BLOG TENTANG : PENGERTIAN, MANFAAT, PENDIDIKAN, KESEHATAN, SERTA CARA, PETUNJUK DAN DO'A-DO'A

Cara mendidik Anak Menurut Teori Imam Al-Gazali



SISTEM PENDIDIKAN ANAK MENURUT THEORI AL- GHAZALY 
Al Imam Al Ghazaly dalam kitabnya Al Ihya telah menerangkan tharikat yang harus kita lalui dalam mendidik dan member pengajaran kepada para anak. Di bawah ini  kita nukilkan atau metode dalam mendidik anak agar supaya menjadi anak yang bisa kita banggakan, anak yang berakhlak mulia dan menjadi anak yang sholeh dan sholeha.
 
    Kita harus sadari bahwa anak itu amanah Allah yang dipertarukan kepada kedua orang ibu bapaknya. Jiwa anak yang suci murni itu, adalah diibaratkan permata yag indah yang sangat sederhana (yang belum diukir, belum dibentuk dengan sesuatu rupa). Dalam pada itu “Jauhar” tersebut menerima segala  rupa lukisan dan bentukan (dapat diukir dan dapat dibentuk). Di samping itu jauhar tersebut condong kepada sesuatu yang kita condongkan kepadanya. Dari itu jika kita biasakan kebijakan dalam kita mengajarinya besarlah ia dalam mengarungi kebijakan itu; dan berbahagialah ia dunia akhirat. Pahalanya diproleh para ayah dan para ibu. Sebaliknya jika kita biasakan kejahatan, dan melengahkan pendidikannya sebagai orang melengahkan pendidikan binatang, celaka dan sesatlah akhirnya. Kesalahan itu dpikul oleh sang ayah dan ibunya.
Hal ini adalah karena mengingat Firman Tuhan :
   “Wahai segala orang yang beriman ! peliharalah olehmu akan dirimu dan ahli-ahlimu dari api  neraka
Jika para ayah diwajibkan memelihara anak-anaknya dari neraka dunia, maka memelihara para anak dari neraka akhirat haruslah lebih diutamakan lagi.
Memelihara anak dari neraka akhirat, ialah : dengan menta’ dibkannya dan mentahdzibkannya dan dengan memberikan kepadanya pelajaran-pelajaran yang meninggalkan akhlak dan dengan menjaganya dari berkawan dengan kawan dan teman yang buruk pakerti.
    Dan hendaklah para anak itu dipelihara dari biasa bersedap-sedapan dengan kelezatan makanan dan janganlah pula anak itu digemarkan kepada pakaian-pakaian yang indah dan kemewahan hidup. Karena jikalau sang anak dibiasakan yang tersebut, maka dikala besarnya, ia akan mempergunakan seluruh wakunya untuk mencapai kelezatan dan kemewahan itu. Dengan demikian binasalah ia.
Hendaklah diawasi sang anak itu sadari permulaan tumbuhnya; sejak dari dilahirkan hingga dilepaskan dari susu.
    Untuk yang demikian janganlah ayah dan ibu menyerahkan urusan pemeliharaan anak dan penyusuhannya, selain kepada perempuan yang saleh yang beragama, yang selalu makan makanan yang halal. Hal ini perlu diperhatikan karena susu yang hasil dari makanan yang haram, tidak memberikan berkat. Dan kalau budak itu besar dengan susu yang haram, bercampurlah anasir-anasir tubuhnya dengan benda yang haram. Dan diketika besar condonglah ia kepada yang haram, yang sesui dengan anasir-anasir tubuhnya itu.
    Apabila tanda-tanda tamyiez telah mulai tampak pada seseorang anak, perlu diawasi keadaannya.
Diketika itu mulailah sang anak mempunyai perasaan malu. Maka jika sang anak mulai malu; mulai meninggalkan sesuatu perbuata, lantaran malunya, berartilah bahwa cahaya akal mulai bersinar padanya. Dan inilah suatu hidayah Allah dan suatu khabar gembira yang  menyatakan bahwa anak kita itu akan menjadi orang yang berakal;  seimabang akhlaknya dan bersih jiwanya dimasa besarnya. Dan hal ini pula menyatakan bahwa anak kita akan mempunyai akal yang sempurna dikala dewasanya (balighnya).  
Malu yang mulai tumbuh pada seseorang anak, hendaklha dijadikan jalan yang baik untuk memberikan pengajaran dan asuhan kepadanya.
    Tabi’at yang buruk  yang mula-mula Nampak pada seseorang  anak, ialah loba makan. Dikala hal ini didapati, hendaklah para ibu mempergunakan malu yang ada pada anaknya itu untuk jalan menarik sang anak dari tabi’at rakus kepada makanan itu.Dikala itu mulailah kita ajarkan supaya anak-anak itu makan dengan tangan kanan seraya membaca “Bismillah” dikala memulainya dan hendaklha anak kita itu makan yang ada didekatnya ; jangan memanjangkan tangan untuk menjangkau makanan sebelum diambil oleh selainnya. Hendaklah kita jaga jangan anak kita itu seorang anak yang sangat mendelik matanya kepada makanan.
