BLOG TENTANG : PENGERTIAN, MANFAAT, PENDIDIKAN, KESEHATAN, SERTA CARA, PETUNJUK DAN DO'A-DO'A

Penyakit Cacing, Penularan, Gejala, Pencegahan, Pengobatan, Jenis Penyakit Cacing dan Obatnya serta Efek Sampingnya

Penyakit Cacing, Penularan, Gejala, Pencegahan, Jenis Cacing, Pengobatan, Jenis Penyakit Cacing dan Obatnya serta Efek Sampingnya
Infeksi cacing merupakan salah satu penyakit yang paling umum tersebar dan menjangkit lebih dari dua miliar manusia di seluruh dunia. Walaupun tersedia obat-obat baru yang lebih spesifik  dan bekerja lebih efektif, pembasmian penyakit cacing masih tetap merupakan suatu masalah, disebabkan oleh kondisi sosial ekonomi di beberapa bagian dunia. Jumlah manusia yang dihinggapinya juga semakin bertambah akibat migrasi, lalu-lintas dan kepariwisataan udara. Proyek-proyek irigasi untuk meningkatkan agrikultar dapat pula menyebabkan perluasan kemungkinan infeksi. Misalnya schistoosomiasis (bilharziasis), penyakit ini berkembang karena timbulnya kondisi yang menunjang pengembangan keong-keong, yang menjadi tuan rumah antara bagi cacing schistosoma.
Pada umumnya cacing jarang menimbulkan penyakit serius, tetapi dapat menyebabkan gangguang kesehatan kronis yang merupakan suatu faktor ekonomis sangat penting. Di negara berkembang, termasuk Indonesia, penyakit cacing adalah penyakit rakyat umum yang sama pentingnya dengan misalnya malaria atau TBC. Infeksinya pun dapat terjadi simultan oleh beberapa jenis cacing sekaligus. Diperkirakan bahwa lebih dari 60 % anak-anak di Indonesia menderita suatu infeksi cacing.

PENULARAN
Infeksi cacing umumnya  terjadi melalui luka dikulit (cacing tambang dan benang) atau lewat telur (kista) atau laruanya, yang ada di mana-mana dia atas tanah,. Terlebih pula bila pembuangan kotoran (tinja) dilakukan dengan sembarangan (sistim riol terbuka) dan tidak memenuhi persyaratan higiena. Terutama anak kecil yang lazimnya belum mengerti azaz  higiena, mudah sekali terkena infeksi. Tergantung dari jenisnya, cacing tetap bermukim dalam saluran cerna atau berpenetrasike jaringan.  Jumlah cacing merupakan faktor menentukan apakah orang menjadi sakit atau tidak.
Diagnosis. Prosedur esensial untuk mendiagnosa infeksi cacing adalah melalui pemeriksaan mikroskopis dari telur atau larva nya dalam tinja, urin, darah dan jaringan. Penentuan ini adalah penting sekali karena daya kerja obat cacing kebanyakan tergantung dari jenis parasitnya.

GEJALANYA
Gejala dan keluhan dapat disebabkan oleh efek toksis dari produk pertukaran zat cacing, penyumbatan usus halus dan saluran empedu (obstruksi) atau penarikan zat gizi yang penting bagi tubuh. Sering kali gejala tidak begitu nyata dan hanya berupa gangguang lambung-usus, seperti mual, muntah, mulas, kejang-kejang dan diare berkala dengan hilangnya nafsu makan (anokresia). Obstruksi usus buntu dan saluran penkreas dapat menimbulkan appendicitis dan pancreatitis. Pada sejumlah cacing yang menghisap darah, tuan-rumah dapat menderita kekurangan darah, misalnya cacing tambang, pita dan cambuk. Sebagian penderita tidak memberikan keluhan atau tidak menunjukkan gejala cacingan sama sekali. Misalnya pada orang-orang pembawa cacingan atau telur/kistanya (carriers).
Dengan carrier dimaksudkan manusia atau hewan yang “menyimpan” dan menyebarkan mikroorganisme yang mengakibatkan penyakit, tetapi sendirinya tidak jatuh sakit.

