Kecintaan yang hakiki yang
didasarkan karena Allah ialah apabila seseorang itu tidaklah karena pribadi
(dzat)nya orang itu , tetapi semata-mata karena mengingat keuntungan-keuntungannya yang akan diperoleh
untuk keakhiratan dari sahabatnya itu. Misalnya seorang yang mencintai gurunya,
sebab dengan guru itu ia dapat memperoleh perantara gunamenghasilkan ilmu
pengetahuan dan amalan yang dilakukannya itu hanyalah untuk keakhiratan belaka.
Orang yang demikian inilah yang termasuk golongan para pencinta melulu untuk
mencari keridhaan Allah SWT saja.
Tidak dapat dipungkiri bahwa kasih sayang
engkau kepada sesama manusia akan bertambah bila ada beberapa keuntungan
dalam hubungan anda dengan dia. Jika keuntungan itu terhalang sebagian tentulah
berkurang pula kasih saying engkau, dan bila bertambah tentu bertambah pula
kasih sayang engkau. Ibarat engkau senang pada tentu tidak serupa senangmu
kepada perak walaupun sama berat.sebab emas lebih kuat menyampaikan maksud dari
pada perak.
Bilamana kecintaan kepada Allah
telah bulat , ia akan membuahkan kecintaan kepada setiap orang yang
melaksanakan mengabdi kepada Allah
dengan ilmu dan amal. Dan mencintai setiap orang yang didalam dirinya bersemi
sifat-sifat yang diridhoi Allah yaitu berakhlak luhur dan berprilaku menurut
tata cara agama. Seorang mukmin yang mencintai hari akhirat dan mencintai
Allah, bila diceritakan kepadanya , tentang dua laki-laki : seorang ada yang
berilmu dan gemar beribadah, sedangkan yang seorang lagi jahil (bodoh). Pastilah
terasa hatinya kecenderungan pada orang yang pertama, lalu kecenderungan inilah
yang berkurang atau bertambah sesuai dengan lemah atau kuat imannya.. dan kuat
ay-tau lemah kecintaanya kepada Allah.
Kecenderungan itulah yang disebut
cinta karena Allah, tanpa mengharap keuntungan apapun. Bila mana kecintaan itu
menjadi kuat akan berkembang dengan sendirinya membantu, menyokong dan membela
dengan jiwa, hati dan lisan. Sesuai dengan tak samanya taraf kecintaannya
kepada Allah.
Kalau cinta itu hanya timbul karena
keuntungan yang mau dicapai yang dicintai, baik sekarang maupun yang akan
datang ,maka cinta itu tidak akan bersemi didalam hati. Masalah cinta karena
Allah, kita mengambil tauladan dari sahabat Rasulullah yaitu Abu Bakar Assidiq yang telah rela
hatinya menyerahkan putrinya kepada Rasulullah walaupun putrinya itu adalah
jantung hati dan kepuasan mata batinnya, bahkan seluruh harta bendanya rela
dikeluarkan demi kepentingan agamanya
itu karena cinta kepada Allah.
Begitupun seorang ulama sufi yang
bernama Rabiatul adawiyah yang cintanya kepada Allah diatas segalanya, sampai
pada saat mau dilamar oleh hasan Al-basri, rabiatul adawiyah berkata : tidakkah
kamu sadari bahwa nafsu perempuan 99 sedangkan lali-laki hanya 1 kenapakamu
tidak bisa menahannya sedangkan aku sendiri bisa menahan yang 99 itu, apa kamu
tidak malu kepada Allah ? aku sendiri sudah dikasih nafsu oleh Allah 99 tapi
aku lebih mencintai Allah dari pada yang lainnya.
0 comments:
Post a Comment