BLOG TENTANG : PENGERTIAN, MANFAAT, PENDIDIKAN, KESEHATAN, SERTA CARA, PETUNJUK DAN DO'A-DO'A

Pengertian Puasa, Niatnya, Tujuan, Hikmah, Rahasia, serta Sifat atau Cara Berpuasa

Pengertian Puasa, Niatnya, Tujuannya, Hikmahnya, dan Rahasianya, serta Sifat atau Cara Berpuasa
Puasa adalah menahan nafsu dari syahwatnya dan menceraikan nafsu itu dari segala kebaikan dan menyederhanakan kekuatan kerinduan supaya bersiaplah jiwa menuntut kebahagiaan dan kenikmatannya dan menerima pengheningan-pengheningan bathin yang membawa kesentosaan jiwa dan supaya patahlah keruncingan lapar dan keganasannya serta menginsafkan jiwa terhadap nasib peruntungan manusia yang lapar dan buat mengekang tenaga-tenaga aggota badan dari melepaskan kekangnya kepada hukum tabiat yang membencanakannya kelak.
Dari defenisi diatas maka kita sudah fahami bahwa puasa itu menceraikan diri dari syahwatnya. Yang hal tersebt suatu pekerjaan yang sangat sukar dan berat dilaksanakan. Oleh karena itu Allah swt tidak mempercepat turunnya hukum puasa kepada hambanya, setelah dasar-dasar tauhid terpendam beberapa lama dalam lubuk hati ummat.. Sesudah hukum-hukum sholat dilaksanakan ummat dengan sebaik-baiknya, barulah sesudah Nabi berhijrah ke Madinah hukum-hukum puasa itu dijalankan dan disyariatkan

Niat Puasa

 Adapun Niat Puasa Ramadhan sebagai berikut :
  • Niat Puasa untuk sebulan penuh yang diniatkan di awal Ramadhan

نَوَيْتُ صَوْمَ شَهْرِ رَمَضَانَ كِلِّهِ لِلَّهِ تَعَالَى

Nawaitu shauma syahri ramadhaana kulihi lillaahi ta’aalaa
"Aku sengaja  berniat berpuasa selama satu bulan penuh di bulan Ramadhan tahun ini karena Allah Taala"
  • Niat Puasa Ramadhan untuk setiap harinya saat hendak makan sahur.

نـَوَيْتُ صَوْمَ غـَدٍ عَـنْ ا َدَاءِ فـَرْضِ شـَهْرِ رَمـَضَانَ هـَذِهِ السَّـنـَةِ لِلـّهِ تـَعَالىَ


Nawaitu saumagadin an'adai fardi syahri ramadhana hadzihissanati lillahita'ala

“Aku sengaja  berniat berpuasa esok hari untuk menunaikan kewajiban puasa pada bulan Ramadhan tahun ini karena Allah Taala".

Tujuan Puasa

Haruslah diketahui dan diinsafi bahwa, tiada dimaksudkan dari puasa itu sekedar semata-mata menahan makan, minum, dan menahan diri dari segala sesuatu yang merusak atau membatalkan rupa puasa akan tetapi yang dituju ialah bekasannya, yakni menahan diri dari menuruti segala macam keinginan yang diperintahkan kita menentanginya dengan senjata-senjata yang tajam yang tetap modern dan kekal yang ada pada kita sendiri, yaitu senjata tajam "Sabar dan Taqwa"
Hal ini tiada akan diperatekkan , melainkan dengan menahan lidah dari terlibat dalam menuturkan kata-kata yang keji, upat, fitnah, dusta, pertengkaran mulut; dan menahan pendengaran dari terlibat dalam mendengar segala yang tidak disukai, seterusnya menahan penglihatan dari terlibat dalam melihat segala yang berlawanan dengan taqwa atau bukti akan Allah.
Apabila kita mempelajari himat-hikmat Puasa yang diterangkan oleh Firman Allah :
"Supaya menyiapakan kamu menjadi orang-orang yang taqwa".
nyatalah bahwa puasa itu menjadi pemelihara yang mendingingi antara kita dengan keinginan-keinginan nafsu yang angkara dan keinginan-keinginan kemunkaran.
Bersabda Nabi s.a.w. : 
"hanya sanya puasa itu perisai, maka apabila salah seorang kamu berpuasa janganlah ia menuturkan  perkataan yang keji dan jangnlah ia berlaku buruk, jika seorang hendak membunuhnya atau hendak mencarutnya,maka hendaklah ia mengatakan; "saya berpuasa". (HR. Al Bukhari, shahih  Bukhari 1 : 226).
Dengan terang hadis ini menafsirkan puasa dengan w i q a y a h (penjaga diri yang membentengkan kita dari seteru-teru kita, yakni: nafsu dan syaitan)

