Pengertian Akhlak Budi Pekerti serta Cara Mendidik Anak Yang Berakhlak
Akhlak atau budi pekerti adalah satu-satunya aspek yang sangat fondamentil dalam kehidupan, baik kehidupan sebagai orang-orang, maupun bagi kehidupan masyarakat. Bagaimanapun pandainya seseorang, bagaimanapun cakapnya seseorang tanpa dilandasi dengan akhlak yang luhur, maka segalanya akan membawa malapetaka. Oleh karena itu pendidikan akhlak atau budi pekerti adalah merupakan dasar yang fodamentil bagi semua penddikan yang lain.
Tujuan dari pendidikan akhlak atau budi pekerti ialah mendidik anak agar dapat membedakan antara baik dan buruk, sopan dan tidak sopan, sifat terpuji dan tercela dan sebagainya. Sehingga anak mau berbuat sesuai dengan yang baik dan meninggalkan segala yang tidak baik, dengan demikian pendidikan akhlak atau budi pekerti mencakup dua macam pembentukan :
Tetapi enyataan sekarang, adalah tidak demikian karena manusia-manusia abad modern ini tidak sama dengan manusia-manusia zaman socrates. Orang yang tahu akan hal-hal yang baik dan hal-hal yang tidak baik belum tentu mau berbuat sesuai dengan yang baik. Jelas mengetahui yang baik saja belum menjamin berbuat sesuai dengan yang baik. Sehingga pembentukan kemauan harus ada tersebdiri, disamping adanya pembentukan kata hati. Begitu juga anak-anak yang pada dasarnya belum memiliki kemauan yang kuat, harus dibiasakan dan dilatih untuk bertingkah laku yang baik dan sopan, jujur, menghormati orang tua dan orang lain dan sebagainya.
Dengan pengawasan yang cermat, disiplin yang tegas, dan dimana kalau diperlukan juga hukuman yang keras apabila berbuat perbuatan yang bertentangan kesusilaan. Namun kenyataan dalam praktet kehidupan sehari-hari, tidak bisa mengadakan pengawasan terhadap anak, sebab anak disamping hidup dalam lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, juga hidup dalam masyarakat. Ia bergaul dengan teman-temannya, ia melihat kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang beraneka ragam coraknya, baik sifatnya pisitif (baik) maupun yang bersifat negatif (buruk). Dan yang bernilai negatif tersebutlah yang mudah ditiru dan mempengaruhi anak.
Jika dirumah orang tua dengan susah payah untuk mengasuh dan membimbingnya, juga disekolah bapak dan ibu guru mendidik dan mengawasinya dengan sepenuh hati, kadang-kadang hal itu begitu saja lenyap oleh pengaruh-pengaruh dijalan dan dari masyarakat. Maka dalam hal ini benar juga perkataan dari Rousseau yang mengatakan "Manusia itu baik waktu dilahirkna tetapi manusia jadi rusak karena masyarakat".
Mengenai pelaksanaan pendidikan akhlak budi pekerti disekolah dalam hal ini ada dua pendapat. Pendapat pertama mengatakan agar pendidikan akhlak budi pekerti itu diberikan pada jam-jam tersendiri. Kedua, menghendaki bahwa, pendidikan akhlak budi pekerti tidak perlu diberikan pada jam-jam tersendiri, melainkan diintegrasikan dalam semua mata pelajaran. olehnya itu semua guru apapun harus selalu menyusupkan pendidikan akhlak budi pekerti.
Kiranya perlu diketahui oleh kita semua, bahwa pendidikan akhlak budi pekerti tidak cukup dengan hanya diceritakan atau dipidatokan saja, melainkan harus disertai dengan contoh-contoh teladan, pembiasaan dan latihan.
Akhlak atau budi pekerti adalah satu-satunya aspek yang sangat fondamentil dalam kehidupan, baik kehidupan sebagai orang-orang, maupun bagi kehidupan masyarakat. Bagaimanapun pandainya seseorang, bagaimanapun cakapnya seseorang tanpa dilandasi dengan akhlak yang luhur, maka segalanya akan membawa malapetaka. Oleh karena itu pendidikan akhlak atau budi pekerti adalah merupakan dasar yang fodamentil bagi semua penddikan yang lain.
Tujuan dari pendidikan akhlak atau budi pekerti ialah mendidik anak agar dapat membedakan antara baik dan buruk, sopan dan tidak sopan, sifat terpuji dan tercela dan sebagainya. Sehingga anak mau berbuat sesuai dengan yang baik dan meninggalkan segala yang tidak baik, dengan demikian pendidikan akhlak atau budi pekerti mencakup dua macam pembentukan :
- Pembentukan kata hati, agar anak memiliki kepekaan terhadap baik dan buruk
- Pembentukan kemauan yaitu agar anak mempunyai kemauan yang kuat, kemauan yang membaja untuk tidak melakukan hal-hal yang tidak baik dan hanya mau berbuat yang baik-baik saja.
Tetapi enyataan sekarang, adalah tidak demikian karena manusia-manusia abad modern ini tidak sama dengan manusia-manusia zaman socrates. Orang yang tahu akan hal-hal yang baik dan hal-hal yang tidak baik belum tentu mau berbuat sesuai dengan yang baik. Jelas mengetahui yang baik saja belum menjamin berbuat sesuai dengan yang baik. Sehingga pembentukan kemauan harus ada tersebdiri, disamping adanya pembentukan kata hati. Begitu juga anak-anak yang pada dasarnya belum memiliki kemauan yang kuat, harus dibiasakan dan dilatih untuk bertingkah laku yang baik dan sopan, jujur, menghormati orang tua dan orang lain dan sebagainya.
Dengan pengawasan yang cermat, disiplin yang tegas, dan dimana kalau diperlukan juga hukuman yang keras apabila berbuat perbuatan yang bertentangan kesusilaan. Namun kenyataan dalam praktet kehidupan sehari-hari, tidak bisa mengadakan pengawasan terhadap anak, sebab anak disamping hidup dalam lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, juga hidup dalam masyarakat. Ia bergaul dengan teman-temannya, ia melihat kejadian-kejadian dan peristiwa-peristiwa yang beraneka ragam coraknya, baik sifatnya pisitif (baik) maupun yang bersifat negatif (buruk). Dan yang bernilai negatif tersebutlah yang mudah ditiru dan mempengaruhi anak.
Jika dirumah orang tua dengan susah payah untuk mengasuh dan membimbingnya, juga disekolah bapak dan ibu guru mendidik dan mengawasinya dengan sepenuh hati, kadang-kadang hal itu begitu saja lenyap oleh pengaruh-pengaruh dijalan dan dari masyarakat. Maka dalam hal ini benar juga perkataan dari Rousseau yang mengatakan "Manusia itu baik waktu dilahirkna tetapi manusia jadi rusak karena masyarakat".
Mengenai pelaksanaan pendidikan akhlak budi pekerti disekolah dalam hal ini ada dua pendapat. Pendapat pertama mengatakan agar pendidikan akhlak budi pekerti itu diberikan pada jam-jam tersendiri. Kedua, menghendaki bahwa, pendidikan akhlak budi pekerti tidak perlu diberikan pada jam-jam tersendiri, melainkan diintegrasikan dalam semua mata pelajaran. olehnya itu semua guru apapun harus selalu menyusupkan pendidikan akhlak budi pekerti.
Kiranya perlu diketahui oleh kita semua, bahwa pendidikan akhlak budi pekerti tidak cukup dengan hanya diceritakan atau dipidatokan saja, melainkan harus disertai dengan contoh-contoh teladan, pembiasaan dan latihan.
0 comments:
Post a Comment