tidak ada. Ia meniru suara-suara yang didengarnya dari ibunya dan dari orang-orang sekitarnya, ia meniru dan mendengarkan kata-kata yang diucapkan kepadanya. Bakat dan dorongan itu, tidak dapat dikembangkan, jika tidak ada bantuan dari luar yang membantunya, Dalam hal ini jika tidak ada suara-suara  atau kata-kata yang didengarkannya. Tidak mungkin anak tersebut  dapat bercakap-cakap.
    Teori yang digambarkan diatas adalah : Bakat, dorongan hasil, tujuan, pengalaman, lingkungan, pendidikan.
    Perlu diketahui, bahwa teori ini mempunyai dasar yang kuat dari pada teori-teori yang lain. Karna dalam kenyataannya kedua faktor itu memang tidak bisa diabaikan. Namun demikian aliran ini, juga masih mempunyai kelemahan-kelemahan yaitu : Bahwa stern tidak dapat menerrangkan berapakah perbandingan pengaruh kedua faktor tersebut. Sampai sekarang pun pengaruh dari kedua faktor ini belum bisa ditetapkan. Meskipun demikian aliran ini sudah merupakan suatu kemajuan yang isttimewa.
    Kemungkinan pada manusia baru bisa berkembang bila ia bergal dengan masyarakat. Artinya, kalau lingkungan tidak membantu perkembangan tidak membantu perkembangan tiap-tiap potensi yang ada, maka potensi-potensi  (benih-benih) itu tidak mungkin juga berkembang. Misalnya :
"Seoraang mempunyai bakat menyanyi, tetapi ia lahir dan dibesarkan oleh kalangan kyai-kyai, maka tidak mungkin benih itu bisa dikembangkan. Sebagaimana jagung yang tumbuh diatas batu yang kering tidak mungkin ia bisa subur.
    Tetapi walaupun begitu, pengaruh sekitarnya ada batasan-batasannya. Meskipun lingkungan memberi kemungkinan sampai bagaimanapun juga, tetapi potensi tidak ada, maka tidak mungkin juga bisa berkembang. Misalnya : orang yang mempunyai kemampuan yang rendah, walaupun diajar oleh professor tak akan mungkin akan berhasil baik.
      Jadi jelas bahwa pengaruh sekitar itu  benar-benar terbatas dan karena pengaruh ini pulalah yang menyebabkan manusia itu bermacam-macam jadinya

Teori Nasib - Takdir

Setelah kita ketahui tiga teori tersebut diatas, perlu kita tambahkan satu teori yang disebut teori nasib-taqdir. Teori ini mengatakan : walaupun bakat dan kesanggupannya ada, didikan dan lingkungan sempurna, seorang anak tidak dapat mencapai apa yang dicita-citakan, jika nasibnya tidak ada atau Tuhan Yang Maha Kuasa belum mentakdirkannya. atau belum mengizinkan. Contoh-contoh dalam masyarakat untuk membenarkan teori ini misalnya :
  1. Seorang mahasiswa yang hampir mencapai gelar sarjananya, tiba-tiba dia jatuh sakit dan meninggal, maka dia gagal dalam studiny. Tuhan belum mentakdirkaan.
  2. Seorang saudagar yang akan menerima keuntungan besar, tiba-tiba mendapat halangan, sehingga keuntungan itu terbang melayang, belum menjadi resekinya kata orang
  3. Petani yang mengharapkan sangat hasil sawahnya yang sudah menguning, tiba-tiba banjir besar datang sehingga merusak tanaman mereka.
Kesimpulan :
    dari pembicaraan diatas ternyata, bahwa baik konsepsi nativisme maupun konsepsi empirisme kedua-duanya tidak tahan uji. Adapun kelemahan pokoknya adalah sifatnya yang ekslusif, ekstrim dan berat disebelah. Faham yang dianggap mengatasi keberatan-keberatan itu ialah faham konvergensi, yang dirumuskan pertama kali oleh William Stern.
    Faham Konvergensi berpendapat bahwa didalam perkembangan individu itu, baik dasar/bakat, maupun lingkungan kedua-duanya memainkan peranan penting. Bakat yang kemudian pengaruh lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan, maka kemungkinan itu akan menjadi kenyataan. Akan tetapi boleh saja tanpa pengaruh lingkungan yang sesuai dengan kebutuhan, maka tidak mungkin akan menjadi kenyataan. Misalnya : Anak yang mepunyai potensi bisa berdiri diatas kedua kakinya, tetapi ia diasuh oleh srigala misalnya, mak tidak mungkin bisa berdiri dengan kedua kakinya, melainkan merangkap seperti serigala
    Sebaliknya, pengeruh lingkungan saja tidak cukup. Misalnya : Walaupun fasilitas disediakan dengan sebaik-baiknya, tetapi tidak selalu dapat dipastikan anak itu akan berkembanga sesuai dengan apa yang cita-citakan. Banyak guru berkeluh kesah tentang muridnya, kendatipun segala usaha sudah dilakukan dan fasilitas telah disediakan secukupnya.

4. BEHAVIORISME

    Behaviorisme ialah suatu aliran ilmu jiwa di amerika dan pelopor aliran ini adalah : William James, Thorndike, dan Waston.
a. Ciri-ciri aliran Behaviorisme :
  1. Aliran ini mempelajari perbuatan manusia bukan dari kesadarannya, melainkan hanya mengamati perbuatan dan tingkah laku yang berdasarkan kenyataan. Pengalaman-pengalaman bathin di kesampingkan dan hanya perbuatan dan gerakan-gerakan badan saja yang dipelajarinya. Maka sering dikatakan bahwa Behaviorisme adalah ilmu jiwa tanpa jiwa.
  2. Semua perbuatan dikembalikan pada reflek. Behaviorisme mencari unsur-unsur yang paling sederhana, yakni perbuatan-perbuatan bukan kesadaran yang dinamakan reflek. Reflek adalah reaksi yang tidak disadari terhadap suatu perangsang. Manusia dianggap sebagai suatu kompleks reflek atau suatu mesin reaksi.
  3. Behaviorisme berpendapat bahwa pada waktu dilahirkan semua orang adalah sama . Menurut Behaviorisme pendidikan adalah maha kuasa. Manusia hanyalah makhluk yang dikembangkan karena kebiasaan-kebiasaan. Dan pendidikan dapat mempengaruhi reflek sekehendak hatinya.
b. Pendapat Para Pengikut Behaviorisme 
    1. William James (1842-1910)
        William James adalah perintis jalan filsafat Pragmatisme. Adapun pokok-pokok ajarannya adalah sebagai berikut

  • Tiap berfikir mengandung maksud tertentu, yaitu penyempurnaan hidup
  • Segala kenyataan bersifat pragmatis, yakni mengandung maksud-maksud tertentu, dan kenyataan itu hanya berarti jika ada faedahnya bagi manusia
  • Nilai pengetahuan manusia harus diuji pada kehidupan yang praktis, besar tidaknya sesuatu fikiran dapat dilihat dari dapat tidaknyafikiran itu dipraktetkan atau terbukti atau tidaknya maksud yang dikandung didalamnya
  • Semboyang kaum Behaviorisme "The truth is in the making" Benar, adalah apa yang didalam praktet ternyata tepat dan menguntungkan. Tidak benar adalah apa yang dalam praktet tidak ada hasil. Misalnya : Kalau anasir  agamaterbukti membawa kebahagiaan manusia, dapatlah dikatakan bahwa agama itu benar

Aliran-Aliran Dalam Pendidikan Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Ilmusaudara.com

0 comments:

Post a Comment