Pembagian puasa
1. Puasa Fardlu, dan
2. Puasa Tathauwu' (sunnat)
Puasa Fardlu (wajib) ialah: puasa yang dipandang durhaka orang yang sengaja meninggalkannya, yaitu: puasa 'Asyura, puasa 'Arafah, puasa senin dan puasa kamis dan puasa yang sederajat dengannya.
Walhasil, di samping puasa Ramadhan yang difardlukan dengan nash Al-Quran , ada beberapa puasa lagi yang disunnatkan oleh nash hadist

Hikmah-hikmah Puasa

Hikmah puasa iti telah diterangkan Allah dalam Al Quran, yakni: "untuk menjaga tangga taqwa": menjadi tangga yang menyampaikan kita kepada derajat muttaqien.
Allah menjelaskan yang demikian , adalah karena orang watsany (orang-orang yang menyembah patung berhala) berpuasa untuk menghilangkan kemarahan tuhan-tuhanya itu bila mereka mengerjakan keredlaan tuhan-tuhannya kepada memberikan petolongan. Mereka kaum watsani itu berpendapat : bahwa jalan untuk mencarai rredlaan-keredlaan tuhan-tuhannya, ialah mengadzabkan diri dari mengadzabkan  diri dan menghilangkan kesedapan anggota. Kepercayaan yang seperti ini, tersebar pula dalam kalangan ahli-ahli kitab.
Adaapun puasa dalam Islam, maka hikmatnya, adalah untuk "menyiapkan kita buat memperoleh kebahagiaan t a q w a"; bukan untuk sesuatu kepentingan Tuhan yang kita sembah. Allah sembah kita terkaya dari puasa kita itu.
Dengan memperhatikan dan mempelajari rahasia puasa itu kita mendapat pengertian bahwa : Allah memfardlukan puasa kepada kita, adalah :
  1. Untuk menanam benih  "syafaqah dan rahmah" dalam lubuk jiwa kita terhadap para fuqaha dan masakin;kepada para aitam dan kepada orang-orang yang melarat hidupnya.
  2. Untuk membiasakan diri dan jiwa memelihara amanah. Kita mengetahui, bahwa puasa itu adalah suatu amanah Allah yang memang berat dan sukar kita memeliharanya. Maka apabila kita dapat memelihara amanah ini dengan sempurna, terdidiklah kita untuk memelihara segala amanah yang dipertarukan kepada kita.
  3. Untuk menyuburkan didalam jiwa kita "kekuatan menderita" bila kita terpaksa (perlu) menderita dan untuk menguatkan "i r a d a t", atau kehendak dan untuk meneguhkan "aziemah". atau keinginan dan kemauan yang kuat membaja