PENCEGAHANNYA
Tindakan umum yang perlu dilakukan adalah mentaati aturan higiena dengan tegas dan konsekuen, terutama oleh anak-anak. Yang terpenting di antaranya adalah selalu mencuci tangan sebelum makan atau sebelum mengolah bahan-makanan. Jangan memakan sesuatu yang telah jatuh di tanah tanpa mencucinya terlebih dahulu dengan bersih. Dengan demikian infeksi melalui mulut yang paling sering terjadi, dapat dihindarkan. Selanjtnya untuk pemberantasan infeksi cacing perlu diambil tindakan higiena umum yang mencakup perbaikan perumahan, lingkungan hidup dan sosial ekonomi.

JENIS CACING
Cacing yang merupakan parasit manusia dapat dibagi dalam dua kelompok, yakni cacing pipih dan cacing bundar.
1.    Plathelminthes (flotworms): Cestoda dan Trematoda
Ciri-ciri cacing ini adalah bentuknya yang pipih dan tidak memiliki rongga tubuh.
a.    Cacing pita (Cestoda): Taenia, Echinococcus, Hymenolepsis, dll
Parasit ini memiliki kelamin ganda (hermafrodit), berbentuk pita yang bersegmen, dan tidak memiliki saluran cerna. Echinococcus memiliki tuan-rumah tetap (anjing) dan larvanya membentuk kista di  organ dalam.
b.    Cacing pipih (Trematoda): Schistosoma, Fasciola dll
Umumnya cacing ini terbentuk seperti daun dan juga bersifat hermafrodit, kecuali spesies schistosoma yang berbentuk lebih memanjang dan memiliki kelamin terpisah. Schistosoma (bilharzia) ditulari oleh bentuk aktifnya (cercariae). Fasciola (cacing hati) khusus terdapat pada domba dan menimbulkan a.l.pembesaran hati, jarang sekali menulari manusia. Infeksi cacing ini dinamakan masing-masing schistosomiasis (bilharziasis) dan fascioliasis.
2.    Nematoda (roundworms): Oxyuris, Ascaris, Ancylostoma, Strongyloides, Trichuris.
Infeksi dengan cacing ini dinamakan masing-masing oxyuriasis (cacing kermi), ascariasis (cacing gelang), ancylostomiasis (cacing tambang), strongyloidiasis dan trichuriasis (cacing cembuk). Infeksi dapat terjadi melalui telur, larva atau cacingnya sendiri, melalui mulut atau langsung melalui kulit
.
Ciri-cirinya: bertubuh bulat, tidak bersegmen, memiliki rongga tubuh dengan saluran cerna nyata dan kelamin terpisah. Siklus hidup cacing ini cukup kompleks dan sering kali membutuhkan tuan rumah antara sebelum terjadi perkembangan dari sia, tergantung dari jenisnya, cacing tetap bermukim dalam saluran cerna atau menembus hingga jaringan.untuk penyakit, cara infeksi, penyebaran dan pengobatannya, lihat tabel berikut ini.
Pengobatan
Banyak anthelmintika memiliki khasiat yang efektif terhadap satu atau dua jenis cacing saja. Hanya beberapa obat yang memiliki khasiat yang lebih terhadap lebih banyak jenis cacing (broad spektrum) misalnya membendazol. Oleh karena itu  pengobatan harus selalu didasarkan atas diagnosa jenis parasit dengan jalan penelitian mikroskopis.
Posmendikasi. Banyak anthelmintika dalam dosis terapi hanya bersifat melumpuhkan cacing, jadi tidak mematikannya. Guna mencegah jangan sampai parasit menjadi aktif lagi atau sisa-sisa cacing mati vdapat menimbulkan reaksi alergi, maka harus dikeluarkan secepat mungkin. Biasanya diberikan suatu laksans garam 2-4 sesudahnya. Minyak kastro tidak boleh digunakan, karena banyak enthelmintika yang melarut didalamnya hingga resorpsi obat dan toksisitasnya meningkat. Pencaharan tidak diperlukan oleh obat modern yang bersifat laksans seperti piperasin atau berkhasiat vermisid, mematikan cacing seperti mebendazol, niklosamida dan praziquantel. Bila terdapat anemia pasien  juga harus diobati dengan sediaan yang mengandung besi

