ASHABUL KAHFI
Ashabul kahfi adalah tujuh pemuda yang mendapat petunjuk dan beriman kepada Allah Swt., mereka menyelamatkan iman dan tauhid Allah Swt dengan cara melarikan diri dari kekejaman raja Dikyanus yang memaksanya untuk menyembahnya dan menyembah berhala-berhala di lingkungan istananya. Lalu mereka nantinya tertidur lelap dalam gua selama 309 tahun.
Banyak yang berpendapat lokasi gua terdapat di Yordania di perkampungan Al-Rajib atau dalam Al-Quran disebut Al-Raqim, yang berjarak 1.5 km dari kota Abu A'landa dekat kota Amman-Yordina. Raja Abdullah ke 2 (Raja Yordina) telah meresmikan untuk mendirikan di muka gua Ashabul Kahfi mesjid dan ma'had yang diberi nama "Mesjid Ashabul Kahfi". Nama-nama pemuda Ashabul Kahfi adalah Maksalmina, Martinus, Kastunus, Bairunu, Danimus, Yathbunus dan Thamlika dan anjingnya bernama Qitmir. Allah berfirman adalah surah Al-Kahfi [18]: 13-14:
"Kami ceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Rabb mereka dan kami tambahkan kepada mereka petunjuk. Dan kami telah meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri lalu mereka berkata: "Rabb kami adalah Rabb langit dan bumi, kami sekali-kali tidak menyeru llah selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran." (QS. Al-Kahfi [18]: 14).
Mulanya, Diqyanus ialah seorang penyembah berhala yang sangat fanatik. Ia menyebar mata-mata ke seluruh negri Syam untuk mengetahui orang-orang yang tidak menyembah berhala. Jika ia menemukan orang yang tidak menyembah berhala seperti yang Diqyanus lakukan maka, ia mereka akan diseret ke hadapan Diqyanus. Maka yang tidak menyembah berhala akan diserat ke alun-alun dan dipenggal di sana. Diqyanus ialah manusia dengan hati bagai batu. Ia tertawa lebar menyaksikan jerit dan tangisan keluarga yang ditinggal dan disaksikan oleh seluruh penduduk Syam. Setiap kali kaisar Romawi mengabarkan bahwa ia sangat senang dengan kepemimpingan Diqyanus. Maka, Diqyanus segera menggelar pesta besar.
Suatu hari Diqyanus, mengadakan pesta pernikahan besar. Ia mengundang seluruh rayatnya untuk hadir tanpa terkecuali. Seluruh penduduk diperintahkan agar menghias rumahnya dengan lampu-lampu yang cantik. Hari yang dinanti nanti itu pun tiba.
Orang-orang berkumpul di sekitar istana yang dikelilingi sebuah parit yang sangat lebar. Mereka menari dan bernyanyi bersama. Sementara itu para menteri memadati istana. Tidak lama kemudian muncullah Diqyanus dan mempelai wanitanya yang disambut meriah dengan sorak tepuk tangan istana. Suasana menjadi senyap.
Diqyanus menyembah berhala itu lalu kemudian menyerahkan sesembahan lalau kembali bersujud pada patung yang terbuat dari emas itu. Ia kemudian duduk dengan singgasananya menyaksikan para menteri dan rakyatnya yang silih berganti menyembah berhala. Tiba-tiba Diqyanus terlihat gugup dan gelisah. Dan berkata: "Menteri, mana Martius dan Nairawis? Tanpa mereka sadari Martus dan Nairawis ternyata telah meninggalkan pesta lebih awal.
Martus dan Nairawais adalah dua orang dari ketujuh Ashabul Kahfi. Ketika Martus pulang ke rumahnya ia langsung berhadapan dengan ayahnya dengan wajah merah padam. Martus segera menghindar namun ayahnya menarik kerah bajunya dan memarahi anaknya atas kekecewaan terhadap perilakunya sewaktu berada di istana.
Martus kemudian mengurung diri di kamarnya, menangis terseduh-seduh. Ia merasa diasingkan oleh seluruh penduduk negeri bahkan oleh ayahnya sendiri yang amat ia sayangi yang bernama Nasthas, salah seorang mentri dari Diqyanus. Sedangkan, Nairawis ialah anak mentri kepercayaan Diqyanus yaitu Kaludius.
