BLOG TENTANG : PENGERTIAN, MANFAAT, PENDIDIKAN, KESEHATAN, SERTA CARA, PETUNJUK DAN DO'A-DO'A

Pengertian Kalimat Nominal serta Contoh Kalimat Berpredikat Nomina, Ajektiva, Numeral serta Prasa Proposisional

Pengertian Kalimat Nominal serta Contoh Kalimat Berpredikat Nomina, Ajektiva, Numeral serta Prasa Proposisional
kalimat nominal adalah kalimat yang predikatnya dibentuk dengan selain kata kerja. Selain kata kerja tersebut meliputi: (1) nomina atau benda, (2) ajektiva selain sifat, (3) numerelia atau bilangan, dan (4) preposisi atau kata depan. Keempat jenis predikat tersebut dipaparkan satu per satu di bawah ini.

1. Kalimat Berpredikat Nomina

Dalam bahasa Indonesia ada macam kalimat yang predikatnya terdiri atas nomina (termasuk pronomina) atau frasa nominal yang dijejerkan dapat membentuk kalimat asalkan syarat untuk subjek dan predikatnya terpenuhi. Syarat untuk kedua unsur itu penting karena jika tidak dipenuhi, maka jejaran nomina tadi tidak akan membentuk kalimat. Perhatikan contoh yang berikut.
1. a. Buku cetakan Bandung itu..
    b. Buku itu cetakan Bandung.

Urutan kata seperti terlihat pada nomor (1a) membentuk suatu frasa atau bukan kalimat atau karena cetakan Bandung itu merupakan pewatas dan bukan predikat. Sebaliknya, urutan pada (1b) membentuk kalimat karena penanda batas frasa itu memisahkan kalimat menjadi dua frasa nominal dengan  cetakan Bandung sebagai predikat. Kalimat yang predikatnya nominal sering pula dinamakan Kalimat Persamaan atau kalimat ekuatif (Alwi 1998).
Kalimat persamaan oleh sebagian ahli bahasa juga diartikan kalimat yang subjek dan predikatnya tergolong kategori yang sama. Pada kalimat ekuatif nominal, fraa nominal yang pertama itu subjek, sedangkan yang kedua predikat. Akan tetapi, jika frasa nominal pertama dibubuhi partikel- lah, frasa nominal pertama itu menjadi predikat, sedangkan frasa nominal kedua menjadi subjek. perhatikan contoh berikut.
(1)  a. Dia guru saya.
       b. Dialah guru saya.
(2)  a. Orang itu pencurinya
       b. Orang itulah pencarinya.

Pada (1a) dan (2a) subjek masing-masing adalah dia dan orang itu. Pada (1b) dan (2b) justru sebaliknya: dialah dan oang itulah tidak lagi berfungsi sebagai subjek, tetapi sebagai predikat. Hal itu disebabkan oleh kenyataan dalam struktur bahasa Indonesia secara keseluruhan partikel-lah umumnya menandai predikat.
Seperti halnya dengan kalimat statif, kalimat preikat nominal kadang-kadang memanfaatkan adalah untuk memisahkan subjek dari predikat. Adalah umunya dipakai jika subjek, predikat, atau kedua-duanya panjang. Orang memerlukan semacam pemisah di antara keduanya. Perhatikan contoh berikut.
a. Pemberhentian seorang karyawan adalah masalah biasa.
b. Ini adalah masalah keluarga mereka sendiri.
c. Pernyataan Menteri Luar Negeri itu adalah  pernyataan untuk konsumsi luar.

Jika kalimat dengan predikat nominal diselipi adalah, maka verba berfungsi sebagai predikat, sedangkan nimona atau frasa nominal yang mengikutinya menjaadi lengkap. dalam pemakaian bahasa Indonesia sehari-hari kata adalah dapat disulih dengan kata ialah atau merupakan. Kendala pemakaian ialah adalah bahwa kata itu tidak dapat mengawali kalimat. bandingkan contoh yang dibawah ini.
a. Adalah masalah biasa pemberhentian seorang karyawan itu.
b. Ialah masalah biasa pemberhentian seorang karyawan itu.

2. Kalimat Berpredikat Ajektiva

Predikat kalimat dalam bahasa Indonesia dapat pula berupa ajektiva atau frasa ajektiva seperti terlihat pada contoh berilut.
(1)  a. Pemaisepak bola itu kaya
      b. Kesimpulan salah
      c. Pernyataan agak aneh.

