Al-Qur'an diturunkan dalam bahasa yang jelas. Hal ini adalah suatu yang wajar, karena Al-Qur'an diturunkan ditengah-tengah umat yang berbahasa arab melalui nabi yang berbahasa arab sekalipun ini bukan berarti bahwa islam hanya untuk bangsa arab. Keadaan Al-Qur'an dalam bahasa arab dijelaskan oleh Al-Qur'an sendiri yang menurut perhitungan Muhammad Fuad Abd al-Baqi pada sebelas tempat. Diantaranya adalah ayat-ayat berikut :
1. Surah Yusuf ayat 2
" Sesungguhnya, Kami menurunkan Al-Qur'an yang berbahasa Arab agar kamu memahaminya"
2. Surah As-syu'ara ayat 195
" Dengan bahasa Arab yang jelas".
Dalam menafsirkan ayat pertama, Rasyid Ridha menyatakan bahwa Al-qur'an dsampaikan kepadamu sesuai dengan bahasamu yaitu bahasa Arab, supaya kamu dapat mengetahui berbagai hal tentang ilmu agama, berita berita rasul, ilmu dan hikmah, peradaban dan politik.
Al-Alusi menafsirkan ayat kedua dengan menyatakan bahwa Al-Qur'an diturunkan dalam bahasa arab, jelas makna dan maksudnya agar dapat memberi kesan tentang apa yang dikehendakinya. Turunnya Al-Qur'an dalam bahasa arab yang jelas bertujuan memberikan informasi tentang apa yang dibutuhkan oleh manusia, baik menyangkut urusan agama maupun dengan urusan dunia.
Berdasarkan dua ayat dan keterangan dua mufassir diatas, jelas bahwa bahasa yang digunakan Al-Qu'an adalah bahasa arab asli. Sekalipun bukan berarti bahwa Al-Qu'an diturunkan khusus untuk bangsa arab, sebab berdasarkan keterangan Al-Qu'an sendiri dan praktet Nabi, agama Islam yang bersumber pokoknya Al-Qu'an ditujukan untuk seluruh umat manusia. Dengan demikian Al-Qu'an dalam berbahasa arab tidak ada masalah. Akan tetapi, masalahnya bahasa arab itu sendiri terdiri dari berbagai rumpun, apakah Al-Qu'an menggunakan semua rumpun itu atau hanya menggunakan rumpun tertentu?. Dalam pada itu ditemulan pula beberapa hadits yang menjelaskan bahwa Al-Qu'an diturunkan dalam tujuh huruf. Muhammad Abd Al-Azim mengemukakan sepuluh hadits yang dipandang sahihsebagai dalil tentang turunnya Al-Qu'an dalam tujuh huruf diantaranya adalah sebagai berikut :
Hadits Pertama
" Dari Ibnu Abbas r.a bahwa ia berkata : " Berkata Rasulullah saw, : " Jibril membacakan kepadaku atas satu huruf, maka aku kembali kepadanya, maka aku terus menerus meminta tambahan dan ia menambahi bagiku hingga berakhir sampai tujuh huruf" (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim).
Hadits Kedua
" Kemudian berkata Rasulullah saw. : " Sesungguhnya Al-Qur'an itu diturunkan atas tujuh ahruf (huruf) maka baca kamulah mana yang muda daripadanya".(Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim).
Hadits kedua ini berasal dari Umar bin Khattab yang membawa Hisyam Ibnu Hakim kehadapan Rasulullah karena membaca surah Al-furqan dengan berbagai cara baca dan Rasulullah pernah membacanya dengan cara itu kepada Umar. Setelah Hisyam memperdengarkan bacaannya kepada Rasul, Rasul berkata : " Demikianlah ia diturunkan" dan seterusnya menyambungnya dengan sabdanya di atas.
Melihat periwayat hadit-hadits ini dan asalnya dari sahabat-sahabat Nabi yang ke tsiqahannya tidak perlu dipertanyakan lagi, maka hadits-hadits ini dapat dinali shahih, bahkan para ulama tidak mempersoalkan ke sahihannya bersama hadits lain yang menerangkan turunnya Al-qur'an atas tujuh huruf.
Sebagian ulama memahami bahawa kata tujuh disini tidak dimasudkan dengan makna bilangan tujuh yang sebenarnya. Menurut mereka tujuh disini hanya menunjukkan banyaknya kemungkinan cara membaca Al-qur'an yang dibolehkan untuk memberi kemudahan bagi kaum muslimin yang pada pokoknya terdiri dari orang-orang arab yang menggunakan berbagai lahjah pada masa turunnya Al-qur'an. Namun dari hadits pertama diatas, dapat dipahami bahwa kata tujuh memang disini dimaksudkan "tujuh" dalam arti bilangan yang dikenal. Selanjutnya, bilangan tujuh disini merupakan batas maksimal darivkemungkinan kemungkinan bacaan Al-qur'an yang dibolehkan. Sebab, dalam hadits diatas disebutkan bahwa Rasul terus menerus meminta agar Jibril membacakan kepadanya dengan cara yang lain sehingga menjadi kemudahan dari umatnya untuk membacanya sebagai yang dijelaskna pada hadits kedua. Ternyata Jibril hanya sampai pada cara yang ketujuh dan tidak menambahnya lagi.
