Surah Al-Mau'un
بِِسْمِ اللَّهِ الرَّحْمَنِ الرَّحِيمِ
أَرَأَيْتَ الَّذِي يُكَذِّبُ بِالدِّينِ
فَذَلِكَ الَّذِي يَدُعُّ الْيَتِيمَ
وَلَا يَحُضُّ عَلَى طَعَامِ الْمِسْكِينِ
فَوَيْلٌ لِّلْمُصَلِّينَ
الَّذِينَ هُمْ عَن صَلَاتِهِمْ سَاهُونَ
الَّذِينَ هُمْ يُرَاؤُون
وَيَمْنَعُونَ الْمَاعُونَ
Terjemahannya.
Tahukah kamu (orang) yang mendustaka agama? maka itulah orang yang menghardik anak yatim, dan tidak mendorong memberi makan orang miskin. Maka celakalah orang yang shalat, yaitu (orang-orang yang lalai terhadap shalatnya, yang berbuat ria' dan enggan (memberikan) bantuan. (Q.S al-Ma'un/107 :1-7)Asbabul Nuzul.
Sebagaimana diriwayatkan Ibu al-Munzir dari Tariq bin Abu Talhah yang bersumber dari Ibnu Abbas, surah al-Ma'un ayat 4-7 turun berkenan dengan orang-orang munafik yang mempertontonkan shalatnya kepada kaum muslimin. Mereka meninggalkan shalat jika tidak ada muslimin yang melihatnya dan emnolak memberikan bantuan atau pinjaman. ayat ini ditirunkan sebagai peringatan kepada orang-orang yang berbuat seperti itu.Kandungan Surah
Pada ayat 1, Allah Swt. menanyakan tentang siapa orang yang mendustakan agama. Kalimat tanya tersebut tidak memerlukan jawaban karena Allah Swt. lebih mengetahui. Ayat ini memberikan penekanan agar Nabi Muhammad saw. menaruh perhatian yang lebih terhadap masalah yang akan diterangkan. Orang yang mendustakan agama adalah oarng yang paling celaka. Siapakah mereka itu? Itulah masalah yang harus diperhatikan dengaan benar-benar.Pada ayat 2 an 3, Allah Swt. mulai menjelaskan orang-orang yang termasuk mendustakan agama. Mereka adalah orang-orang yang menghardik (menyia-nyiakan) anak yatim dan tidak mau menyuruh/memberi makan (Tidak peduli nasib) orang miskin.
Yang dimaksud anak yatim ialah anak yang ditinggal mati ayahnya sehingga ia hidup bersama ibunya. Lazimnya, anak yatim mengalami kesulitan hidup karena ayahnya sebagai penopang kehidupan telah tiada. Sekurang-kurangnya, anak yatim mengalami tekanan batin kehlangan kasih sayang seorang ayah. Tekanan itu akan lebih terasa ketika ayahnya tidak meninggalkan harta yang cukup untuk menyambung hidupnya.
Orang Islam, terutama yang mampu, wajib memperhatikan nasib anak yatim. Dengan memberikan kasih sayang, kepedulian, dan tidak menyia-nyiakan mereka akan mengurangi bebab derita mereka. Nabi Muhammad saw. memotuvasi umatnya untuk senantiasa menyayangi anak yatim. Dalam sebuah hadis, beliau bersabda seba gai berikut.
"Aku dan orang-orang yang memelihara anak yatim di surga seperti ini. Beliau menunjukkan telunjuk dan jari tengah serta beliau merenggangkan antara keduanya. (H.R al- Bukhari dari sahl bin sa'd No. 4892).
"Sebaik-baik rumah orang Islam adalah rumah yang di dalamnya ada anak yatim yang diasuh dengan baik. Seburuk-buruk rumah orang Islam adalah rumah yang di dalamnya ada ana yatim diperlakukan dengan jahat. (H.R Ibnu Majah dari Abu Hurairah No. 3669)
Adapun yang dimaksud orang miskin ialah orang yang tidak berharta dan serba kekurangan. Semua itu membuat hidupnya menderita. Mereka tidak dapat merasakan kesenangan, sebagaimana orang-oarang yang berkecukupan. Islam mendidik umatnya agar memiliki kepedulian terhadap mereka. Rasulullah saw. selalu memberikan motivasi kepada umatnya agar senantiasa membantu orang miskin. Dalam sebuah hadis diriwayatkan oleh Imam Muslim. Rasulullah saw. bersabda sebagai berikut.
"Orang yang menolong janda dan orang miskin bagaikan orang yang berjihad di jalan Allah. Aku (Abu Hurairah) mengira beliau bersabda, " seperti orang yang shalat malam yang tidak merasa payah dan seperti orang yang puasa, tidak berbuka (sebelum waktunya)." (H.R Muslim dari Abu Hurairah No. 5295).
Hadis tersebut menggambarkan betapa besar pahala bagi orang yang mau menolong janda dan orang miskin. Hal ini menunjukkan adanya pendidikan kepedulian sosial yang sangat tinggi.
Pada ayat 4 dan 5, Allah swt. menjelaskan tentang orang yang shalat, tetapi mendapat celaka. Kecelakaan itu akibat mereka lalai teradap shalatnya. lalai disini berarti mengabaikan atau tidak memerhatikan waktu shalatnya. Shalat merupakan agama sekaligus sebagai ukuran baik buruknya seseorang. Orang yang melalaikan shalatnya, ia termasuk pendusta agama.
Pada ayat 6, Allah swt. menjelaskan ria'. Ria' berarti berbuat baik karena ingin memperoleh pujian atau pendapat penghormatan dari orang lain. Orang yang ria' termasuk pendusta agama karena perbuatan ini menyekutukan Allah swt. dengan dirinya. Itulah sebabnya ria' dikatakan sebagai perbuatan syirik. Menurut Islam hanya Allah lah yang berhak ria dan mendapat pujian.
Ayat 7 merupakan salah satu pelajaran tentang kepedulia sosial bagi umat Islam. Orang yang mengakui dirinya Islam, tentu akan memiliki kepedulian sosial terhadap sesama. Sifat Bakhil atau kikir jelas bertentangan dengan ajaran Islam. Menurut ayat ini, orang yang enggan memberikan bantuan kepada orang lain merupakan bentuk pendustaan terhadap agama. Islam adalah agama yang tidak hanya untuk diyakini, tetapi harus diterapkan dalam kehidupan sehari-hari.
0 comments:
Post a Comment