     Kita didik anak kita itu supaya makan perlahan-lahan jangan tergesa-gesa. Dan hendaklah kita jaga anak kita jangan sampai berkawan dengan anak-anak yang dimanjakan hidupnya oleh orang-orang tuanya. Semua yang tersebut ini dapat diselenggarakan dengan baik dengan berkat bagusnya pendidikan dan asuhan serta pengajaran.
Kemudian sesudah anak kita mulai menerima pelajaran guru, hendaklah diserahkan kepada seorang guru (sesuatu perguruan) untuk mempelajari Al Quran dan mempelajari kisah orang-orang yang ternama dan saleh, supaya tertanamlah  dalam hatinya rasa gemar kepada meneladani orang-orang yang ternama dan baik itu.
    Didalam anak-anak kita menempuh pelajaran, perlulah mereka dijaga jangan sampai menggauli teman-teman yang buruk pekertinya. Selanjutnya bila nyata (Nampak) sesuatu pekerti utama dari padaanak itu, hendaklah kita memberikan balasan yang patut dan menggembirakan hatinya.an sekali sang anak melakukan kesalahan dan berusaha menutupinya, janganlah kita bertindak memperlihatkan kesalahannya itu. Akan tetapi jika sang anak kembali mengerjakan lagi, hendaklah dihadirkan dan dinasehati dengan cara yang baik.
     Baik benar sang ayah memelihara kehebatan pembicaraannya dan hendaklah para ibu memperhebatkan sang ayah dimata anaknya. Lebih jauh hendaklah sang anak itu dibiasakan  tidur atas tikar yang sederhana (yang tidak empuk), supaya kelak dapat ia bersabar apabila keadaan menghendaki ia tidur diatas tikar yang kesat dan kasar.
Perlu benar sang anak itu dibiasakan bergerak dan bersenam, supaya tubuhnya tidak menyukai kemalasaan. Selain dari itu hendaklah para anak itu ditengah memegah-megahkan dirinya terhadap kawan-kawannya.
    Biasakan anak kita memberi dan jangan dibiasakan menerima. Ringkasnya, hendaklah anak-anak itu dilatih beradab dan bersopan santun.
    Dikala anak kita telah menjelang umur tamyiez, hendaklah dikerahkan kepada thahara dan shalat dan dikerahkan pula berpuasa sebagai percobaan serta diajari segala yang perlu baginya dari undang-undang syari’at.
    Sungguh sangat berat beban yang kita pikul terhadap anak yang menjadi buah pengarang jantung kita itu. Jika kita dapay memenuhi segala yang diperlukan oleh pendidikannya, berbahagialah mereka dan berbahagialah kita. Sebaliknya jika berlaku taksir dalam soal pendidikan dan pengasuhnya, celakalah mereka dan kita pun turut memikul akibat kecelakaan itu.
    Betapa ibu bapak terpelajar memperhatikan keagamaan anak-anaknya sekarang ini ?
Apabila kita perhatikan betapa kaum ibu bapak yang dipandang berpengetahuan (terpelajar) membiarkan urusan pendidikan keagamaan anak-anaknya, kita terpaksa mengeluh.
Bukn sedikit umat islam yang tidak memperhatikan keagamaan anak-anaknya lagi. Lantaran itu, banyaklah anak-anak yang tidak bersembahyang dan tidak berpuasa ; bahkan tidak mengetahui sedikit juga arti agama dan pupus rasa cinta agama dari kalbunya.
    Juga bukan sedikit dari para ulama yang seluruh waktunya dipergunakan untuk  memberi pelajaran kesana kemari, bila kita perhatikan anak isterinya, kedapatanlah kosong dari pengetahuan dan pelajaran agama. Karena itu kita berseru, bahwa orang yang paling dekat kepada kita, lebih berhak menerima ilmu kita, sebagaimana mereka lebih berhak menerima harta kita.
    Dan yang sangat mengecewakan hati lagi kejatuhan perhatian mereka terhadap pendidikan  anak-anak perempuannya dalam soal keakhiratan. Lantaran itulah jarang kita jumpai anak-anak perempuan yang terkemuka dalam soal keagamaan (ke-islaman).
    Berbeda benar sudah keadaan kita sekarang dengan keadaan salaf kita yang saleh.Sa’ied Ibnu musaiyab mengawinkan anaknya yang perempuan dengan seorang muridnya. Pada suatu pagi berkata murid itu kepada isterinya (anaperempuan sa’ied), ujarnya : “Idzinkanlah saya pergi sekejap”. Menanya isterinya itu : “kemana tuan hendak pergi?” menjawab lakinya itu : “saya hendak menghadiri pelajaran yang diberikan oleh ayahmu”.mendengar itu anak sya’ied berkata kepada suaminya : “kalau demikian, duduklah. Aku akan ajarkan kepadamu ilmu ayah”.
Imam malik menyuruh anaknya yang perempuan duduk dibelakang pintu, memperhatikan pembacaan yang dilakukan oleh murid-murid beliau. Apabila terjadi kesalahan pembacaan, maka anak-anak itu mengetok-ngetokkan pintu. Apabila ketokan pintu berbunyi, beliau mengatakan kepada yang membaca : coba ulang pembacaanmu; karena mungkin ada kesalahan.   
Cara mendidik Anak Menurut Teori Imam Al-Gazali Rating: 4.5 Diposkan Oleh: Ilmusaudara.com

0 comments:

Post a Comment