Pada ketiga contoh diatas, subjek kalimat itu masing-masing adalah pemain sepak bola, kesimpulannya, dan pernyataannya, sedangkan predikatnya adalah kaya, salah dan agak aneh. Kaalimat yang predikatnya ajektiva sering juga dinamakan Kalimat statif.  kalimat statif kadang-kadang memanfaatkan verba adalah untuk memisaahkan subjek dari predikatnya. Hal itu dilakukan bila subjek, predikat, atau kedua-duanya panjang. Perhatikan contoh berikut.
  1. Pernyataan Ketua Gabungan Koperasi itu  adalah tidak benar.
  2. Gerakan badannya pada tarian yang pertama adalah anggun dan mempesona. 
  3. Tindakan main hakim sendiri oleh penduduk desa itu adalah tidak sesuai dengan rasa  kemanusiaan itu.
Predikat dalam kalimat statif kadang-kadang dikuti oleh kata atau frasa lain. Perhatikan contoh berikut.
  1.  Anak kecil itu sakit perut.
  2. Warna tembok pagarnya biru laut.
  3. Ustad itu memang tebal kepercayaannya. 
  4. Siswa itu berani melawan gurunya.
  5.  kami takut akan kuasaan Tuhan.
Pada contoh diatas, kita lihat bahwa sesudah predikat sakit, biru, tebal, berani dan takut terdapat kata atau rasa frasa tambahan yakni perut, laut, kepercayaan, melawan guru, dan akan kekuasaan Tuhan. Kata atau frasa yang berdiri sesudah predikat pada kalimat statif dinamakan pelengkap. Jadi, kata seperti laut dan kepercayaannya diatas adalah pelengkap terhadap predikat masing-masing. Seperti yang dapat dilihat dari contoh di atas, pelengkap dapat berupa kata atau farsa, dan kategorinya pun dapat berupa frasa nominal, verbal, dan proposional.
Jika kalimat statif kata bandingkan dengan kalimat ekuatif, akan kita lihat bahwa keduanya hanya memiliki dua unsur fungsi wajib saja, yakni subjek dan predikat, sehingga kedua macam kalimat itu mempunyai kemiripan. Akan tetapi, ada perbedaan yang mencolok di antara macam kalimat itu dalam wujud ingkarnya.
Kalimat ekuatif diingkari dengan kata pengingkar bukan, sedangkan kalimat statif dengan pengingkar tidak. perhatikan contoh yang berikut.
a. Ibu sukma bukan guru saya.
b. Salsa tidak sakit.

Tidak mustahil bahwa dalam kalimat statif dipakai pula kata ingkar bukan, tetapi pemakaian itu khusus untukmenunjukkan adanya kontras dengan sesuatu yang lain yang dipikirkan atau dinyatakan oleh pembaca atau pengurus. Bandingkan kalimat-kalimat yang berikut.
a. Bram tidak sakit
b. Bram bukan sakit.

Kalimat (1a)  menyatakan suatu keadaan secara biasa. Pada kalimat (1b) pembicaraan atau penulis menyimpan tambahan yang tidak dinyatakan; misalnya, dia malas.

3. Kalimat berpredikat Numeral 

Selain macam-macam kalimat yang predikatnya berupa frasa verbal, ajektiva dan nominal yang telah dibicarakan di atas, ada pula kalimat dalam bahasa Indonesia yang predikatnya berupa frasa numeral, seperti tampak pada contoh berikut.
(1)  a. Ternaknya banyak.
      b. Tabungannya hanya sedikit.
(2)  a. Cucunya dua (orang)
      b. Lebar sungai itu lebih dari dua ratus meter.

Pada contoh diatas tampak bahwa predikat yang berupa numeralia (kata bilangan) tak tentu (banyak dan sedikit) tidak dapat diikuti kata penggolong, sedangkan predikat yang berupa numerelia tentu dapat diikuti penggolong, seperti Orang (2a) dan wajib diikuti ukuran seperti meter (2b).

4. Kalimat Berpredikat Frasa Proposisional

Predikat kalimat dalam bahasa Indonesia dapat pula berupa frasa preposisional. Perhatikan contoh berikut.
(1)  a.  Ibu sedang ke pasar.
      b. Mereka ke rumah kemarin.
(2)  a. Ayah di dalam kamar.
      b. Anak itu sedang sekolah.
(1)  a. Gelang itu untuk Rita.
      b. Surat ini untuk saya.
(2)  a. Ayahnya dari Bali.
      b. Ibunya dari Sumatera.
(1)  a. Cirebon di antara Jakarta dan Semarang.
      b. Rumah saya di antara rumah Pak Made dan Pak Ketut.

Perlu dicatat bahwa tidak semua preposisi dapat menjadi predikat kalimat.
Kalimat-kalimat berikut terasa janggal bila tidak disertai verba.
 a. *Adik dengan ibunya.
 b. *Rumah makan sepanjang malam.  
 c. *Pembicaraan mengenai reformasi.
 d. *Majalah itu kepada saya.

Pengertian Kalimat Nominal serta Contoh Kalimat Berpredikat Nomina, Ajektiva, Numeral serta Prasa Proposisional Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Ilmusaudara.com

0 comments:

Post a Comment