Pengertian Kajian Pustaka, Fungsi, Cara Penyususnan serta Kerangka Pemikian dan Hopotesis
Neumen dalam Sugiyono (2009) Kajian pustaka adalah seperangkat konstruk atau konsep, defenisi dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi hubungan antara variabel, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena.
Sugiyono (2009) Teori dalam kajian pustaka yang digunakan untuk perumusan hipotesis yang akan diuji melalui pengumpulan data adalah teori substantif yaitu teori yang lebih fokus berlaku untuk obyek yang akan diteliti.
a. mengetahui sejarah masalah penelitian
b. membantu memilih prosedur
c. memahami latar belakang teoritis masalah penelitian
d. mengetahui manfaat penelitian sebelumnya
e. menghindari duplikasi
f. memberikan pembenaran pemilihan masalah penelitian.
Menurut Amirin (2000) memaparkan bahwa kajian pustaka juga digunakan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan diangkat menjadi topik penelitian serta untuk menjelaskan kedudukan masalah dalam tempatnya yang lebih luas. Konstruksi teoritik yang ada dalam kajian pustaka akan memberikan landasan bagi penilitian. Sehingga sumbangan kajian pustaka pada penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Konstruksi Teoritik Sebagai Dasar
Penelitian apa pun tidak terlepas dari kerangka teori. Penelitian tidaklah berarti tanpa teori sama sekali. Paling tidak sebagai pasangan atau pedoman untuk memberikan asumsi atau postulat, prinsip, teori, konsep, proposisi, dan defenisi operasional.
b. Konstruksi Teoritik sebagai Tolak ukur.
Penelitian tindakan berupaya untuk meningkatkan kinerja pembelajaran atau proses kegiatan pembelajaran sehingga perlu sarana untuk mengontrol baik tidaknya prosedur yang digunakan. Kerangka teori dapat membantu sebagai ukuran patokan (standar atau tolak ukur) yang dimaksuud.
c. Konstruksi Teoritik sebagai Sumber Hipotesa
Hipotesa pada umumnya dimunculkan dari kajian teori. Teori-teori yang diragukan akan dicoba dan diuji kembali sehingga terbentuklah hipotesa. Dasar rasional mengapa harus diuji kembali karena pembuktian secara teoritis harus diimbangi dengan pembuktian secara empiris.
Langkah-langkah yang dilakukan dalam penyusunan kajian pustaka:
a. Menyiapkan butir-butir yang perlu mencatat informasi dari pustaka
b. Menyiapkan sistematika pengumpulan informasi
c. Mencari informasi sebanyak-banyaknya dari bahan kepustakaan maupun internet.
Supaya peneliti lebih mudah dalam penyusunan kajian pustaka perlu diperhatikan hal-hal berikut:
a. Menggunakan masalah penelitian sebagai fokus
b. membuat rencana urutan pencarian dan penulisan
c. Menekankan keterkaitan pustaka dengan masalah penelitian.
Kerangka berpikir yang baik akan menjelaskan secara teori peraturan antara vaariabel yang akan diteliti. jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antara variabel independen dan dependen. Bila dalam penelitian ada variabel moderator dan intervening, maka juga perlu dijelaskan, mengapa variabel itu ikut dilibatkan dalam penelitian. Oleh sebab itu untuk menyusun paradigma penelitian harus didasarkan pada kerangka berpikir.
Suriasumantri (1986) dalam Sugiyono (2009) mengemukakan bahwa seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar menyusun kerangka pemikiraan yang membuahkan hipotesa. Kerangka pemikiran merupakan penjelasan sementara terhadap gejala yang menjadi objek permasalahan.
Mantra (2004) Kerangka pemikiran dapat berbentuk uraian kualitatif, model sistematis, diagram atau persamaan yang langsung berkaitan dengan bidang ilmu yang diteliti.
Contoh: Judul Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Kompetensi Profesional.
Kerangka berfikirnya sebagai berikut:
Kepemimpinan kepala sekolah merupakan kemampuan dari seorang kepala sekolah dalam mempengaruhi dan menggerakkan bahwa dalam suatu organisasi atau lembaga sekolah guna tercapainya tujuan sekolah sedangkan kompetensi profesional guru merupakan kemampuan dasar seorang guru dalam melaksanakan tugas keguruannya dengan kemampuan tinggi, baik sebagai pengajar, pembimbing, maupun administator yang dilaksanakan secara bertanggung jawab dan layak. Kepala sekolah mempunyai peranan yang sangat penting dalam memperdayakan komponen-komponen yang ada di sekolah dalam hal ini guru. Guru merupakan salah satu komponen sekolah yang memegang peranan penting dalam menentukan mutu pendidikan sekolah. Oleh karena itu guru dituntut untuk bekerja secara profesional sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
Kepala sekolah sebagai orang yang diberi tugas untuk memimpin sekolah, bertanggung jawab atas tercapainya tujuan, peran, dan mutu pendidikan di sekolah. Dengan demikian agar tujuan sekolah dapat tercapai, maka kepala sekolah dalam melaksanakan tugas dan fungsinya ditntut memiliki kapasitas yang memadai sebagai seorang pemimpin. Peran kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan kerja dan profesionalisme seorang guru sangatlah besar. Mengingat dengan kepemimpinan yang baik, kepala sekolah diharapkan mampu mempengaruhi dan menggerakkan para guru guna meningkatkan kompetensi profesionalnya. Oleh karena itu, maka sejalan dengan kerangka berfikir tersebut dapat diduga bahwa terdapat hubungan atau korelasi positif antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kompetensi profesional guru
Contoh: Judul Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Kompetensi Profesional
Dari judul penelitian diatas rumusan masalahnya apakah terdapat hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Kompetensi Profesional?