Sementara itu, di rumah Maksalmina, seorang pengikut ajaran Nabi Isa as, yang sangat tidak suka dengan permintahan Diqyanus tiba-tiba rumahnya diketuk. Maksalmina membukakan pintu. Ternyata yang ia temui ialah Martus, sahabat yang sepaham dengannya. Mereka berdialog dengan peristiwa yang baru saja menimpa negerinya. Mereka berdua ialah orang-orang yang kehilangan orang yang mereka sayangi dari peristiwa tragis itu.
Tidak lama mereka bercakap-cakap, pintu rumah kembali diketuk. Ternyata mereka adalah Nairawis dan Dainamus. Dainamus adalah seorang pedagang yang selalu tertindas dalam ketidak adilan para pedangang besar orang-orang romawi. Mereka berempat terlibat dalam pembicaraan yang serius. Hingga akhirnya mereka memutuskan untuk lari dari kota yang penuh kenistaan dan jauh dari Tuhan.
Ashabul kahfi adalah tujuh pemuda yang mendapat petunjuk dan beriman kepada Allah Swt., mereka menyelamatkan iman dan tauhid Allah Swt dengan cara melarikan diri dari kekejaman raja Dikyanus yang memaksanya untuk menyembahnya dan menyembah berhala-berhala di lingkungan istananya. Lalu mereka nantinya tertidur lelap dalam gua selama 309 tahun.
Banyak yang berpendapat lokasi gua terdapat di Yordania di perkampungan Al-Rajib atau dalam Al-Quran disebut Al-Raqim, yang berjarak 1.5 km dari kota Abu A'landa dekat kota Amman-Yordina. Raja Abdullah ke 2 (Raja Yordina) telah meresmikan untuk mendirikan di muka gua Ashabul Kahfi mesjid dan ma'had yang diberi nama "Mesjid Ashabul Kahfi". Nama-nama pemuda Ashabul Kahfi adalah Maksalmina, Martinus, Kastunus, Bairunu, Danimus, Yathbunus dan Thamlika dan anjingnya bernama Qitmir. Allah berfirman adalah surah Al-Kahfi [18]: 13-14:
"Kami ceritakan kisah mereka kepadamu (Muhammad) dengan sebenarnya. Sesungguhnya mereka itu adalah pemuda-pemuda yang beriman kepada Rabb mereka dan kami tambahkan kepada mereka petunjuk. Dan kami telah meneguhkan hati mereka di waktu mereka berdiri lalu mereka berkata: "Rabb kami adalah Rabb langit dan bumi, kami sekali-kali tidak menyeru llah selain Dia, sesungguhnya kami kalau demikian telah mengucapkan perkataan yang amat jauh dari kebenaran." (QS. Al-Kahfi [18]: 14).
Mulanya, Diqyanus ialah seorang penyembah berhala yang sangat fanatik. Ia menyebar mata-mata ke seluruh negri Syam untuk mengetahui orang-orang yang tidak menyembah berhala. Jika ia menemukan orang yang tidak menyembah berhala seperti yang Diqyanus lakukan maka, ia mereka akan diseret ke hadapan Diqyanus. Maka yang tidak menyembah berhala akan diserat ke alun-alun dan dipenggal di sana. Diqyanus ialah manusia dengan hati bagai batu. Ia tertawa lebar menyaksikan jerit dan tangisan keluarga yang ditinggal dan disaksikan oleh seluruh penduduk Syam. Setiap kali kaisar Romawi mengabarkan bahwa ia sangat senang dengan kepemimpingan Diqyanus. Maka, Diqyanus segera menggelar pesta besar.
Suatu hari Diqyanus, mengadakan pesta pernikahan besar. Ia mengundang seluruh rayatnya untuk hadir tanpa terkecuali. Seluruh penduduk diperintahkan agar menghias rumahnya dengan lampu-lampu yang cantik. Hari yang dinanti nanti itu pun tiba.
Orang-orang berkumpul di sekitar istana yang dikelilingi sebuah parit yang sangat lebar. Mereka menari dan bernyanyi bersama. Sementara itu para menteri memadati istana. Tidak lama kemudian muncullah Diqyanus dan mempelai wanitanya yang disambut meriah dengan sorak tepuk tangan istana. Suasana menjadi senyap.