Jenis-jenis Cacing

Dari sekian banyak jenis infeksi cacing yang dikenal, hanya sejumlah kecil yang sering terjadi di Indonesia dan akan dibahas dibawah ini
1.    Ascariasis
Adalah cacing gelang yang panjangnya 10-15 cm dan biasanya bermukin didalam usus halus, dimana cacing betina mengeluarkan telurnya yang sangat banyak sampai 200.000 telur sehari yang dikeluarkan dalam tinja. Penularan terjadi melalui makanan yang terinfeksi oleh telur dan larvanya yang panjangnya kira-kira 0,25 mm yang berkembang dalam usus halus.
Larva ini menembus dinding usus, melalui hati untuk kemudian keparu-paru. Setelah mencapai tenggorok, lalu larva ditelan untuk kemudian berkembang biak menjadi cacing dewasa di usus halus. Dengan jumlah yang begitu banyak sehingga bisa menimbulkan penyumbatan, juga komplikasi seperti ileus, appendicitis dan pancreatitis.
Pengobatannya.
Obat pilihan pertama adalah mebendazol, albendazol, dan pirantel. Sering kali kur harus diulang dengan kur kedua karena semua cacing atau telurnya dapat dimusnahkan pada tahap pertama.
2.    Oxyuriasis
Jenin penyakit cacing yang bernama cacing kermi yang menimbulkan gatal disekitar dubur (anus) dan kejang hebat pada anak-anak. Adakalanya infeksi ini mengakibatkan radang umbai-usus buntu akut (appedencitis)
Pada wanita, biasanya cacing ini merambat genital dan seterusnya kerongga perut. Pada anak kecil sering kali terjadi dengan jalan melalui telur yang melekat pada jari-jari sewaktu menggarut daerah dubur yang dirasakan sangat gatal dengan demikian memungkinkan terjadi infeksi sekunder. Penyebabnya adalah cacing betinya yang panjangnya 8-13 mm, keluar dari dubur antara jam 8-9 malam untuk bertelur disekitar dubur
Infeksi cacing kermi adalah infeksi cacing satu-satunya yang penularannya berlansung dari orang ke orang, sehingga semua anggota keluarga harus serentak diobati pula, walaupun mereka tidak menunjukkan gejala apapun. Soalnya karena cacing betina baru meletakkan telurnya antara 3-6 minggu setelah infeksi.
Pengobatannya.
Mabendazol, albendazol dan pirantel tidak mematikan telurnya, sehingga setelah dua minggu cacing menetas harus dimatikan oleh kur yang kedua dan piparazin adalah obat pilihan kedua
3.    Taeniasis: praziquantel, niklosomida.
Cacing pita yang paling umum terdapat adalah Taenia solium dan T. Saginata yang banyak terdapat pada masing-masing babi dan sapi, juga ikan. Penularannya terjadi karena memakan daging yang dimasak belum cukup lama dan masih mengandung larva. Cacing dewasa yang berkembang dalam usia, berbentuk seperti pita bersegmen. T. Saginata dapat mencapai panjang 10 meter, sedangkan T. Salium lebih pendek, sampai 6 meter.
Taenia sukar sekali dibasmi karena kepalanya (scolex) yang relatif kecil di benangkan dalam selaput lendir usus hingga tidak bersentuhan dengan obat. Bagian cacing (segmen, proglotida) yang bersentuhan dan obat dengan telah dimatikan, dilepaskan dari scolex yang kemudian membuat segmen-segmen baru (regenasi). Segmen dan telurnya dapat dikenali dalam tinja, tetapi scolexnya pada umumnya sudah di cernakan oleh geta usus. Penularan terjadi bila telur yang dikeluarkan dengan tinja,di makan oleh tuan rumah-antara (hewan) dan kemudian berkembang menjadi larvae.larvae ini menembus didinding usus dan menyebar di pelbagai jaringan tubuh a.l. jaringan sukhutan, otot dan malahan ke otot. Disitu larvae (usus dari T. Solium) dapat berkembang menjadi cysticerci, ialah kista dengan ukuran 0,5-1 centimeter yang mengandung scolex cacing dewasa . makan kistar ini melalui daging terinfeksi yang diamasak kurang matang, dilambung parasit keluar dari kista nya dan dalam usus halus menjadi cacing dewasa. Di agnosanya dilakukan dengan deteksi proglotida atau telaur dalam tinja. Kista yang berada di dalam otak dapat dideteksi melalui CT atanmeri scan.
Gejala umumnya infeksi dengan cacing dewasa umumnya tak menimbullkan gejala (asimtomatis), jarang sekali anemia, radang usus buntu atau radang pankreas
Pengobatan. Obat pilihan pertama terhadap infeksi Teania adalah praziquantel  (10mg/kg single dose) atau niklosamida (2 x 1g denganan selingan waktu 2 jam). Pemberian suatu laksan sesudahnya di anggap tidak perlu.