Sedangkan kata " ahruf" yang merupakan bentuk jamak dari "harf" dalam bahasa indonesia selalu diterjemahkan dengan huruf. Dalam bahasa arab kata "harf " adalah lafal musytarak (mempunyai banyak arti). sesuai dengan penggunaannya, "harf" bisa 'tepi sesuatu', 'puncak', 'satu huruf ejaan', 'unta yang kurus', 'aliran air', bahasa', 'wajih' (bentuk) dan sebagainya. Karena itu, "sab'ah ahruf" bisa diartikan dengan tujuh bahasa, tujuh ilmu, tujuh makna, tujuh bacaan, dan tujuh bentuk (awjuh). Meskipun para ulama berbeda pendapat dalan menafsirkannya sebagaimana akan di kemukakan pada pembahasaan yang akan datang, namun makna yang lebih mengana dalam hubungan ialah tujuh bentuk (awjuh) perbedaan yang mungkin terjadi dalam bacaan Al-Qur'an.
Keterangan di atas bukan berarti bahwa setiap kata dari Al-Qur'an harus dibaca atas tujuh bentuk. Maksudnya adalah bahwa kemungkinan-kemungkinan perbedaan bacaan dalam satu kata atau ayat-bagaimanapun banyaknya-tidak lebih dari tujuh bentuk.
Misalnya tentang kalimat:
مَـٰلِكِ يَوۡمِ ٱلدِّينِ
diriwayatkan dapat dibaca dengan tujuh atau sepuluh cara, kalimat:
Untuk memahami pengertian ini lebih lanjut, ada baiknya diketahui kondisi historis yang melatar belakangi timbulnya hadits-hadits tentang turunnya Al-Qur'an atas tujuh huruf. Dipahami dari hadits sahih yang diriwayatkan oleh Muslim dan lainnya dari Ubay Ibn Ka'b bahwa rasul meminta kemaafan dan kemampuan Allah agar Jibril menambah bentuk bacaan al-qur'an samapai kepada tujuh bentuk ketika ia berada di Adhaa ani Ghiffar yang maksudnya Quba atau suatu tempat dekat Madinah atau tempat di madinah. Riwayat ini menunjukkan bahwa permohonan untuk keringan itu tidak terjadi kecuali hijrah. Hal ini tentunya menimbulkan pertanyaan, mengapa permohonan itu baru muncul di Madinah sementara ayay-ayat Al-Qur'an sudah turun selama 13 tahun di Mekkah? Peristiwa ini menunjukkan bahwa kebutuhan kepada bentuk bacaan yang bervariasi itu baru dirasakan di Madinah setelah tersiarnya Islam ke berbagai kabilah dengan berbagai bahasa atau lahjah (dialek) dan susunannya yang kadang-kadang satu kabilat sulit mengikuti lahjah kabilah lainnya termasuk lahjah Kuraisy.pada periode Mekkah, Islam pada dasarnya masih terbatas di kalangan orang-orang Mekkah. karena itu, bagimereka tidak kesulaitan membaca Al-Qur'an sekalipun harus dalam satu lahjah dan bentuk susunannya. Dengan demikian dapat dipahami bahwa tujuan pokok dari turunnya Al-Qur'an atas tujuh huruf adalah untuk memberi kemudahan bagi suku-suku Arab yang mengalami kesulitan dalam membacanya. Selanjutnya, dapat dipahami pula bahwa kesulitan itu bisa dalam penuturan hurufnya, kata-katanya, kalimatnya, dan bahkan susunannya. Untuk mewujudkan kemudahan ini maka terjadilah sebagian perubahan huruf, atau kata atau kalimat atau susunan kalimat dalam sebagian ayat-ayat Al-Qur'an. Perubahan-perubahan ini menyebabkan perbedaan-perbedaan yang jelas antara satu qiraah dan qiraah lainnya. Perbedaannya bukan hanya dalam pengucapan dan huruf semata tetapi juga pada kalimat dan susunannya. Karena itu, ungkapan tentang Al-Qur'an diturunkan atas tujuh huruf ini lebih tepat diartikan sebagai tujuh bentuk perbedaan bacaan Al-Qur'an sebagaimana yang dikemukakan oleh Imam Abu al-Fadhl al-Razi dalam kitab Al-Lawaih.