Diqyanus menyembah berhala itu lalu kemudian menyerahkan sesembahan lalau kembali bersujud pada patung yang terbuat dari emas itu. Ia kemudian duduk dengan singgasananya menyaksikan para menteri dan rakyatnya yang silih berganti menyembah berhala. Tiba-tiba Diqyanus terlihat gugup dan gelisah. Dan berkata: "Menteri, mana Martius dan Nairawis? Tanpa mereka sadari Martus dan Nairawis ternyata telah meninggalkan pesta lebih awal.
Martus dan Nairawais adalah dua orang dari ketujuh Ashabul Kahfi. Ketika Martus pulang ke rumahnya ia langsung berhadapan dengan ayahnya dengan wajah merah padam. Martus segera menghindar namun ayahnya menarik kerah bajunya dan memarahi anaknya atas kekecewaan terhadap perilakunya sewaktu berada di istana.
Martus kemudian mengurung diri di kamarnya, menangis terseduh-seduh. Ia merasa diasingkan oleh seluruh penduduk negeri bahkan oleh ayahnya sendiri yang amat ia sayangi yang bernama Nasthas, salah seorang mentri dari Diqyanus. Sedangkan, Nairawis ialah anak mentri kepercayaan Diqyanus yaitu Kaludius.
Sementara itu, di rumah Maksalmina, seorang pengikut ajaran Nabi Isa as, yang sangat tidak suka dengan permintahan Diqyanus tiba-tiba rumahnya diketuk. Maksalmina membukakan pintu. Ternyata yang ia temui ialah Martus, sahabat yang sepaham dengannya. Mereka berdialog dengan peristiwa yang baru saja menimpa negerinya. Mereka berdua ialah orang-orang yang kehilangan orang yang mereka sayangi dari peristiwa tragis itu.
Tidak lama mereka bercakap-cakap, pintu rumah kembali diketuk. Ternyata mereka adalah Nairawis dan Dainamus. Dainamus adalah seorang pedagang yang selalu tertindas dalam ketidak adilan para pedangang besar orang-orang romawi. Mereka berempat terlibat dalam pembicaraan yang serius. Hingga akhirnya mereka memutuskan untuk lari dari kota yang penuh kenistaan dan jauh dari Tuhan.
Keesokan
harinya terdengar kabar bahwa putra dari Diqyanus tewas terbunuh di sungai,
pembunuhnya ialah Hawawi Narthusia seorang pengikut Nabi Isa As. Ia segera
ditangkap dan disiksa dihadapan Diqyanus. Ketika mengawasi penyiksaan ini ,
mata-mata Diqyanus mengatakan kepada Diqyanus, “Tuan, Aku pernah melihat pemuda
ini bersama Martus dan Nairawis beserta para pemuda lainnya. Aku khawatir
mereka bersekongkol menyiapkan rencana licik ini, mereka menyebarkan fitnah
bahwa tuan adalah orang yang sesat karena menyembah berhala. Mereka juga
mengatakan bahwa anda kejam dan sewenang-wenang. Aku khawatir mereka berusaha
menggulingkan Tuan dari jabatan terhormat ini.
Mendengar
perkataan ini, Diqyanus geram. “Pergi dan tangkaplah mereka sekarang juga, dan
jangan kembali jika kamu tidak berhasil menangkapnya !. namun diantara pengikut
Diqyanus ada yang simpati terhadap nasib
Martus dan Nairawis. Kabar ini pun disampaikan kepada Martus, dan mereka ber
enam sepakat melarikan diri ke negeri terdekat Ar-Raqim. Disanalah tempat bakal
pelariannya, disana ada sebuah gua yang tidak ada seorang pun yang berani
mendekat apalagi memasuki gua itu. Disitulah beristirahat bersama seekor
anjingnya, dan tidak henti-hentinya bermohon perlindungan kepada Allah. Oleh karena
mereka berenam merasa letih dan kecapean akhrnya mereka tertidur dan dengan
izin Allah mereka bisa tertidur sampai 309 tahun.
Selama
309 tahun berlalu pemimpinnya silih berganti dan semuanya adalah orang-orang
kejam. Dan mereka dibangunkan oleh Allah setelah pemimpin negaranya adalah
orang yang arif dan bijaksana dari pengikut Nabi Isa As. Dan mereka mengetahui
dirinya tertidur selama 309 tahun setelah mereka ke pasar dan membelanjakan
uang yang pernah dia bawah sewaktu dia melarikan diri, yang uangnya berlakunya
pada 309 yang lalu.
0 comments:
Post a Comment