4.    Ancylostomiasis: mebandazol dan albendazol. Ada dua jenis cacing tambang, yakni necator americanis yang terdapat di  daerah tropis/subtropis dan panjangnya 1.k 10mm.cacing terowongan (penyebab tunnel di sease) karena terdapat di daerah tambang dan terowongan di gunung Penularannya terjadi oleh larva yang memasuki kulit kaki yang terluka dan menimbulkan reaksi lokal. Setelah memasuki vena, larva menuju ke paru-paru dan bronchi, akhirnya kesaluran cerna. Seperti Taenia cacing tambang juga mengaitkan diri pada mukosa usus dan menghisap darah tuan-rumah hingga menimbulkan anemia yang cukup serius.
Pengobatannya diarahkan kepada dua tujuan, yakni memperbaiki gambaran darah (makanan yang bergizi dan senyawa besi) dan memberantas cacing. Mebendazol dan pirantel merupakan obat pilihan pertama, yang sekaligus juga dapat membasmi cacing gelang bila terjadi infeksi campuran.

5.    Strongyloidiasis: tiabendazol, ivermecting, albendazol.
Strongyloides stercoralis atau cacing benag sering kali terdapat di daerah tropis dan subtropis. Penularannya lewat larva yang berbentuk benang kulit. Larva ini dapat dikenal dalam tinja tetapi tidak mengandung telurnya. Berhubung terjadinya autoreinfeksi, maka cacing dapat bertahan puluhan tahun lamanya di mukosa bagian atas usus halus. Ditempat itu cacing merusak jaringan dan menimbulkan reaksi radang.
Gejalanya  yang khas adalah gatal hebat dibagian bokong bersifat sementara, juga gangguan perut dan iritasi saluran pernapasan (batuk, enggap) akibat migrasi cacing.
Pengobatan
Tiabendazol dan invermectin merupakan obat pilihan pertama terhadap cacing benang, albendazol juga efektif

6.    Trichiuriasis : Membendazol, pirantel, albendazol
Trichiuris trichiura atau cacing cambuk, umumnya terdapat pada beriklim panas dan lembab. Dalam tubuh manusia biasanya cacing cambuk terdapat dalam coecum dan bermukiman di mukosa ileum dan colon, dengan menimbulkan kerusakan dan peradangan, telurnya dikeluarkan dalam tinja dan dapat dideteksi untuk keperluan diagnosa. Telurnya dapat berkembang di tanah
Penularannya terjadi melalui makanan dan air yang terinfeksi.
Gejalanya, pada anak kecil dapat mengakibatkan appendicitis akut akibat kehilangan darah juga dapat timbul anemia
Pengobatan, efektif dengan mebendazol,  pirantel dan albendazol

7.    Filariasis : dietilkarbamazin, hetrazan
Wucheria bancrofti atau cacing benang merupakan nematoda dari famili filaria, yang menimbulkan penyakit kaki gajah, yang menimbulkan penyakit radang pembuluh limfa disusul oleh penyumbatan cacing dewasa yang panjangnya 8-10 cm. Akibatnya adalah hipertrofi dari jaringan sel, terutama dibagian kaki yang dapat membesar sampai diameter 30 cm, makanya disebut kaki “gajah”
Penularannya ke manusia terjadi melalui nyamuk yang menyengat pada waktu malam.
Pengobatan, obat utama terhadap infeksi adalah dietilkarbamazin, khususnya bila diberikan pada waktu dini, kadangkala diperlukan pembedahan untuk memperbaiki penyaluran getah bening dan membuang jaringan yang berlebihan.

8.    Schistosomiasis :  praziquantel
Adalah merupakan caciing pipih yang tidak bersegmen. Cacing ini merupakan penyakit yang ditularkan melalui sejenis keong pembawa larvanya. Setelah berkembang parasit ini, menembus kulit manusia  dan memasuki peredaran darah. Di beberapa Negara Schistosomiasis merupakan suatu masalah kesehatan masyarakat yang disebarkan melalui mandi di air yang terinfeksi.