1. Surah Yusuf ayat 2
" Sesungguhnya, Kami menurunkan Al-Qur'an yang berbahasa Arab agar kamu memahaminya"
2. Surah As-syu'ara ayat 195
" Dengan bahasa Arab yang jelas".
Dalam menafsirkan ayat pertama, Rasyid Ridha menyatakan bahwa Al-qur'an dsampaikan kepadamu sesuai dengan bahasamu yaitu bahasa Arab, supaya kamu dapat mengetahui berbagai hal tentang ilmu agama, berita berita rasul, ilmu dan hikmah, peradaban dan politik.
Al-Alusi menafsirkan ayat kedua dengan menyatakan bahwa Al-Qur'an diturunkan dalam bahasa arab, jelas makna dan maksudnya agar dapat memberi kesan tentang apa yang dikehendakinya. Turunnya Al-Qur'an dalam bahasa arab yang jelas bertujuan memberikan informasi tentang apa yang dibutuhkan oleh manusia, baik menyangkut urusan agama maupun dengan urusan dunia.
Berdasarkan dua ayat dan keterangan dua mufassir diatas, jelas bahwa bahasa yang digunakan Al-Qu'an adalah bahasa arab asli. Sekalipun bukan berarti bahwa Al-Qu'an diturunkan khusus untuk bangsa arab, sebab berdasarkan keterangan Al-Qu'an sendiri dan praktet Nabi, agama Islam yang bersumber pokoknya Al-Qu'an ditujukan untuk seluruh umat manusia. Dengan demikian Al-Qu'an dalam berbahasa arab tidak ada masalah. Akan tetapi, masalahnya bahasa arab itu sendiri terdiri dari berbagai rumpun, apakah Al-Qu'an menggunakan semua rumpun itu atau hanya menggunakan rumpun tertentu?. Dalam pada itu ditemulan pula beberapa hadits yang menjelaskan bahwa Al-Qu'an diturunkan dalam tujuh huruf. Muhammad Abd Al-Azim mengemukakan sepuluh hadits yang dipandang sahihsebagai dalil tentang turunnya Al-Qu'an dalam tujuh huruf diantaranya adalah sebagai berikut :
Hadits Pertama
" Dari Ibnu Abbas r.a bahwa ia berkata : " Berkata Rasulullah saw, : " Jibril membacakan kepadaku atas satu huruf, maka aku kembali kepadanya, maka aku terus menerus meminta tambahan dan ia menambahi bagiku hingga berakhir sampai tujuh huruf" (Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim).
Hadits Kedua
" Kemudian berkata Rasulullah saw. : " Sesungguhnya Al-Qur'an itu diturunkan atas tujuh ahruf (huruf) maka baca kamulah mana yang muda daripadanya".(Diriwayatkan oleh Bukhari dan Muslim).
Hadits kedua ini berasal dari Umar bin Khattab yang membawa Hisyam Ibnu Hakim kehadapan Rasulullah karena membaca surah Al-furqan dengan berbagai cara baca dan Rasulullah pernah membacanya dengan cara itu kepada Umar. Setelah Hisyam memperdengarkan bacaannya kepada Rasul, Rasul berkata : " Demikianlah ia diturunkan" dan seterusnya menyambungnya dengan sabdanya di atas.
Melihat periwayat hadit-hadits ini dan asalnya dari sahabat-sahabat Nabi yang ke tsiqahannya tidak perlu dipertanyakan lagi, maka hadits-hadits ini dapat dinali shahih, bahkan para ulama tidak mempersoalkan ke sahihannya bersama hadits lain yang menerangkan turunnya Al-qur'an atas tujuh huruf.
Sebagian ulama memahami bahawa kata tujuh disini tidak dimasudkan dengan makna bilangan tujuh yang sebenarnya. Menurut mereka tujuh disini hanya menunjukkan banyaknya kemungkinan cara membaca Al-qur'an yang dibolehkan untuk memberi kemudahan bagi kaum muslimin yang pada pokoknya terdiri dari orang-orang arab yang menggunakan berbagai lahjah pada masa turunnya Al-qur'an. Namun dari hadits pertama diatas, dapat dipahami bahwa kata tujuh memang disini dimaksudkan "tujuh" dalam arti bilangan yang dikenal. Selanjutnya, bilangan tujuh disini merupakan batas maksimal darivkemungkinan kemungkinan bacaan Al-qur'an yang dibolehkan. Sebab, dalam hadits diatas disebutkan bahwa Rasul terus menerus meminta agar Jibril membacakan kepadanya dengan cara yang lain sehingga menjadi kemudahan dari umatnya untuk membacanya sebagai yang dijelaskna pada hadits kedua. Ternyata Jibril hanya sampai pada cara yang ketujuh dan tidak menambahnya lagi.
