Descartes
Seorang filsuf kenamaan lainnya yang patut pula
di sebut pendapatnya mengenai ilmu jiwa ialah Descartes ( 1596 -1650 ).
Menurut Descartes manusia itu terdiri atas dua macam zat yang berbeda secara
hakiki, yaitu res cogitans atau zat yang dapat berpikir, dan res extensa
atau zat yang mempunyai luas. Zat yang pertama adalah zat yang bebas, tidak
terikat kepada hukum-hukum alam, dan bersifat rohaniah; sedangkan zat yang
kedua ialah zat materi, tidak bebas, terikat dan dikuasai oleh hukum-hukum
alam. Jiwa manusia terdiri atas zat roh itu, sedangkan badannya terdiri atas
zat materi. kedua zat itu berbeda dan terpisah kehidupannya, dan di hubungi
yang satu dengan yang lain melalui sebuah kelenjar di dalam otak. Jiwa manusia
berpokok pada kesadaran manusia atau pikirannya yang bebas, sedangkan raganya
tunduk kepada hukum-hukum alamiah dan terikat kepada
nafsu-nafsunya.
Menurut pendapat Descartes, ilmu jiwa
adalah ilmu pengetahuan mengenai gejala-gejala pemikiran atau gejala-gejala
kesadaran manusia, terlepas dari badannya. Raga manusia yang terdiri atas
materi di pelajari oleh ilmu pengetahuan yang lain, terlepas dari jiwanya.
Demikian pula makhluk hewan yang menurut Descartes tidak mempunyai jiwa, hanya
dipelajari oleh ilmu pengetahuan alamiah, yang mempelajari materi.
Dualisme antara jiwa dan raga manusia semacam ini
sudah lama tidak berlaku lagi bagi ilmu jiwa modern. Psikologi itu memahami
jiwa dan raga manusia sebagai keseluruhan yang tak dapat dipecah belah. jiwa
dan raga demikian terjalin fungsi-fungsinya, perkembangannya, dan
pernyataan-pernyataanya sehingga tak dapat lagi dipelajari terpisah-pisah.
Tiap-tiap kegiatan psikis disertai pula oleh kegiatan fisik atau fisiologis.
hubungan jiwa-raga demikian erat sehingga tekanan jiwa yang kuat dapat
mempengaruhi kesehatan badan, penyakit yang psychogeen, dan sebaliknya.
Dualisme dari pandangan Descartes ini juga
mempengaruhi pandangan filsafah mengenai penggolongan-penggolongan ilmu
pengetahuan. oleh Wilhelm Dilthey (1833 - 1911 ),
seorang filsuf Jerman diadakan penggolongan antara geisteswissenschaften
dan naturwissenschaften, ilmu-limu pengetahuan rohaniah dan limu
pengetahuan alamiah, yang masing-masing mempuyai metode-metode, penelitian
sendiri, cara-cara kerja dan dalil-dalilnya sendiri, taraf-taraf objektivitas
dan ketelitian sendiri dan yang berbeda secara hakiki. pembedaan ini dalam
garis besarnya masih berlaku sampai sekarang, tetapi sudah ditambah pula dengan
sintesis dari kedua golongan ilmu pengetahuan, ialah ilmu pengetahuan sosial
atau humanitas.
Peranan pendapat Descartes dalam pengembangan
ilmu jiwa demikian besar, sehingga ilmu jiwa itu pun sampai ke abad ke 20
hanyalah tertuju gejala-gejala jiwa itu, terlepas dari raganya. Lagi pula
gejala-gejala jiwa itu terbatas pada gejala-gejala jiwa yang sadar pada diri
manusia itu. Pergolakan jiwa yang tak sadar pada manusia barulah diterima dan
dipelajari secara sistematis da imperis oleh Sigmund Freud
seorang fsikiater abad ke-20
0 comments:
Post a Comment