Kemungkinan jawaban dari rumusan masalah tersebut adalah
Ho : Tidak terdapat hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Kompetensi Profesional
Ha : Terdapat hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Kompetensi Profesional
Hipotesis merupakan dugaan sementara dari 2 kemungkinan jawaban yang disimbilkan dengan H. Kemungkinan jawaban tersebut dipilih berdasarkan teori dari penelitian terdahulu, maka hipotesisinya adalah:
H : Terdapat hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Kompetensi Profesional
Dimana:
Ho merupakan Hipotesis nol, dan Ha merupakan hipotesisi alternat
1. Definisi Kajian Pustaka
Kajian pustaka berisi teori-teori yang relevan dengan masalah penelitian. Pada bagian ini dilakukan pengkajian mengenai konsep dan teori yang digunakan berdasarkan literatur yang tersedia, terutama dari artikel-artikel yang dipublikasikan dalam berbagai jurnal ilmiah. Kajian pustaka berfungsi membangun konsep atau teori yang menjadi dasar studi dalam penelitian.Neumen dalam Sugiyono (2009) Kajian pustaka adalah seperangkat konstruk atau konsep, defenisi dan proposisi yang berfungsi untuk melihat fenomena secara sistematik, melalui spesifikasi hubungan antara variabel, sehingga dapat berguna untuk menjelaskan dan meramalkan fenomena.
Sugiyono (2009) Teori dalam kajian pustaka yang digunakan untuk perumusan hipotesis yang akan diuji melalui pengumpulan data adalah teori substantif yaitu teori yang lebih fokus berlaku untuk obyek yang akan diteliti.
Fungsi Kajiana Pustaka
Menurut Zubaidah (2007) bahwa fungsi kajian pustaka meliputi:a. mengetahui sejarah masalah penelitian
b. membantu memilih prosedur
c. memahami latar belakang teoritis masalah penelitian
d. mengetahui manfaat penelitian sebelumnya
e. menghindari duplikasi
f. memberikan pembenaran pemilihan masalah penelitian.
Menurut Amirin (2000) memaparkan bahwa kajian pustaka juga digunakan untuk menyeleksi masalah-masalah yang akan diangkat menjadi topik penelitian serta untuk menjelaskan kedudukan masalah dalam tempatnya yang lebih luas. Konstruksi teoritik yang ada dalam kajian pustaka akan memberikan landasan bagi penilitian. Sehingga sumbangan kajian pustaka pada penelitian dapat dijelaskan sebagai berikut.
a. Konstruksi Teoritik Sebagai Dasar
Penelitian apa pun tidak terlepas dari kerangka teori. Penelitian tidaklah berarti tanpa teori sama sekali. Paling tidak sebagai pasangan atau pedoman untuk memberikan asumsi atau postulat, prinsip, teori, konsep, proposisi, dan defenisi operasional.
b. Konstruksi Teoritik sebagai Tolak ukur.
Penelitian tindakan berupaya untuk meningkatkan kinerja pembelajaran atau proses kegiatan pembelajaran sehingga perlu sarana untuk mengontrol baik tidaknya prosedur yang digunakan. Kerangka teori dapat membantu sebagai ukuran patokan (standar atau tolak ukur) yang dimaksuud.
c. Konstruksi Teoritik sebagai Sumber Hipotesa
Hipotesa pada umumnya dimunculkan dari kajian teori. Teori-teori yang diragukan akan dicoba dan diuji kembali sehingga terbentuklah hipotesa. Dasar rasional mengapa harus diuji kembali karena pembuktian secara teoritis harus diimbangi dengan pembuktian secara empiris.
2. Penyusunan Kajian Pustaka
Menurut Zubaidah (2007) dalam menyususn kajian pustaka perlu usaha untuk mengumpulkan sumber sebanyak-banyaknya. Sumber tersebut harus relevan dengan masalah yang diangkat dalam penelitian. Kajian pustaka dapat digunakan dengan menggunakan dua pola; yaitu dedukatif dan indukatif. Dengan dedukatif kita mulai dari proposisi yang berlaku umum dan memberlakukannya pada keadaan khusus, serta berlaku sebaliknya untuk indukatif.Langkah-langkah yang dilakukan dalam penyusunan kajian pustaka:
a. Menyiapkan butir-butir yang perlu mencatat informasi dari pustaka
b. Menyiapkan sistematika pengumpulan informasi
c. Mencari informasi sebanyak-banyaknya dari bahan kepustakaan maupun internet.
