Pengertian
istilah Iman Iman secara bahasa berarti tashdiq (membenarkan). Sedangkan secara
istilah syar’i, iman adalah
عَنِ
ابْنِ حَجَرٍ رَضِيَ الله عَنْهُ قَالَ: قَالَ رَسُوْلُ الله صَلىَّ الله
ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ: أْلإِيْمَانُ مَعْرِفَةٌ بِاْلقَلْبِ وَقَوْلٌ بِالِّلسَانِ
وَعَمَلٌ بِاْلأَرْكَانِ (رواه ابن ماجه والطبراني
Artinya: “Dari Ibnu Hajar Radhiyallahu ‘Anhu beliau berkata:
Rasulullah SAW telah bersabda: Iman adalah Pengetahuan hati, pengucapan lisan
dan pengamalan dengan anggota badan” (H.R. Ibnu Majah dan At-Tabrani).
"Keyakinan dalam hati, Perkataan di lisan, amalan dengan anggota badan, bertambah dengan melakukan ketaatan dan berkurang dengan maksiat".Para ulama salaf menjadikan amal termasuk unsur keimanan. Oleh sebab itu iman bisa bertambah dan berkurang, sebagaimana amal juga bertambah dan berkurang". Ini adalah definisi menurut Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Ahmad, Al Auza’i, Ishaq bin Rahawaih, madzhab Zhahiriyah dan segenap ulama selainnya.
"Keyakinan dalam hati, Perkataan di lisan, amalan dengan anggota badan, bertambah dengan melakukan ketaatan dan berkurang dengan maksiat".Para ulama salaf menjadikan amal termasuk unsur keimanan. Oleh sebab itu iman bisa bertambah dan berkurang, sebagaimana amal juga bertambah dan berkurang". Ini adalah definisi menurut Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Ahmad, Al Auza’i, Ishaq bin Rahawaih, madzhab Zhahiriyah dan segenap ulama selainnya.
Dengan
demikian definisi iman memiliki 5 karakter: keyakinan hati, perkataan lisan,
dan amal perbuatan, bisa bertambah dan bisa berkurang. Dalam Al-Qur’an surah
Al-Fath ayat 48 telah dijelaskan :
هُوَ الَّذِي أَنْزَلَ
السَّكِينَةَ فِي قُلُوبِ الْمُؤْمِنِينَ لِيَزْدَادُوا إِيمَانًا مَعَ
إِيمَانِهِمْ وَلِلَّهِ جُنُودُ السَّمَاوَاتِ وَالأرْضِ وَكَانَ اللَّهُ عَلِيمًا
حَكِيمًا
Dialah
yang telah menurunkan ketenangan ke dalam hati orang-orang mukmin untuk menambah
keimanan atas keimanan mereka (yang telah ada). Dan milik Allah-lah bala
tentara langit dan bumi, dan Allah Maha Mengetahui lagi Mahabijaksana.
Imam
Syafi’i berkata, “Iman itu meliputi perkataan dan perbuatan. Dia bisa bertambah
dan bisa berkurang. Bertambah dengan sebab ketaatan dan berkurang dengan sebab
kemaksiatan.” Imam Ahmad berkata, “Iman bisa bertambah dan bisa berkurang. Ia
bertambah dengan melakukan amal, dan ia berkurang dengan sebab meninggalkan
amal.”
Imam Bukhari mengatakan, “Aku telah bertemu
dengan lebih dari seribu orang ulama dari berbagai penjuru negeri, aku tidak
pernah melihat mereka berselisih bahwasanya iman adalah perkataan dan
perbuatan, bisa bertambah dan berkurang.
Rukun Iman
Iman
kepada Allah
Seseorang
tidak dikatakan beriman kepada Allah hingga dia mengimani atau terdapat dalam
hatinya tauhid rububiyah dengan 4 hal:
Mengimani/meyakini adanya Allah. Mengimani rububiah Allah, bahwa tidak ada yang
mencipta, menguasai, dan mengatur alam semesta kecuali Allah. Mengimani/meyakini
dengan jalan tauhid uluhiyah kepada Allah, bahwa tidak ada sembahan yang berhak
disembah selain Allah dan mengingkari semua sembahan selain Allah Ta’ala.
Mengimani semua nama dan sifat Allah (al-Asma'ul Husna) yang Allah telah
tetapkan untuk diri-Nya dan yang Nabi-Nya tetapkan untuk Allah, serta menjauhi
sikap menghilangkan makna, memalingkan makna, mempertanyakan, dan
menyerupakanNya.
Iman
kepada Malaikat-malaikat Allah
Mengimani adanya, setiap amalan dan tugas yang diberikan Allah
kepada mereka
Iman kepada Kitab-kitab Allah
Mengimani bahwa seluruh kitab Allah adalah ucapan-Nya dan bukanlah
ciptaanNya. karena kalam (ucapan) merupakan sifat Allah dan sifat Allah
bukanlah makhluk. Muslim wajib mengimani bahwa Al-Qur`an merupakan penghapus
hukum dari semua kitab suci yang turun sebelumnya
Iman kepada Rasul-rasul Allah
Mengimani/meyakini
bahwa ada di antara laki-laki dari kalangan manusia yang Allah Ta’ala pilih
sebagai perantara antara diri-Nya dengan para makhluknya. Akan tetapi mereka
semua tetaplah merupakan manusia biasa yang sama sekali tidak mempunyai
sifat-sifat dan hak-hak ketuhanan, karenanya menyembah para nabi dan rasul
adalah kebatilan yang nyata. Wajib mengimani bahwa semua wahyu kepada nabi dan
rasul itu adalah benar dan bersumber dari Allah Ta’ala. Juga wajib mengakui
setiap nabi dan rasul yang kita ketahui namanya dan yang tidak kita ketahui
namanya.
Iman
kepada Hari Akhir
Mengimani/meyakini
bahwa semua perbuatan manusia baik yang
berhubungan amal kebaikan maupun yang berhungan amal buruk akan ada balasan
dari Allah. Dengan mengimani hari akhirat maka kita selalu mengontrol perbuatan
dan selalu menghidari hal-hal yang mendatangkan keburukan karena akan dibalas di alam barzakh (di antara dunia dan akhirat)
berupa fitnah kubur (nikmat kubur atau siksa kubur). Mengimani tanda-tanda hari
kiamat. Mengimani hari kebangkitan di padang mahsyar hingga berakhir di Surga
atau Neraka.
Iman kepada Qada dan Qadar
yaitu takdir yang baik dan buruk.
Mengimani/meyakini kejadian yang baik maupun yang buruk, bahwa yang
terjadi dalam kehidupan kita didunia semua itu berasal dari Allah Ta’ala.
Karena seluruh makhluk tanpa terkecuali, zat dan sifat mereka begitupula
perbuatan mereka adalah ciptaan Allah.
0 comments:
Post a Comment