Rahasia-rahasia Puasa

Seyogia benar bagi seseorang yang berpuasa berusaha dengan penuh tenaga dan jiwa, supaya puasanya diterima oleh Allah. Maka puasa itu akan diterima Allah apabila dijaga segala "adab-adab" puasa dengan seteliti-telitinya.
Dan apabila kita memeriksa dengan seksama segala kandungan puasa, niscaya puasa bagi kita senyata-nyatanya bahwa puasa itu mengandung, "rahasia" yang dibawah ini:
  1. Mengurangkan kekuatan bahimiyah; mengurangkan makan dan minum, supaya dengan demikian itu naik meningkatlah jiwa keikhlasan dan supaya bertambahlah jiwa malakiah yang bersifat dengan aneka macam sifa keutamaan dan kesempurnaan.
  2.  Memerangaikan diri dalam sebahagian waktu kita dengan salah satu sifat Allah, yaitu ketiadaan makan dan minum dan menyerupakan diri kita dengan orang-orang yang muqarrabin, yakni orang-orang yang menahan diri dari menuruti keinginan-keinginan syahwat keduniaan.
  3. Membiasakan diri dengan sabar dan tetap menahan kesukaran serta menguatkan iradat dan cita-cita.orang yang sedang berpuasa itu, memberatkan diri untuk menjauhkan nafsuh dari keinginan-keinginannya, seperti: makan, minum, mendekati isteri; dia membela dirinya dari kepungan nafsu murka dengan penuh keteguhan dan kesabaran.
  4. memperingatkan diri dengan kehinaan..Dalam kita berpuasa, terasa benar oleh kita akan kejahatan kita kepada makan dan minum. Maka orang yang berhajat kepada sesuatu itu, tunduk dan menghinakan diri kepadanya.
5. Menjaga diri dari kejatuhan dalam jurang dosa dan lembah maksiyat.
6. menggerakkan orang yang berpunya atau kaya untuk menolong orang-orang papa miskin dan menyelesaikan segala keperluan dan kebutuhan mereka; untuk menolak bahaya kelaparan yang kejam dari para fakir dan miskin.
7. menghidupkan kekuatan fikiran dan kekuatan bashirah (penglihatan matahati).

Luqman Al Hakim pernah berkata kepada anaknya:
"Hai anakku, apabila perutmu telah penuh sesak dengan makanan, niscaaya tidurlah fikiranmu dan berhentilah atau malaslah segala angota-angotamu dari beribadat akan Allah yang telah menjadikan kamu, dan hilanglah keinginan hati (jiwa) serta kehalusan pengertian; sedang keheningan hati (jiwa) dan kehalusan pengertin, itulah yang melazatkan munajah dan mengingat akan Allah".
Demikianlah dengan ringkas rahasia-rahasia yang dikandung oleh puasa itu.
Perhatikanlah !!!

Sifat atau cara berpuasa

Apabila telah masuk pada malam pertama pada bulan Ramadhan, maka :
Berniyatlah pada malam itu, bahwa kita akan berpuasa esok hari. Mula dari malam itu, tegakkanlah tarawih denagn ber Jama'ah.
Sesudah ber sahur dengan memelihara sempurna adab-adabnya, bersikanlah mulut dengan sebersih-bersihnya dan nantikanlah waktu subuh. Amat baik sekali menanti subuh dengan tilawah Al-Qur'an.
Apabila telah terbit fajar, tahanlah diri dari makan, minum, men sedekati isteri dan dari segala yang merusakkan puasa dan pahalanya.
maka setelah selesai dari mengerjakan sembahyang subuh, bacalah Al-Qur'an sekedar yang mudah disanggupi, menjelang pagi hari.
Dan pada siang hari hendaklah dijauhkan diri dari segala perbuatan yang haram, bahkan hendaklah dijauhak diri dari pekerjaan-pekerjaan yang makruh dan sia-sia.
Sedapat mungkin supaya ditiap-tiap hari sesudah sembahyang dzuhur dan ashar disediakan waktu yang tenang untuk membaca Al-Qur'an.
Bila matahari telah nyata telah terbenam, bergegaslah membukakan puasa dengan sedikit makanan  yang manis ladzat. Sesudah itu tunaikanlah shalat maghrib. Dan sedudah menunaikan shalat maghrib itu, barulah disempurnakan makan dengan dituruti benar-benar dab-adab berbuka. Dan apabila likur yang ketiga menjelma, tambahkanlah ibadat dengan jalan ber-"i'tikaf" dan "usaha memperoleh lilatul qadar" yang terletak dalam salah satu malam yang ganjil dalam likur yang ketiga (dari malam 21 sampai malam 30 Ramadhan) itu.