Supaya peneliti lebih mudah dalam penyusunan kajian pustaka perlu diperhatikan hal-hal berikut:
a. Menggunakan masalah penelitian sebagai fokus
b. membuat rencana urutan pencarian dan penulisan
c. Menekankan keterkaitan pustaka dengan masalah penelitian.
B. Kerangka Pemikiran
Pada dasarnya kerangka pemikiran diturunkan dari beberapa teori maupun konsep yang sesuai dengan permasalahan yang teliti, sehingga memunculkan asumsi-asumsi yang berbentuk bagan alur pemikiran, yang kemudian kalo mungkin dapat dirumuskan kedalam hipotesa operasional atau hipotesa yang dapat diuji.Kerangka berpikir yang baik akan menjelaskan secara teori peraturan antara vaariabel yang akan diteliti. jadi secara teoritis perlu dijelaskan hubungan antara variabel independen dan dependen. Bila dalam penelitian ada variabel moderator dan intervening, maka juga perlu dijelaskan, mengapa variabel itu ikut dilibatkan dalam penelitian. Oleh sebab itu untuk menyusun paradigma penelitian harus didasarkan pada kerangka berpikir.
Suriasumantri (1986) dalam Sugiyono (2009) mengemukakan bahwa seorang peneliti harus menguasai teori-teori ilmiah sebagai dasar menyusun kerangka pemikiraan yang membuahkan hipotesa. Kerangka pemikiran merupakan penjelasan sementara terhadap gejala yang menjadi objek permasalahan.
Mantra (2004) Kerangka pemikiran dapat berbentuk uraian kualitatif, model sistematis, diagram atau persamaan yang langsung berkaitan dengan bidang ilmu yang diteliti.
Contoh: Judul Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Kompetensi Profesional.
Kerangka berfikirnya sebagai berikut:
Kepemimpinan kepala sekolah merupakan kemampuan dari seorang kepala sekolah dalam mempengaruhi dan menggerakkan bahwa dalam suatu organisasi atau lembaga sekolah guna tercapainya tujuan sekolah sedangkan kompetensi profesional guru merupakan kemampuan dasar seorang guru dalam melaksanakan tugas keguruannya dengan kemampuan tinggi, baik sebagai pengajar, pembimbing, maupun administator yang dilaksanakan secara bertanggung jawab dan layak. Kepala sekolah mempunyai peranan yang sangat penting dalam memperdayakan komponen-komponen yang ada di sekolah dalam hal ini guru. Guru merupakan salah satu komponen sekolah yang memegang peranan penting dalam menentukan mutu pendidikan sekolah. Oleh karena itu guru dituntut untuk bekerja secara profesional sesuai dengan kemampuan yang dimilikinya.
Kepala sekolah sebagai orang yang diberi tugas untuk memimpin sekolah, bertanggung jawab atas tercapainya tujuan, peran, dan mutu pendidikan di sekolah. Dengan demikian agar tujuan sekolah dapat tercapai, maka kepala sekolah dalam melaksanakan tugas dan fungsinya ditntut memiliki kapasitas yang memadai sebagai seorang pemimpin. Peran kepemimpinan kepala sekolah dalam meningkatkan kerja dan profesionalisme seorang guru sangatlah besar. Mengingat dengan kepemimpinan yang baik, kepala sekolah diharapkan mampu mempengaruhi dan menggerakkan para guru guna meningkatkan kompetensi profesionalnya. Oleh karena itu, maka sejalan dengan kerangka berfikir tersebut dapat diduga bahwa terdapat hubungan atau korelasi positif antara kepemimpinan kepala sekolah dengan kompetensi profesional guru
C. Hipotesa
Hipotesa merupakan jawaban sementara terhadap tujuan penelitian yang diturunkan dari kerangka pemikiran yang telah dibuat. Hipotesa merupakan pernyataan tentatif tentang hubungan antara beberapa dua variabel atau lebih. Pada penelitian kuantitatif, hipotesis lazim dituliskan dalam sub-bab tersendiri yaitu ada di bab 2. Hipotesis merupakan dugaan sementara dari jawaban rumusan masalah penelitian.Contoh: Judul Hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Kompetensi Profesional
Dari judul penelitian diatas rumusan masalahnya apakah terdapat hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Kompetensi Profesional?
Kemungkinan jawaban dari rumusan masalah tersebut adalah
Ho : Tidak terdapat hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Kompetensi Profesional
Ha : Terdapat hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Kompetensi Profesional
Hipotesis merupakan dugaan sementara dari 2 kemungkinan jawaban yang disimbilkan dengan H. Kemungkinan jawaban tersebut dipilih berdasarkan teori dari penelitian terdahulu, maka hipotesisinya adalah:
H : Terdapat hubungan Kepemimpinan Kepala Sekolah dengan Kompetensi Profesional
Dimana:
Ho merupakan Hipotesis nol, dan Ha merupakan hipotesisi alternat
0 comments:
Post a Comment