Kandungan Obat dan efeknya

1.    Mabendazol , yang sangat efektif terhadap cacing kermi, gelang, pita, cambuk dan tambang.
Efek sampingnya,  jarang terjadi dan beberapa gangguan saluran pencernaan seperti sakit perut dan diare..
Kehamilan  dan  laktasi : tidak boleh digunakan oleh ibu hamil karena memiliki sifat terotagen yang potensial. Mengingat resorpsinya sangat ringan, laktasi tidak perlu dihentikan, tidak dianjurkan bagi anak dibawah usia 2 tahun.
Dosisnya ; dewasa  dan anak sama yakni 1 tablet pada waktu selesai makan siang, dan diulang nanti 14 hari kemudian
2.    Abendazol
Berspektrum luas terhadap Ascaris, Oxyuris, Taenia, Ancylostoma, Strongyloides dan Trichiuris, terutama dianjurkan pada echinococciosis (cacing pita anjing), resorpsinya dari usus buruk , tetapi masih lebih baik dari pada mabendazol.
Efek sampingnya, berupa gangguan lambung-usus, demam, rontok rambut (selewat) dan exanthema.
Wanita hamil tidak boleh menggunakan abendazol karena ternyata teratogen pada binatang percobaan.
Dosisnya diatas 6 tahun 15mg/kg/hari dalam 2 doses dc, pada ascariasis, enterobiasis, ancylostomiasis, trichuriasis, anak  dan dewasa single doses 400 mg d.c, pada Strongyloidiasis 1 dd 400 mg d,c selama 3 hari.
3.    Piperazin
Zat basa ini sangat efektif terhadap Oxyuris dan Ascaris berdasarkan perintangan penerusan-inpuls neuromuskuler, hingga cacing dilumpuhkan kemudian dikeluakan dari tubuh oleh gerakan  parristaltik usus..
Efek sampingnya, jarang terjadi (mual, muntah, reaksi alergi), pada over dosis mengakibatkan gatal-gatal, kesemutan, rasa kantuk, pikiran kacau.
Hati-hati penggunaannya pada orang yang kena epilepsy, gangguan hati dan ginjal
Wanita hamil dapat diberikan pada wanita hamil
Dosisnya
Untuk Ascaris 75 mg/kg berat badan atau dosis tunggal dari 3 gram selama 2 hari.
Untuk Oxyuris 65 mg/kg berat badan atau dosis tunggal 2,5 gram selama 7 hari
Untuk anak-anak terhadap ascaris ; 50 mg/berat bsdsn, yakni 1-2 tahun 1 grm, 3-5 tahun 2 grm, dan diatas 6 tahun 3 gram sekaligus. Terhadap oxyuris ; dosis sama, tetapi selama 4-7 hari.
4.    Dietilkarbamazin
Obat ini khusus untuk cacing benang. Khasiatnya, berdasarkan penurunan otot dan kemudian melumpuhkan microfilaria dan mengubah permukaan membrane cacing sehingga cacing dapat dimusnahkan oleh daya tangkis penderita.
Efek sampingnya, seperti sakit kepala, mual dan muntah. Walaupun sering terjadi tetapi tidak serius dan biasanya hilang sendiri dalam waktu beberapa hari tanpa menggunakan obat
Kehamilan, obat ini dianggap aman untuk digunakan untuk ibu hamil.
Dosisnya
3 dd 2mg/kg berat badan p.c , atau 150-500 mg seharinya untuk 14 hari
5.    Pirantel
Berkhasiat terhadap ascaris, Oxyuris, dan cacing tambang.
Mekanisme kerjanya berdasarkan pelumpuhan cacing, dengan jalan menghambat penerusan impuls neuro-muskuler (seperti piperazin) lalu parasit dikeluarkan oleh peristaltic usus tanpa mengeluarkan laksans
Efek sampingnya, ringan dan berupa gangguan saluran cerna dan kadang kala sakit kepala.
Kehamilan, pirantel tidak dianjurkan penggunaannya oleh wanita hamil, maupun anak-anak dibawah usia 2 tahun.
Dosisnya
Pada cacing kermi  dan gelang sekaligus 2-3 tablet dari 250 mg, anak-anak ½-2 tablet sesuai usia (10 mg/kg). pada cacing cambuk dosisnya sama selama 3 hari




Penyakit Cacing, Penularan, Gejala, Pencegahan, Pengobatan, Jenis Penyakit Cacing dan Obatnya serta Efek Sampingnya Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Ilmusaudara.com

0 comments:

Post a Comment