Adab-adab Berpuasa  

Segala rahasiah dan segala hikmat puasa yang telah kita perbincangkan di atas ini, tiada yang akan diperoleh oleh orang-orang yang beerpuasa sekiranya mereka tiada memelihara adab-adab puasa dengan sebaik-baik dan sesempurna-sempurnanya.
Maka adab-adab puasa itu, ialah :
(I) menjauhkan diri dri segala yang merusakkan puasa, menjauhkan diri dari mengupat, menggunjing, mencela, mencaci, memaki, menista dan sebagainya.

1. Diberitakan Bukhari dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah s.a.w., bersabda :
"Barangsiapa tiada yang meninggalkan perkataan zur, (yakni : dusta, upat, fitnah, dengki, permusuhan, segenap perkataan yang mendatangkan kemarahan Allah dan menggerakkan persengketan keonaran) dan tiada meninggalkan pekerjaan itu, maka Allah tidak memerlukan dan meninggalkan makan minumnya. (Allah tiada menerima amlan puasanya)". (HR. Al Bukhari, At targhieb 2 : 269, Shahih Bukhari 1 : 226).

2. Diberitakan Ath Thabarani dari Abi Ubaidah, bahwa Rasulullah s.a.w., bersabda :
"Puasa itu sunnah (perisai) selama ia (si shaim) tiada merobekkannya dengan dusta atau dengan upat mengupat". (HR. At Thabarani, At Thargieb 2 : 270).

3. Diriwayatkan Ibnu Khuzaimah dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah s.a.w., bersabda :
 "Beberapa banyak orang yang berpuasa, tiada memperoleh dari puasanya itu selain dari lapar  dan beberapa benyak orang yang berdiri dimalam hari, tidak memperoleh dari ibadatnya itu selain dari berjaga malam saja".(HR. Ibnu Khuzaimah, At Targhieb 2 : 271).

 4. Diriwayatkan Ibnu Khuzaimah dari Abu Hurairah, bahwa Rasulullah s.a.w., bersabda :
"Beberapa banyak orang yang berpuasa, tiada yang memperoleh dari puasanya itu selain dari lapar dan beberapa banyak orang yang berdiri dimalam hari, tidak memperoleh  dari ibadatnya itu selain, dari berjaga malam saja". (H.R Ibnu khuzaimah, At thargieb 2 : 271).

5. Diriwayatkan Ath Thabarani bahwa Rasulullah bersabda :
berapa banyak orang yang berpuasa, hasil yang diperoleh dari puasanya hanya lapar dan haus saja. Dan berapa banyak pula orang-orang yang bersembahyang malam, hasil yang diperoleh dari padanya, hanyalah berjaga malam saja". (H.R Ath Thabarani, Ath Targhieb 2 : 271).

6. Kata seorang ahli sya'ir :
 "Apabila pendengaranku tiada terpelihara dari mendengar kata-kata yang keji, mataku tiada terpelihara dari melihat yang tiada dibolehkan dan lidahku tiada sedemikian juga, peruntunganku dari dari puasaku itu hanyalah lapar dan dahaga saja.; walaupun aku mengatakan : Aku berpuasa hari ini , tetapi sesungguhnya aku tidak sekali-kali berpuasa".




Pengertian Puasa, Niatnya, Tujuan, Hikmah, Rahasia, serta Sifat atau Cara Berpuasa Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Ilmusaudara.com

0 comments:

Post a Comment