Sedangkan kata " ahruf" yang merupakan bentuk jamak dari "harf" dalam bahasa indonesia selalu diterjemahkan dengan huruf. Dalam bahasa arab kata "harf " adalah lafal musytarak (mempunyai banyak arti). sesuai dengan penggunaannya, "harf" bisa 'tepi sesuatu', 'puncak', 'satu huruf ejaan', 'unta yang kurus', 'aliran air', bahasa', 'wajih' (bentuk) dan sebagainya. Karena itu, "sab'ah ahruf" bisa diartikan dengan tujuh bahasa, tujuh ilmu, tujuh makna, tujuh bacaan, dan tujuh bentuk (awjuh). Meskipun para ulama berbeda pendapat dalan menafsirkannya sebagaimana akan di kemukakan pada pembahasaan yang akan datang, namun makna yang lebih mengana dalam hubungan ialah tujuh bentuk (awjuh) perbedaan yang mungkin terjadi dalam bacaan Al-Qur'an.
Keterangan di atas bukan berarti bahwa setiap kata dari Al-Qur'an harus dibaca atas tujuh bentuk. Maksudnya adalah bahwa kemungkinan-kemungkinan perbedaan bacaan dalam satu kata atau ayat-bagaimanapun banyaknya-tidak lebih dari tujuh bentuk.
Misalnya tentang kalimat:
مَـٰلِكِ يَوۡمِ ٱلدِّينِ
diriwayatkan dapat dibaca dengan tujuh atau sepuluh cara, kalimat:
وَعْبُد الطّاغوْت أُ فّ
dibaca dengan 22 qiraat, dan kata: أُ فّ dengan 37 bahasa. Namun, perubahan dalam semua kalimat dan kata-kata ini dan yang seumpamanya tidak keluar dari tujuh bentuk perubahan. Untuk memahami pengertian ini lebih lanjut, ada baiknya diketahui kondisi historis yang melatar belakangi timbulnya hadits-hadits tentang turunnya Al-Qur'an atas tujuh huruf. Dipahami dari hadits sahih yang diriwayatkan oleh Muslim dan lainnya dari Ubay Ibn Ka'b bahwa rasul meminta kemaafan dan kemampuan Allah agar Jibril menambah bentuk bacaan al-qur'an samapai kepada tujuh bentuk ketika ia berada di Adhaa ani Ghiffar yang maksudnya Quba atau suatu tempat dekat Madinah atau tempat di madinah. Riwayat ini menunjukkan bahwa permohonan untuk keringan itu tidak terjadi kecuali hijrah. Hal ini tentunya menimbulkan pertanyaan, mengapa permohonan itu baru muncul di Madinah sementara ayay-ayat Al-Qur'an sudah turun selama 13 tahun di Mekkah? Peristiwa ini menunjukkan bahwa kebutuhan kepada bentuk bacaan yang bervariasi itu baru dirasakan di Madinah setelah tersiarnya Islam ke berbagai kabilah dengan berbagai bahasa atau lahjah (dialek) dan susunannya yang kadang-kadang satu kabilat sulit mengikuti lahjah kabilah lainnya termasuk lahjah Kuraisy.pada periode Mekkah, Islam pada dasarnya masih terbatas di kalangan orang-orang Mekkah. karena itu, bagimereka tidak kesulaitan membaca Al-Qur'an sekalipun harus dalam satu lahjah dan bentuk susunannya. Dengan demikian dapat dipahami bahwa tujuan pokok dari turunnya Al-Qur'an atas tujuh huruf adalah untuk memberi kemudahan bagi suku-suku Arab yang mengalami kesulitan dalam membacanya. Selanjutnya, dapat dipahami pula bahwa kesulitan itu bisa dalam penuturan hurufnya, kata-katanya, kalimatnya, dan bahkan susunannya. Untuk mewujudkan kemudahan ini maka terjadilah sebagian perubahan huruf, atau kata atau kalimat atau susunan kalimat dalam sebagian ayat-ayat Al-Qur'an. Perubahan-perubahan ini menyebabkan perbedaan-perbedaan yang jelas antara satu qiraah dan qiraah lainnya. Perbedaannya bukan hanya dalam pengucapan dan huruf semata tetapi juga pada kalimat dan susunannya. Karena itu, ungkapan tentang Al-Qur'an diturunkan atas tujuh huruf ini lebih tepat diartikan sebagai tujuh bentuk perbedaan bacaan Al-Qur'an sebagaimana yang dikemukakan oleh Imam Abu al-Fadhl al-Razi dalam kitab Al-Lawaih.
0 comments:
Post a Comment